Sukses

Dirut Garuda Ungkap Sulitnya Bersaing dengan Maskapai Asing

Selama ini maskapai di Indonesia termasuk Garuda Indonesia dihadapkan tingginya harga avtur.

Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) merupakan salah satu maskapai terbesar di Indonesia. Namun ternyata, maskapai plat merah ini harus bekerja ekstra keras jika harus bersaing dengan maskapai asing untuk penerbangan internasional.

Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Askhara menjelaskan, banyak faktor yang menyebabkan maskapai Indonesia sulit bersaing dengan maskapai asing.

"Di Indonesia sendiri harga rata-rata per jam dalam rupiah paling rendah dibanding Jepang Rp 2,3 juta, China Rp 1,5 juta, kita paling rendah yaitu Rp 718.575. Ini kalau sekarang Tarif Batas Atas turun, berarti lebih rendah lagi. Padahal komponen biaya peswat di dunia sama saja," kata Ari seperti ditulis, Rabu (22/5/2019).

Tidak hanya itu, selama ini maskapai di Indonesia dihadapkan tingginya harga avtur. Namun di sisi lain, maskapai tidak bisa langsung begitu saja menaikkan harga tiket pesawat. Hal ini menyebabkan manajemen harus melakukan berbagai efisiensi.

Belum lagi, dijelaskan Ari, setiap pembelian avtur di Indonesia, maskapai dikenakan PPn sebesar 10 persen.

"Jadi kita tidak bisa kalau bersiang di luar negeri. Bersyukur kita punya pasar tradisional seperti ke Singapura, Jeddah, Madinah. Bagaimana bisa bersaing kalau komposisi harga rata-rata saja jauh di bawah," Ari menambahkan.

Diceritakannya, pada bulan April, Garuda Indonesia pernah diminta menurunkan harga tiket mencapai 35 persen. Dengan kebijakan ini, hanya dalam waktu dua minggu, Garuda Indonesia menelan kerugian USD 12 juta.

"Tapi kalau cuma penurunan 15 persen, jika sekarang masih bisa BEP lah," pungkas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Garuda Indonesia Bakal Luncurkan Aplikasi untuk Carter Pesawat

Sebelumnya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk segera meluncurkan aplikasi Avia Mall, carter dan leasing pesawat untuk melayani masyarakat yang memerlukan jasa layanan penerbangan tak berjadwal, maupun jasa Taxi Udara.

Aplikasi yang rencananya akan diluncurkan pada akhir bulan Mei ini akan mempertemukan para pemilik pesawat dengan masyarakat yang membutuhkan jasa penerbangan carter. 

Direktur Kargo dan Pengembangan Bisnis Garuda Indonesia Mohammad Iqbal mengatakan, saat ini banyak pemilik yang memilih memarkirkan pesawat mereka ketika tidak digunakan. Dengan platform ini, para pemilik tersebut bisa menyewakan pesawatnya sehingga bisa lebih memiliki nilai ekonomi.

“Kemudian melalui aplikasi ini pula, nantinya masyarakat yang memerlukan carter pesawat bisa menggunakan aplikasi ini, semudah memesan ojek online,” kata Mohammad Iqbal dalam keterangannya, Rabu (15/5/2019).

Selain pesawat carter penumpang, masyarakat juga bisa memesan ambulance baik jenis pesawat maupun helikopter untuk membawa pasien ke penyedia layanan kesehatan yang diinginkan.

Iqbal menuturkan, melalui aplikasi ini masyarakat bisa lebih leluasa memilih berbagai jenis pesawat dan layanan yang diberikan. Selain itu, ada juga perbandingan harga sewa dari pesawat-pesawat yang ada sehingga bisa disesuaikan dengan bujet konsumen.

“Seperti ingin bepergian beramai-ramai dengan teman, akan lebih efisien dan mudah jika mencarter pesawat. Bahkan ada yang lebih murah dari membeli tiket pesawat untuk tujuan tertentu,” lanjut Iqbal.

Selain carter pesawat, aplikasi ini juga akan menjadi marketplace untuk suku cadang, serta MRO/perawatan pesawat.

3 dari 3 halaman

Potensi Pasar Besar

Potensi pasar penerbangan carter di Indonesia cukup besar, akan tetapi belum tergarap dengan maksimal. Melalui platform yang akan diluncurkan ini, Garuda Indonesia berusaha menggarap pasar penerbangan carter dengan menyediakan platform yang mempertemukan pemilik pesawat dengan konsumen.

Iqbal menyebutkan potensi pasar penerbangan carter bisa menyamai pangsa pasar penerbangan berjadwal yang dilayani berbagai maskapai penerbangan.

“Kami optimistis layanan ini akan mendapatkan respon positif dari masyarakat pengguna jasa penerbangan,” kata Iqbal.