Liputan6.com, Jakarta Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Raja Mandala siap dioperasikan komersial. Kesiapan ini setelah pembangkit tersebut mendapatkan Sertifikat Laik Operasi (SLO) dari Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (DJK) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
Direktur Utama PT Indonesia Power Sripeni Inten Cahyani mengatakan, PLTA Rajamandala merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Air yang dikelola PT Rajamandala Electric Power (REP), sebuah perusahaan yang dibentuk melalui kerja sama antara PT Indonesia Power dengan Kansai Electric Power Co., Inc.
Advertisement
Baca Juga
Adanya PLTA Rajamandala ini membuat PLN Grup, khususnya PT Indonesia Power menambah jumlah pembangkit listrik yang menggunakan energi baru dan terbarukan.
“Satu lagi program pengembangan pembangkit EBT telah selesai pembangunannya. Harapannya dengan ini kami bisa terus mendukung target 23 persen bauran energi (energy mix) dari program PLN” kata Sripeni, di Jakarta, Jumat (17/5/2019).
PLTA Rajamandala yang berlokasi di hilir PLTA Saguling, telah selesai melaksanakan Nett Dependable Capacity (NDC) Test dan Reliability Run (RR) Test selama 3x24 jam dari rangkaian uji kelayakan.
"Kegiatan ini bertujuan untuk menguji kehandalan dan kapasitas maksimum pembangkit listrik, sebelum beroperasi secara komersial," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Siap Menambah Pasokan Listrik Jawa-Bali
Berdasarkan hasil test tersebut, PLTA Rajamandala telah mendapatkan Sertifikat Laik Operasi (SLO) dari Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (DJK) Kementerian ESDM dan siap untuk memasok listrik ke sistem kelistrikan Jawa-Bali melalui transmisi 150 kV Cianjur-Cigereleng.
"PLTA Rajamandala berlokasi di Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur memanfaatkan aliran sungai Citarum yang merupakan keluaran dari PLTA Saguling, PLTA ini tidak memerlukan pembangunan waduk atau bisa disebut dengan kategori PLTA run-of-river," tandasnya.
Advertisement
Apa Kabar Program Kelistrikan 35 Ribu MW?
Pemerintah terus mendorong program pembangunan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah program kelistrikan 35 ribu Mega Watt (MW).
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial menjelaskan mengenai realisasi program 35 ribu MW. Untuk pembangkit listrik hingga kuartal I 2019 sudah beroperasi 3.467 MW. Sedangkan yang dalam tahap konstruksi di angka 20.126 MW.
"Untuk lainnya masih dalam tahap perencanaan dan lelang," kata Ego, dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, Jakarta, Sabtu (27/4/2019).
Ego pun mengharapkan, pada 2024 atau 2025 target kelistrikan 35 ribu MW bisa tercapai 100 persen sehingga pemerataan kelistrikan dapat rasakan oleh seluruh masyarakat.
"Setiap orang membutuhkan listrik. Listrik dianggap bisa mengubah peradaban. Terkait infrastruktur, yang pertama tugas kita adalah penyediaan listrik," tuturnya.
Hingga Kuartal I 2019, pemerataan kelistrikan (rasio elektrifikasi) sudah melebihi target. Capaian rasio elektrifikasi secara nasional adalah 98,5 persen, di atas target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2018 sebesar 97,5 persen.
"Capaian rasio elektrifikasi saat ini 98,5 persen telah melampaui target. Namun, masih ada sekitar 1,2 juta rumah tangga yang belum memperoleh listrik. Target kami tahun ini adalah mewujudkan rasio elektrifikasi hingga 99,9 persen," tuturnya.
Menurut Ego, dengan prinsip energi berkeadilan, Kementerian ESDM terus berupaya menyediakan energi ke seluruh pelosok nusantara, tantangannya tak hanya menyediakan energi secara merata tapi juga dengan harga yang harus terjangkau. Pembangunan infrastrukur dan program pro rakyat, itu yang dipercepat dan diperluas.
"Tantangannya adalah bagaimana cara menyediakan energi secara merata ke seluruh pelosok negeri, tetapi dengan harga yang terjangkau. Dengan meratanya energi hingga ke lokasi-lokasi terpencil, akan mendorong pertumbuhan lapangan pekerjaan, perekonomian, dan investasi serta kehidupan masyarakat yang lebih produktif," tandasnya.