Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberi gagasan agar kereta cepat tersambung ke Bandara Kertajati, Majalengka. Ini dimaksud mendukung kegiatan ekonomi di zona Cirebon, Majalengka, Subang (Rebana).
"Pemprov Jabar mengusulkan agar kereta cepat dilanjut 60 km ke Bandara Kertajati di kawasan special economic zone REBANA," ujar Ridwan Kamil lewat akun Instagram resminya.
Advertisement
Baca Juga
Sang gubernur menyebut proses pembangungan kereta cepat akan selesai 60 persen pada akhir tahun ini. Pada akhir 2020, proyek ini akan selesai 100 persen.
Kereta cepat pun disebut bisa mempersingkat jarak tempuh Jakarta-Bandung menjadi kurang dari satu jam, yakni 40 menit saja.
Proyek kereta cepat juga dilakukan secara business-to-business (B2B) sehingga tidak membebankan APBN. Selain itu, proyek ini juga menyerap tenaga kerja lokal dan menghasilkan kawasan kota baru.
"Dengan hadirnya jalur kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini, maka akan hadir 4 kawasan kota baru (Halim, Karawang, Walini dan Tegal Luar)," ujar Ridwan Kamil.
Ia pun berkata sekitar 3-5 juta lapangan kerja akan muncul di kawasan tersebut. Para generasi Z pun bisa menikmati pekerjaan di area tersebut.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Studi Kelayakan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Mulai Juni 2019
Perjalanan panjang proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya akan memasuki babak baru. Japan International Cooperation Agency (JICA) akan segera melakukan tahap Studi Kelaikan atau feasibility study (FS) setelah sebelumnya melakukan tahap Pra feasibility study pada tahun lalu.
Chief Representative JICA Indonesia Office Shinichi Yamanaka mengungkapkan, JICA akan segera melakukan feasibility study pada Juni.
"Untuk proyek itu nanti baru akan dimulai studinya. Feasibility study itu baru akan nanti dimulai Juni nanti, Juni tahun ini," kata dia saat ditemui di Gedung Bappenas, Jakarta, April lalu.Â
Proses Studi kelayakan tersebut akan berlangsung kurang lebih selama satu hingga satu tahun setengah. Artinya, proses tersebut baru akan selesai di 2020. "Kira-kira sampai satu setengah tahun," ujarnya.
Keputusan JICA akan menjadi investor mayoritas atau tidak bergantung pada hasil studi kelayakan tersebut. "Nanti baru akan dipertimbangkan setelah keluar hasil feasibility study," kata dia.
Sebelumnya, proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya sempat dikabarkan akan menelan biaya sebesar Rp 60 triliun. Namun kata dia, angka tersebut bisa saja berubah bergantung hasil dari studi kelayakan nanti.
Sementara itu, jika feasibility study sudah selesai, maka proses selanjutnya yaitu melakukan tender. "Biasanya setelah itu akan ada pembuatan detail desain, terus setelah itu baru pemilihan tender kontraktor dan konsultan," tutupnya.
Advertisement