Sukses

Garuda Indonesia Sebut Laporan Keuangan Sesuai Prinsip Akuntansi

Adapun kontrak kerjasama antara Mahata dengan Garuda Indonesia selama 15 tahun senilai USD 241 juta.

Liputan6.com, Jakarta Laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) yang mencatatkan piutang sebagai pendapatan menuai polemik. Direksi perusahaan pun buka suara terkait ini.

Direktur Keuangan Garuda Indonesia, Fuad Rizal menuturkan, langkah perusahaan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Dia pun yakin piutang perseroan dapat diselesaikan perusahaan.

"Yang sudah kita lakukan itu sesuai dengan PSAK. Piutang kita yakin bisa diselesaikan. Meski Mahata Group masih startup company, tapi mereka punya bisnis model yang bagus," ujar dia di Tangerang, Rabu (8/5/2019).

Seperti diketahui, kontrak kerjasama antara Mahata dengan Garuda Indonesia selama 15 tahun senilai USD 241 juta.

Meski belum menerima pembayaran dari Mahata, tetapi perusahaan sudah membukukan pendapatan dalam laporan keuangan (Lapkeu) 2018.

"Per 31 maret, lapkeu belum berubah, teorinya benar belum ada pembayaran dari Mahata. Karena Mahata sedang melakukan finalisasi dengan investornya," tutur dia.

Adapun Dasar Pengakuan Pendapatan atas Kerja Sama dengan Mahata ialah sebagai berikut:

Sesuai dengan PSAK 23, pendapatan dari penjualan jasa diakui jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:

1. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal

2. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut mengalir ke entitas

3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal 

4. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur secara andal

Selain itu, pendapatan diperhitungkan pada saat jasa diberikan selama jangka waktu perjanjian 15 tahun.

1. Kompensasi Hak Pemasangan Peralatan Layanan Konektivitas dan Hak Pengelolaan Layanan ln-Flight Entertainment senilai USD 241.9 juta untuk pesawat Garuda, Citilink dan Sriwijaya.

2. Garuda Indonesia Group telah menyerahkan hak pemasangan peralatan layanan konektivitas dan hak pengelolaan ln-Flight Entertainment pada saat perjanjian ditanda tangani, Perseroan tidak lagi melanjutkan pengelolaan hak pemasangan layanan konektivitas dan pengelolaan hiburan dalam penerbangan, sehingga tidak memiliki kewajiban lagi atas transaksi ini.

3. Manajemen berkeyakinan bahwa piutang yang timbul atas transaksi ini akan mengalir ke Garuda Indonesia Group dengan pertimbangan:

Mahata merupakan startup yang telah memiliki kontrak kerja sama dengan Lufthansa System, Lufthansa Technik dan lnmarsat

Mahata didukung parent company Global Mahata Group dengan nilai bisnis secara total USDGAOS juta

Mahata telah mendekati beberapa investor, diantaranya dengan Well Vintage Dubai yang memberikan pendanaan kepada Mahata.

Perseroan sebagai perusahaan terbuka, mengkonsultasikan transaksi ini kepada 01K, dan diputuskan bahwa transaksi ini memerlukan keterbukaan informasi sesuai peraturan Bapepam Dan Lk No.|x.E.2 Tentang Transaksi Material Dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama.

2 dari 3 halaman

Garuda Indonesia Ungkap Alasan Kerja Sama dengan Mahata

Manajemen PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akhirnya merilis penjelasan terkait laporan keuangan 2018 yang menuai polemik. Hal ini setelah dua komisaris PT Garuda Indonesia Tbk keberatan teken laporan tahunan 2018.

Salah satunya keberatan itu mengenai perjanjian kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi  pada 2018 sehingga PT Garuda Indonesia Tbk mencatatkan laba.

Penjelasan Garuda Indonesia itu dipaparkan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Mei 2019 usai perseroan melakukan dengar pendapatan dengan manajemen BEI pada 30 April 2019.

Dalam keterbukaan informasi tersebut terdapat jawaban PT Garuda Indonesia Tbk atas tanggapan surat dari BEI Nomor S-02384/BEO.PP2/05-2019. Demikian mengutip keterbukaan informasi BEI, Senin (6/5/2019).

Dari 10 pertanyaan tersebut, BEI menanyakan mengenai penunjukan Mahata sebagai penyedia jasa, proses pemilihan vendor dan rekanan yang dilakukan perseroan, dan nature perjanjian kerja sama dengan PT Mahata Aeroo Teknologi.

Manajemen PT Garuda Indonesia Tbk memaparkan mengenai alasan penunjukan Mahata sebagai penyedia jasa padahal pada saat kontrak Mahata baru didirikan sekitar 11 bulan dan belum terlihat reputasi dalam bisnis penerbangan.

Garuda Indonesia menjelaskan, kalau Mahata merupakan perusahaan rintisan telah memiliki kontrak kerja sama dengan Lufthansa System, Luftansa Tecnic dan Inmarsat.

Perusahaan tersebut adalah perusahaan internasional yang memiliki proses KYC dan due diligence tersendiri sehingga memutuskan untuk berpartner dengan Mahata. Hal yang sama juga telah dilakukan oleh Citilink dalam proses pemilihan partner kerja sama.

"Selain itu, Mahata merupakan perusahaan startup yang didukung oleh parent company global mahata group yang memiliki 10 ribu karyawan dengan cakupan bisnis, pertambangan timah, inflight connectivity, dan tenaga keamanan. Nilai bisnis global Mahata group secara total USD 640,5 juta," tulis manajemen Garuda Indonesia dalam keterbukaan informasi BEI.

BEI juga menanyakan mengenai proses pemilihan vendor atau rekanan yang dilakukan perseroan. PT Garuda Indonesia Tbk menyatakan kalau perseroan senantiasa menerapkan aspek tata kelola perusahaan yang baik. Berkenaan dengan transaksi Mahata, perseroan dalam transaksi ini bertindak sebagai mitra kerja sama dan bukan sebagai pihak pencari mitra.

"Sehingga proses pemilihan vendor atau rekanan mengikuti aturan pencari mitra. Perseroan telah melakukan kajian feasibility study sebelum menjadi mitra. Berdasarkan kajian itu, perseroan layak untuk menjadi mitra kerja sama karena tidak perlu mengeluarkan biaya investasi dan mendapatkan added value peningkatan layanan kepada pelanggan dengan ada in-flight connectivity tidak berbayar," tulis manajemen Garuda Indonesia.

Perseroan juga menyatakan kalau pada saat perjanjian ditandatangani telah menyerahkan hak pemasangan peralatan layanan konektivitas dan hak pengelolaan layanan in-flight entertainment kepada Mahata.

Perseroan telah menikmati layanan wifi di pesawat pada pesawat terhubung sejak Desember 2018 yaitu di satu pesawat di pesawat Citilink.

Tahapan pemasangan sampai dengan pengoperasian connectivity and wifi pada pesawat pertama untuk satu tipe pesawat diperkirakan memerlukan waktu lebih kurang selama enam bulan. Hal itu untuk menyelesaikan evaluasi data teknis pesawat, persiapan software document dan service bulletin (SB) document, proses sertifikasi (STC approval oleh EASA, FAA dan DGGA).

Kemudian penyiapan material kit dan komponen-kompnen, pelaksanaan pemasangan peralatan pada pesawat pertama, STC validation oleh authority DGCA, dan aircraft return to service (RTS).

 

3 dari 3 halaman

BEI

BEI juga menanyakan mengenai penerimaan pembayaran atas nilai perjanjian kerja sama yang telah disepakati?  PT Garuda Indonesia Tbk menyatakan kalau perseroan belum menerima pembayaran. 

Perseroan menyatakan pembayaran seharusnya diterima oleh perseroan sesuai dengan perjanjian kerja sama setelah diteken kontrak kerja sama. Saat ini Mahata dalam proses finalisasi dengan investor.

Selain itu, perseroan menjawab mengenai apakah ada penalti ada keterlambatan pembayaran. PT Garuda Indonesia Tbk menyatakan penalti atas keterlambatan pembayaran akan disepakati di amanemen kontrak. Pertimbangan perseroan tidak menagih pembayaran ketika perjanjian kerja sama ditandatangani. Seluruh kewajiban telah diterbitkan invoice kepada Mahata.

Untuk memastikan pembayaran tersebut, perseroan dalam hal ini diwakili Citilink telah melakukan korespondensi dan pembahasan dengan Mahata untuk menyelesaikan kewajibannya.

Adapun pengakuan piutang tak tertagih adalah ketika assessment perseroan yakin piutang tersebut tingkat kolektibilitasnya rendah.

Adapun dampak piutang tak tertagih pada laporan keuangan perseroan, PT Garuda Indonesia Tbk menyatakan ketika assessement perseroan menyatakan piutang tersebu tingkat kolektibilitasnya rendah, perseroan akan akui beban piutang tak tertagih pada laporan laba rugi perseroan.