Sukses

Progres Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Capai 59 Persen di 2019

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menargetkan progres pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung mencapai 59 persen di akhir 2019

Liputan6.com, Jakarta Pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) berhasil mencapai progres baru. Salah satunya bisa terlihat dari progres Tunnel Walini sepanjang 608 meter di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat yang pada hari ini sukses ditembus.

Keberhasilan tersebut sekaligus menginisiasi target pengerjaan kereta cepat pada akhir 2019 ini bisa mencapai 59 persen.

Dalam kunjungannya ke Tunnel Walini, Menteri BUMN Rini M Soemarno mengapresiasi pencapaian ini, lantaran pengerjaan mega proyek ini sempat banyak menemui kendala di masa awal.

"Untuk saya ini betul-betul satu milestone, karena ketika Presiden (Jokowi) melakukan groundbreaking pada 2016, ternyata kendalanya cukup banyak. Terutama masalah pembebasan lahan," ujar dia di Walini, Selasa (14/5/2019).

Menurutnya, progres pengerjaan sudah bisa berjalan lancar dalam 6 bulan terakhir. Sehingga ia menargetkan proyek bisa terselesaikan 59 persen pada akhir tahun ini.

"Semoga akhir 2019 bisa selesai sekitar 59 persen, sehingga 2020 bisa tersambung sepenuhnya. Kalau kita bisa selesaikan akhir 2020, ini bisa jadi kereta cepat pertama di Asia Tenggara," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Progres Pengerjaan

Untuk informasi, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung saat ini telah mencapai progres 17,38 persen, dengan proses pengerjaan mencapai kedalaman 35 meter setiap bulannya.

Sebagai terowongan pertama yang berhasil ditembus dari total 13 tunnel kereta cepat, Tunnel Walini memiliki lebar diameter dalam mencapai 12,6 meter dan lebar diameter luar mencapai 14,3 meter.

Sementara itu, Direktur Utama PT KCIC Chandra Dwiputra mengungkapkan, keberhasilan menembus tunnel pertama tersebut akan dijadikan semangat pendorong bagi pihaknya untuk terus menuntaskan proyek kereta cepat pertama di kawasan Asia Tenggara.

"Hari ini merupakan pembangunan bersejarah dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Semoga momen penembusan ini juga bisa jadi penyemangat untuk bisa terus bekerja keras, cerdas dan ikhlas untuk bisa menyediakan kereta cepat pertama di Southeast Asia," pungkasnya.

 

3 dari 3 halaman

Mesin Bor Siap, Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Dikebut

Jelang kuartal pertama tahun 2019, perkembangan konstruksi Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) makin dikebut seiring selesainya proses perakitan mesin Tunnel Boring Machine (TBM). Ini merupakan alat bor raksasa yang didatangkan khusus dari Zhanghuabang Wharf, Shanghai Tiongkok.

Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) Chandra Dwiputra menjelaskan, sejak pertama kali dirakit pada pertengahan Februari 2019, alat bor raksasa ini kini segera dioperasikan menembus lapisan tanah di bawah tol Cikampek mulai KM 3+300, dari arah Jakarta.

Total bobot yang dimiliki TBM KCJB sebesar 3.649 ton dengan diameter 13,19 meter dan panjang yang mencapai 105 meter menjadikannya sebagai alat bor terbesar yang pernah ada di Indonesia.

Sebelumnya, penggunaan TBM dengan diameter 6,64 meter dan panjang 90 meter telah berhasil menghubungkan jalur underground MRT Jakarta Fase I yang kini telah resmi beroperasi.

"TBM KCJB akan beroperasi di daerah Halim dengan menggunakan Metode Shield Tunneling (MST) untuk pengerjaan konstruksi terowongan sepanjang 1.885 meter," kata Chandra dalam keterangannya, Rabu (27/3/2019).

Metode ini dimaksudkan untuk meningkatkan standar keamanan dalam pembuatan terowongan yang nantinya akan melintang di bawah jalan Tol Cikampek (KM 3+600 sampai dengan KM 5+800) melewati bagian tengah jalan dan overpass jalan arteri Jatiwaringin yang merupakan lokasi yang sangat padat dengan kegiatan mobilisasi warga Jakarta ke daerah Bekasi dan Bandung.

Dia meyakini Penggunaan TBM ini sama sekali tidak akan menghambat lalu lintas tol Jakarta – Cikampek karena tingkat keamanan metode pengerjaan Shield Tunneling jauh lebih tinggi dibandingkan dengan metode Drill, Blasting atau metode lainnya.

"Metode ini bekerja seperti cacing bawah tanah dimana selama proses pengeboran hampir tidak menimbulkan gangguan bagi aktivitas kendaraan atau masyarakat yang berlangsung diatasnya. Penggunaan metode ini juga telah sesuai dengan aturan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) Bandara Halim Perdanakusuma tentang ketinggian bangunan dan kemungkinan mengganggu operasional penerbangan," kata dia.