Sukses

Dulu Tak Bisa Bahasa Inggris, Ini Kisah Sukses Ayah Jeff Bezos

Jeff Bezos bercerita mengenai kisah sukses ayahnya yang mengungsi ke Negeri Paman Sam meski tak bisa bahasa Inggris.

Liputan6.com, Seattle - Orang terkaya di dunia, Jeff Bezos, bercerita perjuangan ayah tirinya yang ternyata merupakan anak rantau. Waktu tiba di Amerika Serikat (AS), sang ayah ternyata tidak bisa Bahasa Inggris sama sekali.

Kisah Miguel Bezos disebarkan putranya di situs Amazon. Miguel yang dulu berusia 16 tahun kabur dari rezim komunis Fidel Castro, demikian laporan Market Watch.

Miguel hanya membawa tiga pasang baju, tiga pasang celana, dan jaket. Dia adalah satu dari ribuan remaja Kuba yang diungsikan ke AS dalam Operation Peter Pan di tahun 1960-1962.

Mike, demikian sapaan akrabnya, mengaku cepat belajar bahasa karena kesungguhannya ketika SMA. Nilai Mike pun menanjak naik dan ia mendapat beasiswa dari Universitas Alberqueue.

"Di sanalah ia bertemu ibu saya," ujar Jeff Bezos. Mike pun berhasil menggapai karier sebagai insinyur.

Sebetulnya Mike Bezos berasal dari keluarga mumpuni. Namun, rezim komunis Castro menyita usaha keluarga.

Meski sudah tidak pernah kembali ke Kuba, Mike mengaku tidak akan melupakan latar belakangnya. Seluruh keluarganya pun masih menyukai masakan Kuba.

Mike menikahi ibu Jeff Bezos, Jackie, ketika Jeff berusia empat tahun. Jeff pun amat menghargai perjuangan serta mencintai ayah tirinya. Ia menilai ayahnya bisa sukses karena pertolongan banyak orang baik di sekitarnya.

"Kisah ayah saya adalah tentang menolong satu sama lain. Ia memiliki semangat dan determinasi yang luar biasa, tetapi ia juga memiliki orang-orang luar biasa baik dan suportif yang memandu jalannya," ujar Jeff Bezos.

Mike pun masih tidak menyangka bahwa 30 tahun lalu ia berhasil tiba ke Amerika Serikat dan mewujudkan American Dream. "Itu sungguh luar biasa," ujar Mike.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Nasihat Kakek yang Diingat Orang Terkaya di Dunia

Jeff Bezos juga sempat menceritakan nasihat kakeknya yang terus dia ingat semenjak usianya 10 tahun. Ucapan kakeknya itu sempat ia bagikan ke wisudawan Universitas Princeton pada tahun 2010 lalu.

Dalam pidato tersebut, Jeff Bezos membagikan 12 pertanyaan penting untuk ditanyakan dalam hidup, sekaligus menyampaikan nasihat penting dari sang kakek mengenai pilihan: antara menjadi cerdas dan baik hati. 

Dikutip dari situs resmi Universitas Princeton, Bezos mengingat ketika usianya 10 tahun, ia pernah kesal karena neneknya merokok di mobil. Bezos yang cerdas pun langsung mengingat bahwa merokok membahayakan nyawa.

Bocah yang kelak akan menjadi orang terkaya di dunia itu lantas berkata ke sang nenek: "Tiap dua menit menghisap rokok, kamu telah merenggut sembilan tahun kehidupanmu!"

Bezos berharap dipuji atas kalkulasi aritmatikanya. Nyatanya, ia masih ingat jelas bagaimana sang nenek malah menangis dan sang kakek menyetop mobil lalu mengajak Bezos keluar kendaraan.

"Kakek saya menatap ke arah saya, dan setelah sedikit keheningan, ia dengan lembut dan tenang berkata, 'Jeff, suatu hari kami akan memahami bahwa lebih sulit menjadi baik hati ketimbang cerdas,'" ujar Bezos mengenang nasihat kakeknya. 

Bezos pun terinspirasi untuk mengambil pilihan hidup yang lebih baik dan bijak. Pilihan-pilihan itulah yang menjadi dasar 12 pertanyaan Bezos agar memiliki kehidupan bermakna. Berikut 12 pertanyaannya:

3 dari 3 halaman

12 Pertanyaan Kehidupan versi Jeff Bezos

Berikut 12 pertanyaan yang menurut orang terkaya di dunia perlu dijawab seseorang agar memiliki kisah yang luar biasa dalam kehidupan. Bisakah kita menjawabnya?

1. Akankah kamu merasa bangga atas bakatmu atau bangga pada pilihanmu?

2. Bagaimana caramu memakai bakat yang kamu miliki? Pilihan apa yang akan kamu buat?

3. Akankah inersia (takut untuk berubah -red) menjadi pemandu untukmu, atau akankah kamu mengikuti passion-mu?

4. Akankah kamu mengikuti dogma, atau akankah kamu menjadi original?

5. Akankah kamu memilih sebuah kehidupan yang santai, atau kehidupan yang melayani dan berpetualang?

6. Akankah kamu layu karena dikritik, atau akankah kamu mengikuti keyakinanmu?

7. Akankah kamu abai ketika salah, atau akankah kamu meminta maaf?

8. Akankah kamu melindungi hatimu dari penolakan, atau akankah kamu mengambil tindakan ketika jatuh cinta?

9. Akankah kamu bermain aman, atau akankah kamu sedikit nakal?

10. Ketika situasi sulit, akankah kamu menyerah, atau akankah kamu terus mengejar?

11. Akankah kamu menjadi orang sinis, atau akankah kamu membangun?

12. Akankah kamu memilih menjadi cerdas dengan mengorbankan orang lain, atau akankah kamu memilih menjadi orang yang baik?

Â