Sukses

Awal Pekan, IHSG Dibuka Menguat ke 6.229,80

IHSG berpeluang tertekan diakibatkan sentimen negosiasi dagang yang tidak mencapai kesepakatan.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghijau pada perdagangan saham di awal pekan ini. Nilai tukar rupiah masih tetap di kisaran 14.345 per dolar AS.

Pada pembukaan perdagangan saham, Senin (13/5/2019), IHSG menguat 20,68 atau 0,33 persen ke posisi 6.229,80. Adapun indeks saham LQ45 naik 0,45 persen ke posisi 977,38.

Sebanyak 109 saham menguat. Sementara 68 saham melemah dan 119 saham diam di tempat. Pada awal sesi, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.231,04 dan terendah 6.216,04.

Total frekuensi perdagangan saham 19.083 kali dengan volume perdagangan saham 1,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 324,3 miliar.

Investor asing jual saham Rp 217 miliar di pasar reguler. Posisi rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat sebesar 14.345.

Sebagian besar sektor saham menguat, kecuali aneka industri yang turun 0,52 persen, sektor saham industri dasar tertekan 0,40 persen dan Sektor saham manufaktur melemah 0,02 persen.

Adapun yang menguat antara lain, saham keuangan naik 0,77 persen, saham infrastruktur menguat sebesar 0,70 persen. Kemudian saham pertambangan 0,46 persen.

Saham-saham yang menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau antara lain saham POSA naik 24,41 persen ke posisi Rp 316 per saham, saham YPAS mendaki 23,48 persen ke posisi Rp 710 per saham, dan saham BIKA menguat 13,64 persen ke posisi Rp 250 per saham.

Sementara itu, saham-saham yang melemah antara lain saham TOTL turun 6,67 persen ke posisi Rp 560 per saham, saham SIPD tergelincir 5,05 persen ke posisi Rp 940 per saham, dan saham IDPR susut 4,55 persen ke posisi Rp 420 per saham.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Prediksi Analis

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan melemah terbatas pada awal pekan ini. Sentimen global yaitu perang dagang masih begitu kuat mempengaruhi gerak indeks.

Analis PT Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan menuturkan, pengenaan tarif dari Amerika Serikat (AS) terhadap barang-barang asal negeri tirai bambu yaitu China memberikan efek signifikan bagi kondisi pasar uang.

Seperti diketahui, pada Jumat 10 Mei kemarin, Presiden Trump menaikan tarif impor untuk barang-barang dari China menjadi 25 persen dari sebelumnya 10 persen.

Christoper pun mengatakan, IHSG berpeluang tertekan diakibatkan sentimen negosiasi dagang yang tidak mencapai kesepakatan. 

"Kemungkinan IHSG ditutup memerah yaitu melemah terbatas pada rentang support dan resistance di 6.161-6.244," terangnya kepada Liputan6.com, Senin (13/5/2019).

Berbeda, meski persoalan perang dagang sudah memasuki babak baru dan dinilai akan berkepanjangan pasca pengenaan tarif, Analis PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Suryawijaya cukup optimistis IHSG masih akan bergerak menghijau.

Menurutnya, IHSG akan mencoba bergerak menguat pada kisaran 6123 - 6336.

"Selain dari sisi fundamental perekonomian, rilis kinerja emiten dalam kuartal-I 2019 menopang pergerakan IHSG," ucapnya.

Adapun dirinya menyarankan untuk membeli saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Serta Dennies yang menganjurkan untuk memborong saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).