Sukses

Pemerintah Waspadai Serbuan Impor Pakaian China Selama Ramadan

Saat ini impor kain dan pakaian jadi asal China memang marak terjadi.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mewaspadai serbuan kain dan pakaian jadi impor asal China selama Ramadan. Masuknya produk tersebut telah meresahkan pelaku industri di dalam negeri.

Direktur Jenderal IKM dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih mengatakan, saat ini impor kain dan pakaian jadi asal China memang marak terjadi. Hal tersebut didorong adanya perjanjian kerjasama dagang antara Indonesia-China yang membuat produk-produk asal Negeri Tirai Bambu lebih mudah masuk ke Tanah Air.

"Sekarang banyak kain impor, bajunya juga banyak impor. Sekarang kan sudah tidak boleh lagi tahan impornya mereka (China)," ujar dia di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (14/5/2019).

Gati mengakui, murahnya harga pakaian asal China memang menjadi daya tarik tersendiri bagi pedagang dan konsumen Indonesia. Namun demikian, secara kualitas sebenarnya produk pakaian Indonesia masih lebih unggul.

"Sedangkan pedagang maunya untung, beli murah, jual mahal. Itu yang dipikirkan. Ini harus kita sikapi. In total data impor bisa lihat di BPS," kata dia.

Untuk mengantisipasi hal ini, lanjut Gati, pihaknya telah berkoordinasi dengan para pelaku industri khususnya yang tergabung dalam Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API). Dia berharap masalah impor ini bisa segera teratasi.

‎"(Produk kain dalam negeri tidak terserap) Karena impor. Kami juga komunikasi dengan teman-teman API. Ini mempengaruhi di dalam negeri, ini harus benar-benar kita sikapi. Harus cepat," tandas dia.

2 dari 3 halaman

Penjualan Busana Muslim dan Makanan Bakal Melonjak Saat Ramadan

Momen Ramadan membawa angin segara bagi pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di sektor tekstil dan pakaian jadi.

Pada momen ini, penjualan pakaian khususnya busana muslim diperkirakan naik hingga 300 persen.

Direktur Jenderal IKM dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Gati Wibawaningsih mengatakan, sektor IKM yang tumbuh signifikan saat Ramadan yaitu makanan dan minuman serta pakaian.

"Yang tumbuh signifikasi pertama, makanan. Kedua, pakaian," ujar dia di Kantor Kemenperin, Selasa (14/5/2019).

Khusus untuk pakaian, lanjut dia, pertumbuhan penjualannya bahkan bisa meningkat hingga 300 persen atau tiga kali lipat dibandingkan normal. Hal ini jika dilihat dari penjualan masing-masing IKM.

"Pakaian bisa naik 300 persen, penjualannya naik 3 kali lipat penjualannya. Itu untuk per individu ya, masing-masing IKM. Tapi secara total kenaikannya naik 18 persen-20 persen untuk Ramadan," kata dia. 

Gati juga menyatakan, daya beli masyarakat pada Ramadan 2019 juga membaik. Hal tersebut diharapkan bisa berdampak baik bagi sektor industri pakaian dalam negeri.

‎"Baju muslim yang kita pikir karena daya belinya turun, ternyata naik. Di Inacraft kemarin ternyata yang banyak di beli itu baju, itu (penjualan) sampai naik 15 persen," tandas dia.

 

3 dari 3 halaman

Penjualan Pakaian Bakal Melonjak Saat Ramadan

Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian perindustrian, Gati Wibawaningsih optimistis, penjualan pakaian akan meningkat jelang Ramadan. Peningkatan penjualan, kata dia, bahkan bisa mencapai ratusan persen.

"Di hari raya itu bisa puluhan kali lipat. Bisa 300 persen atau 400 persen bahkan," ujar Gati saat ditemui, di JCC, Jakarta, Rabu, 1 Mei 2019.

Hal ini, tentu disebabkan banyaknya masyarakat yang berbelanja pakaian menjelang Ramadan. Jumlah umat muslim yang besar tentu akan mendorong naiknya penjualan secara signifikan.

"Mau Lebaran pasti beli baju dong. Ada berapa ratus juta yang beli baju saat Lebaran," kata dia.

Selain itu, keadaan ekonomi global yang menunjukkan pemulihan, kata Gati, akan turut membantu peningkatan konsumsi masyarakat, termasuk jelang Lebaran.

Sebagai contoh dia mengatakan jika ekonomi dunia membaik, kegiatan perdagangan, seperti ekspor akan meningkat. Naiknya ekspor tentu akan memberikan dampak pada naiknya pendapatan masyarakat yang bekerja di sektor tersebut. 

"Begini, pasar dunia terbuka, produk Indonesia yang diekspor banyak. Yang kerja di produsen eksportir ini orang Indonesia. Kalau ekspor naik, income mereka naik. Kalau income mereka naik mereka pasti belanja. Tahun ini pasti meningkat, karena ekspor dunia itu," tandasnya. 

Â