Sukses

PLN Pasok Listrik ke Tambang Bauksit Antam di Tayan Kalimantan Barat

Pasokan listrik untuk fasilitas unit bisnis pertambangan bauksit Antam di Tayan berasal dari sistem Khatulistiwa.

Liputan6.com, Tayan - PT PLN (Persero) memasok 3.465 kilo Volt Amper (kVA) listrik untuk fasilitas pertambangan Bauksit PT Aneka Tambang‎ (Persero) di Tayan, Kalimantan Barat.

General Manager PLN Kalimantan Barat Agung Murdifi mengataan, ‎pasokan listrik untuk fasilitas unit bisnis pertambangan bauksit Antam di Tayan berasal dari sistem Khatulistiwa, yang disambung melalui Gardu Induk (GI) Tayan dengan panjang penyulang 9,3 kilo meter sirkit (KMS).

‎"Dengan beroperasinya GI Tayan akhir tahun 2018, untuk sampai sini disambung dengan penyulang.‎ Panjang penyulang dari GI Tayan ke sini 9,3 Kms‎," kata Agung, di Lokasi Pertambangan Bauksit Antam, Tayan, Senin (20/5/2019).

Menurut Agung, PLN telah berkomitmen memasok listrik 3.465 KVa ‎ke fasilitas pertambangan Antam.

Hal ini menunjukkan kemampuan PLN memasok listrik untuk sektor industri di wilayah Kalimantan Barat, sehingga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. ‎"Ini merupakan program pemenuhan energi, artinya kami siap melayani industri," tutur dia.

Dia melanjutkan, pemenuhan pasokan listrik‎ di lokasi Pertambangan Antam tersebut, merupakan tindak lanjut dari perjanjian yang dilakukan pada Februari 2018.

Kemudian dilakukan pembangunan jaringan kelistrikan dari Gardu Induk Tayan ke lokasi pertambangan bauksit Tayan.

"Kami menyampaikan historis penyalaan Antam, ini di awal Mou Februari 2018. Dari ‎Mou agak panjang prosesnya dari instalasi pembangunan jaringan, dan Antam juga menyiapkan instalasinya di Mei 2019," paparnya.

Dengan dipasoknya listrik ke unit bisnis pertambangan Bauksit Antam ini, maka Antam menjadi pelanggan terbesar di‎ wilayah Tayan. "Antam jadi konsumen listrik terbesar di Tayan. Kami sangat apresiasi Antam jadi konsumen PLN," tandasnya.

2 dari 3 halaman

Dibantu NASA, LDII Bangun PLTS di Ponpes Wali Barokah

Ketua DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Prasetyo Sunaryo mengatakan, pihaknya akan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dengan instalasi berukuran 40 meter x 41 meter, di pondok pesantren (ponpes) Wali Barokah, Kediri, Jawa Timur. 

Dia menuturkan, selama ini pondok pesantren masih tergantung kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam membantu penerangan di lingkungan pondok. Akibatnya beban biaya yang ditanggung terus meningkat seiring dengan besarnya pemakaian listrik. 

"Berkaca dari hal tersebut DPP LDII melakukan terobosan berupa pembangunan PLTS sendiri. Sebagai tahap awal dibangun di Ponpes Wali Barokah kota Kediri," kata Prasetyo Sunaryo, seperti ditulis Sabtu (18/5/2019). 

Pengembangan PLTS yang terbesar di Indonesia untuk ponpes ini, menurut Prasetyo, bentuk pemanfaatan dan penerapan Energi Baru Terbarukan (EBT) sesuai dengan rencana jangka panjang organisasi. 

"Ponpes yang menggunakan sebesar PLTS ini yang pertama di Indonesia. Ini wujud paradigma khusus tidak cukup dengan cara pandang perbandingan harga saja. Pendayagunaan EBT komparasinya bukan terhadap harga BBM, tetapi harus terhadap pengandaian apabila terjadi kelangkaan energi BBM. Ini yang menjadi pemahaman organisasi yang kita terapkan," tambah Prasetyo.

"Khusus energi matahari, karena Indonesia sebagai negara tropis tidak ada musim salju, sehingga energi matahari tersedia sepanjang tahun. Dari perspektif religious, penggunaan energi matahari merupakan manifestasi kesyukuran ke Allah yang mengkarunia Indonesia dengan sinar matahari yang tak ternilai harganya," imbuhnya.

 

3 dari 3 halaman

Hemat Biaya

Pimpinan Ponpes Wali Barokah KH Soenarto  mengaku pihaknya ingin mensyukuri anugerah Allah berupa sinar matahari, untuk menjadi energi listrik untuk menerangi pondoknya. Sehingga terjadi penghematan biaya pengelolaan pondok secara signifikan. 

"Untuk ke depannya ada pemikiran menjadikan ponpes ini, sebagai wisata religi dan edukasi teknologi PLTS. Sehingga menginspirasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam penerapan energi baru terbarukan," kata pria asal Klaten tersebut.

Menurut pakar PLTS, aplikator PLTS di Ponpes Wali Barokah, Horisworo, dengan pertimbangan untuk memberikan manfaat yang lama,  dana yang terkumpul secara gotong royong warga LDII tersebut dibelikan panel surya (Solar Cell) yang premium grade buatan Kanada.

"Maka harganya, termasuk peralatan penunjangnya mencapai Rp 10,1 miliar. Tapi potensi umat yang besar ini harus diwujudkan dengan membeli yang premium grade buatan Kanada. Sayang bila hanya beli buatan Cina yang harganya lebih murah. Tapi yang perlu dipahami mahalnya itu di depan saja. Dengan adanya garansi 25 tahun dari produsennya, maka yang dari Kanada ini jatuhnya malah lebih efisien," kata Horisworo saat memberikan pemaparkan di lokasi PLTS ponpes tersebut.