Sukses

Pergeseran GT Cikarut Jadi Jurus Hadapi Puncak Mudik Lebaran

Jasa Marga melakukan inovasi di GT Cikarut dalam menghadapi puncak mudik Lebaran.

Liputan6.com, Jakarta - Relokasi atau pemindahan Gerbang Tol Cikarang Utama (GT Cikarut) ke GT Cikampek Utama Km 70 dan GT Kalihurip Utama Km 67 jadi salah satu strategi untuk mengurai kepadatan lalu lintas Tol Trans Jawa ruas Jakarta-Cikampek saat arus mudik dan balik Lebaran 2019.

General Manager PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Jakarta-Cikampek Raddy R Lukman memprediksi, Tol Jakarta-Cikampek akan dipadati sekitar 150 ribu hnti kendaraan pada puncak arus mudik nanti. GT Cikarut disebutnya sudah tak lagi ideal untuk menampung volume kendaraan sebesar itu.

"Jadi kapasitas gerbang jadi masalah. 130 ribu saja sudah enggak cukup, apalagi sekarang potensinya di sini menurut perkiraan kita 150 ribu pada saat puncaknya. Sehingga pasti masalah. Area sudah enggak mungkin lagi ditambah," ujar dia, seperti dikutip Selasa (21/5/2019).

Mengatasi potensi kemacetan tersebut, pemerintah akan menerapkan sistem satu arah (one way) baik pada saat arus berangkat maupun balik mudik nanti. Raddy mengatakan, skema tersebut tak akan maksimal diterapkan bila transaksi jalan tol masih berpusat di GT Cikarut.

"Itu kenapa kejar tayang, menjelang lebaran ini harus segera pindah. Karena yang paling urgent itu, harus pindah karena sudah enggak memadai lagi Cikarut ini. Pindah ke Km 70 dan Km 67," tegas dia.

GT Cikampek Utama sebagai pengganti GT Cikarut rencananya akan mulai siap digunakan pada 23 Mei mendatang. Begitu juga dengan pembongkaran GT Cikarang Utama, yang ditargetkan rampung sebelum puncak arus mudik.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Mengapa di KM 70?

Raddy memperhitungkan, lokasi GT Cikampek Utama yang terletak di Km 70 nantinya akan mampu memperkecil beban lalu lintas dengan jumlah pintu tol yang mencukupi.

"Kenapa di Km 70? Dari plotting beban kita, itu cuman setengahnya. Paling kecil bebannya. Jadi kita kalau sehari-hari di sini tuh 65 ribu sampai 70 ribu (unit kendaraan), di sana hanya 27 ribu," urainya.

"Yang kedua, areanya memang ada di sana. Jadi kebayang, dengan beban yang lebih kecil kita siapkan gardu yang relatif cukup di sana. Jadi Insya Allah kapasitasnya terjawab untuk yang di Km 70," dia menambahkan.

Selain untuk mengurai kepadatan lalu lintas saat mudik, proses relokasi ini juga dilakukan atas dasar pertimbangan semakin banyaknya kendaraan yang bergerak secara commuter dari Bekasi dan Cikarang menuju Jakarta.

"Hal yang lain apa? Pergerakan commuter-nya juga semakin jauh. Dulu mungkin cuman sampai Bekasi commuter-nya ke Jakarta. Terus bergeser ke Cikarang," ungkap dia.

"Lalu, ini pindah juga untuk memisahkan yang mau ke timur (Cikopo-Palimanan) dan ke arah Bandung. Sehingga yang commuter tidak dilayani gerbang yang sama. Jadi beban akan lebih terdistribusi," tandasnya.