Sukses

China Dongkrak Tarif Impor Produk AS Mulai 1 Juni

China membalas langkah Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya menaikkan tarif impor produk China.

Liputan6.com, Beijing - China membalas langkah Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya menaikkan tarif impor produk China.

Hal itu menimbulkan ketegangan perang dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar tersebut.

Pemerintahan China menyatakan akan menaikkan tarif impor produk AS senilai USD 60 miliar atau sekitar Rp 866,11 triliun (asumsi kurs Rp 14.435 per dolar AS) mulai 1 Juni 2019.

Pemerintahan China akan menaikkan tarif barang AS lebih dari 5.000 produk. Kenaikan tarif mencapai 25 persen. Adapun sejumlah produk lainnya akan naik menjadi 20 persen. Tarif ini naik dari sebelumnya 5 persen hingga 10 persen.

Langkah ini ikuti AS yang Jumat pekan lalu menaikkan tarif impor produk China senilai USD 200 miliar. Tarif tersebut naik dari 10 persen menjadi 25 persen.

Pemerintahan AS bergerak meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan China setelah berbulan-bulan gagal hasilkan terobosan dalam negoisasi perdagangan.

Langkah China tersebut berdampak terhadap pergerakan bursa saham AS. Indeks saham utama AS dibuka melemah dua persen pada pembukaan perdagangan saham seiring ketegangan perang dagang antara China dan AS.

Update

Indeks saham Dow Jones anjlok 650 poin. Sektor saham teknologi melemah 3,4 persen sehingga mendorong indeks saham S&P 500 susut 2,5 persen. Indeks saham Nasdaq terpangkas 3,3 persen.

Selain itu, perang dagang antara AS dan China ini berdampak terhadap petani di AS. Demikian mengutip laman CNBC, Senin (13/5/2019).

Usai meningkatkan tarif impor produk China pada Jumat pekan lalu, pemerintahan AS mengatakan, kalau pemerintahan China mundur dari perjanjian perdagangan yang berkembang.

Kedua belah pihak tidak dapat mencapai kesepakatan pada pertemuan pekan lalu di Washington, AS.

Trump yang mengeluh soal pencurian kekayaan intelektual, transfer teknologi paksa, dan defisit perdagangan mendorong China untuk membuat kesepakatan menjelang pembalasannya pada Senin pagi waktu setempat.

Dalam akun media sosial, Trump mengunggah status kalau tarif itu "sangat buruk bagi China". Ia menuturkan, China seharusnya tidak membalas karena hanya akan menjadi lebih buruk. "Anda memiliki banyak hal, hampir selesai, dan Anda mundur," tulis Trump mengenai China dan Presiden China Xi Jinping.

 

 

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

IMF: Ketegangan AS dan China Jadi Ancaman Ekonomi Dunia

Sebelumnya, Kepala Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengatakan, ketegangan perang dagang yang baru-baru ini mencuat kembali antara Amerika Serikat (AS) dan China bakal jadi ancaman utama bagi ekonomi dunia.

"Jelas ini akan jadi ancaman bagi ekonomi dunia," ujarnya di Paris seperti dilansir dari laman Reuters.

Chritine menambahkan jika isu yang mencuat baru-baru ini akan membuat kesepakatan antara AS dan China semakin sulit tercapai.

Sebelumya, Presiden AS Donald Trump mengagetkan pasal global dengan mengancam akan menaikkan tarif bea impor terhadap produk China sebanyak 25 persen dari semula 10 persen.  Trump menyatakan ancamannya ini melalui akun twitter pribadinya.

Bukan hanya IMF saja, bahkan Menteri Ekonomi Prancis Bruno Le Maire juga memperingatkan akan dampak dari perang dagang yang terjadi antara dua ekonomi terbesar dunia ini.

 

3 dari 3 halaman

Kenaikan Tarif Jadi Jalan Terakhir

Selain itu, Le Maire juga meminta agar AS dan China untuk tidak mengambil keputusan buruk yang dapat mengancam serta merusak pertumbuhan ekonomi global dalam beberapa bulan mendatang.

"Menaikkan tarif ini merupakan jalan terakhir yang harusnya diambil. Namun ini juga menjadi keputusan yang begitu negatif untuk perkembangan ekonomi di seluruh dunia, bahkan juga di Eropa," ujarnya yang dilansir dari laman AFP.

China telah mengumumkan akan menghadirkan negosiator utamanya dalam perundingan esok di AS.

Sebelum ketegangan ini mencuat, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menyatakan jika perundingan antara AS dan China telah 90 persen menuju sepakat.

Namun sayang, kesepakatan final ini harus tertunda karena menurut AS, China telah mengingkari beberapa komitmen penting yang telah mereka buat selama berbulan-bulan ini.

Â