Sukses

Pemindahan Ibu Kota Masuk RPJMN 2020-2024

Rabu 8 Mei 2019, Presiden Joko Widodo terpantau mengunjungi dua dari daerah calon ibu kota baru, yakni Gunung Mas di Kaltim dan Bukit Soeharto di Kalteng.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, rencana pemindahan ibu kota masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Dengan masuknya pemindahan ibu kota dalam RPJMN, pembangunan ibu kota baru akan ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

"Yang pasti ibu kota baru ini sudah masuk RPJMN 2020-2045, pelaksanaannya kapan akan disesuaikan dengan RKP," terangnya di Jakarta, Kamis (9/5/2019).

Rencana pemindahan ibu kota dari DKI Jakarta telah direncanakan sejak lama oleh pemerintah. Adapun rencana pemindahan ibu kota ini baru bisa dilakukan dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.

"Nanti ketika sudah jelas kapan pelaksanaannya, akan kita lakukan penyesuaian untuk masuk RKP pada tahun bersangkutan tapi sudah masuk RPJMN 5 tahun kedepan," ucapnya.

Sebagai informasi, sebelumnya Bappenas mengungkapkan estimasi biaya yang dikeluarkan untuk pemindahan ibu kota negara yakni Rp 466 triliun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Profil Calon Ibu Kota Baru: Gunung Mas dan Bukit Soeharto

Awal minggu ini, pejabat pemerintah dari provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Kalimantan Timur (Kaltim), Kalimantan Selatan (Kalsel), dan Sulawesi Barat (Sulbar) datang ke Istana Kepresidenan untuk menunjukan keunggulan daerah mereka sebagai kandidat calon ibu kota baru.  

Rabu kemarin, 8 Mei 2019, Presiden Joko Widodo terpantau mengunjungi dua dari daerah tersebut, yakni Gunung Mas di Kaltim dan Bukit Soeharto di Kalteng. Satu faktor yang Jokowi timbang adalah kelengkapan infrastruktur yang sudah eksisting di daerah tersebut.

Luas lokasi turut menjadi perhitungan presiden. Menurutnya, lokasi di Kalteng memiliki kualifikasi sebagai ibu kota baru karena luas daerah yang mumpuni, namun infrastrukturnya belum optimal. 

Sebetulnya, bagaimana profil dua daerah calon ibu kota tersebut? Berikut Liputan6.comtampilkan informasinya.

3 dari 4 halaman

1. Gunung Mas

Presiden Jokowi menyusuri Bukit Nyuling yang berada di Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Rabu, 8 Mei 2019. Wilayah Kalteng menurut Jokowi paling siap menjadi ibu kota baru dari segi luas. 

Lokasi Gunung Mas merupakan bagian dari "segitiga emas" di wilayah Kalimantan Tengah yang terdiri atas Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Gunung Mas.  

"Ya tadi kan kita melihat dari atas ya. Dari udara. Kalau dari sisi keluasan, di sini mungkin paling siap. Mau minta 300 ribu hektare ya siap di sini. Kalau kurang masih tambah lagi juga siap," ujar Jokowi di lokasi.

Luas kabupaten Gunung Mas sendiri adalah 10.025 kilometer (km) persegi, sementara Kecamatan Manuhing memiliki luas 1.113 km persegi.

Jokowi juga menyukai Bukit Nyuling karena lokasinya tidak rawan bencana. Namun presiden mencatat wilayah ini masih belum memiliki infrastruktur memadai sehingga harus mulai dari awal lagi. "Urusan banjir mungkin di sini tidak, ya kan? Urusan gempa di sini tidak. Tapi kesiapan infrastruktur harus dimulai dari nol lagi. Ya kan?" kata Jokowi. 

4 dari 4 halaman

2. Bukit Soeharto

Nama Soeharto muncul di daerah ini karena presiden kedua yang mendorong agar kawasan hijau agar dilestarikan. Daerah ini berada di Kawasan Taman Hutan Raya, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Jokowi percaya diri bahwa daerah ini memiliki infrastruktur yang mendukung pemindahan ibu kota. Selain lokasinya berada di tengah Balikpapan dan Samarinda, konektivitas daerah ini didukung lokasi bandara dan pelabuhan yang terbilang dekat.

Bandara tersebut adalah Bandara Internasional Aji Pangeran Tumengung Pranoto Samarinda dan Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan. Sementara, dua pelabuhan besar adalah Pelabuhan Palaran di Samarinda dan Pelabuhan Semayang di Balikpapan.