Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Rabu pekan ini. Pelemahan nilai tukar rupiah ini dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Mengutip Bloomberg, Rabu (8/5/2019), rupiah dibuka di angka 14.289 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.280 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus melemah ke level 14.300 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.289 per dolar AS hingga 14.302 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 0,63 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.305 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.309 per dolar AS.
Baca Juga
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, pelaku pasar masih mengkhawatirkan ancaman Presiden AS Donald Trump terhadap China.
"Sentimen pasar masih negatif dalam dua hari pasca Presiden Trump memberikan pernyataan ancaman penerapan tarif atas barang-barang impor China senilai USD 200 miliar mulai minggu depan," ujar Lana dikutip dari Antara.
Tidak hanya di pasar saham, kekhawatiran terhadap terhentinya kesepakatan juga membuat harga minyak mentah turun.
Isu perdagangan ini pun telah membuat ekonomi China melambat menjadi 6,4 persen pada kuartal I 2019 dari 6,8 persen pada kuartal I 2018, sedangkan ekonomi AS justru naik menjadi 3,2 persen di kuartal I 2019 dari 2,2 persen pada kuartal I 2018.
Lana memprediksi rupiah hari ini berpotensi melemah menuju kisaran 14.280 per dolar AS hingga 14.300 per dolar AS.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cuitan Presiden AS Donald Trump
Sebelumnya, Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, nilai tukar rupiah masih melanjutkan pelemahan terhadap dolar AS imbas sentimen global. Salah satunya negosiasi perdagangan antara AS-China.
Cuitan Presiden AS Donald Trump pada akhir pekan lalu waktu setempat telah membuat pasar keuangan global tertekan. Hal ini juga berdampak terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa pekan ini.
"Statement Trump akan tetap berlakukan tarif terhadap produk China menjadi sentimen negatif ke pasar. Mata uang di Asia terkoreksi termasuk yuan melemah cukup signifikan, dan rupiah hingga ke posisi 14.300," ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menuturkan, pelaku pasar masih mencermati perkembangan negosiasi perdagangan AS-China. Apalagi sebagian negosiator China juga akan tetap ke Washington, AS untuk melanjutkan perundingan. Josua mengatakan, sentimen eksternal ini lebih mendominasi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ketimbang sentimen internal, salah satunya rilis data ekonomi Indonesia.
"Pasar mencermati perang dagang AS-China. Pernyataan Trump perlu dikonfirmasikan lagi yang berencana menaikkan tarif impor produk China pada pekan ini," kata dia.
Tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2019 di kisaran 5,07 persen. Pertumbuhan ekonomi ini di bawah konsensus pasar. Akan tetapi, Josua menuturkan, Badan Pusat Statistik (BPS) menilai itu faktor musiman dan ada kenaikan tarif transportasi.
Konsumsi masyarakat akan meningkat seiring ada momen Lebaran dan kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS).
Hal ini dapat dongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II dan III. Namun, Josua mengingatkan pemerintah untuk mengelola kepercayaan investor mengingat pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5,2 persen-5,3 persen pada 2019.
"Pemerintah perlu jaga ekspektasi investor atau dikelola ekspektasinya karena pertumbuhan ekonomi dalam APBN sekitar 5,2 persen-5,3 persen," tutur dia.
Josua memperkirakan, rupiah akan bergerak di kisaran 14.275-14.350 per dolar AS pada Selasa pekan ini. Ia menuturkan, pelemahan rupiah masih wajar mengingat aliran dana investor asing masih masuk ke Indonesia. Bank Indonesia (BI) pun akan berada di pasar untuk menstabilkan.
Advertisement