Sukses

Rendang Katuju, Panganan UMKM yang Merambah Pasar Ekspor

Pada musim haji tahun ini, Katuju akan mengekspor produk rendangnya ke Arab Saudi.

Liputan6.com, Jakarta - Selama ini rendang dikenal sebagai makanan asli Indonesia berbahan dasar daging. Namun di tangan kreatif pria bernama Ade Surianto, rendang mampu diolah dari bahan dasar lain seperti ikan tuna dan lokan.

Ade telah memulai usaha olahan rendang sejak 2017 dengan merek Katuju. Awalnya, pria asal Padang, Sumatera Barat ini memproduksi rendang karena adanya permintaan oleh beberapa jemaah Umrah yang berangkat ke Arab Saudi.

"Para jemaah Umrah tersebut biasanya merasa kesulitan untuk menyesuaikan dengan menu makanan di sana, apalagi dengan orang Sumatera Barat. Oleh karena itu kita memiliki inovasi untuk menyediakan rendang yang sudah dikemas di dalam sachet. Alhamdulillah mendapatkan sambutan yang baik dari para jemaah umrah," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (24/5/2019).

Melihat pasar dari produk rendang yang sangat luas, Ade kemudian mulai serius untuk mengembangkan produk rendang dalam kemasan dengan variasi bahan dasar yang juga beragam.

Ade mengatakan, dirinya memang sengaja membuat rendang dalam kemasan lantaran mengincar segmen para treveler. Kemasan yang dibuat pun tidak merepotkan saat dibawa bepergian dan tidak menyisakan sampah.

"Untuk mensiasati supaya dagingnya lebih tahan lama, kita proses produksi dan pengemasan secara steril, kemudian kita lakukan vakum. Kita terapkan sistem sehingga bisa tahan bingga 180 hari untuk bisa dibawa keluar negeri. Meski pun kita masih skala UMKM, tetapi kita bisa membuat dalam jumlah yang banyak dan rasa yang standar, karena pakai gramasi," jelas dia.

Dalam sebulan, Ade mengaku mampu memproduksi hingga 4,5 ton hingga 13,5 ton rendang dengan omzet sekitar Rp 60 juta.

"Untuk musim haji tahun ini, kami sudah mendapatkan pesanan sebanyak 200 ribu sachet dari Arab Saudi," lanjut dia.

Selain rendang dari daging, Ade juga memproduksi rendang berbahan dasar lain yaitu ikan tuna dan lokan. Dua varian ini justru paling banyak dicari oleh konsumen karena masih jarang ditemui masyarakat.

"Harga untuk di konsumen itu Rp 75 ribu-Rp 80 ribu untuk ukuran 250 gram. Kita sudah audit kompetitor jadi harga Katuju masih di bawah kompetitor," kata dia.

Saat ini rendang Katuju telah didistribusikan ke sejumlah wilayah di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Cirebon, Depok, Aceh, Majalengka dan Tegal. Katuju juga rencananya akan memperluas pasarnya hingga bisa menembus lebih banyak pasar ekspor.

"Kami memang belum mandapatkan buyer pasti, selain dari Arab Saudi. Tetapi begitu izin ekspor untuk kami keluar, akan ada beberapa channel seperti ke Jepang, Amerika, Korea Selatan dan Hong Kong karena di sana juga banyak WNI (warga negara Indonesia)," tutur dia.

 

 

 

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Jadi Mitra Binaan BNI

Katuju sendiri telah bergabung menjadi mitra binaan BNI sejak dua bulan lalu. Bantuan yang diberikan BNI melalui Rumah Kreatif BUMN (RKB) ini diantaranya pembinaan dan diikutsertakan dalam Bazaar RKB 2019 yang digelar di lobi Grha BNI, Kantor Pusat BNI.

"Selama kami ikut dalam pameran dan bazaar, ini merupakan pameran dan bazaar terbaik yang pernah kami ikuti. Kami membawa stok di hari kedua sudah 90 persen terjual," kata dia.

Ade berharap dirinya dan pelaku UMKM lain bisa lebih sering mendapatkan kesempatan untuk ikut dalam pameran dan bazaar yang digelar oleh BUMN seperti BNI. Dengan demikian, produk-produk UMKM ini bisa lebih dikenal masyarakat di berbagai daerah.

"UMKM sangat terbantu dengan kegiatan seperti ini (Bazaar RKB BNI). Tidak perlu tiap bulan diajak tetapi bisa digilir mitra-mitra binaan RKB, misalnya sekali 3 bulan. Tidak perlu kita datang tapi cukup barang kita di-display itu sudah cukup membantu," tandas dia.

3 dari 4 halaman

Jurus BNI Ajak Mitra UMKM Tembus Pasar Perkantoran

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), menggelar Bazaar Rumah Kreatif BUMN  (RKB) di lobi Grha BNI, Kantor Pusat BNI. Bazaar tersebut digelar dalam rangka memperkenalkan produk-produk mitra binaan BNI dari berbagai kota di Indonesia yang dihasilkan oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). 

UMKM mitra binaan BNI ini berasal dari Padang, Sumatera Barat hingga Sumba, Nusa Tenggara Barat.

Melalui Bazaar ini, pelaku UMKM yang rata-rata adalah produsen dapat menemukan pembeli-pembeli baru yaitu para karyawan perkantoran BNI dan sekitarnya.

Para pekerja kantoran bisa menjadi pembeli yang  mudah menemukan barang-barang kesukaannya dengan harga murah, karena langsung dijual para produsennya. 

Itulah hubungan simbiosis mutualisme yang dibangun BNI secara kreatif melalui sebuah Bazaar. Inilah juga semangat pelayanan BNI selama Ramadan 2019 yang coba disampaikan kepada para pejuang ekonomi di segmen UMKM itu, yakni Mari Melipatgandakan Kebaikan.

Pada Jumat 24 Mei 2019 ini merupakan hari terakhir Bazaar RKB yang diikuti oleh 20 UMKM. Mereka telah menjajakan produk-produk unggulannya sejak 22 Mei 2019.

Menurut Direktur Bisnis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Jaringan BNI Catur Budi Harto, beragam kesempatan untuk membuka pasar baru selalu disiapkan BNI kepada para mitra UMKM-nya. Langkah ini merupakan salah satu upaya korporasi yang dilakukan untuk mendorong para pengusaha tersebut naik kelas. 

"Ada banyak produk yang tersedia dari para mitra kami itu mulai dari fashion, makanan, hingga kerajinan tangan. Lokasi bazar yang berada di tengah Kota Jakarta memang bertujuan agar memudahkan pegawai BNI dan juga masyarakat luas dari manapun untuk datang dan membeli produk-produknya. Setiap orang yang membeli, sudah secara tidak langsung turut memajukan perekonomian Indonesia dengan langkah yang sederhana," ujar dia di Jakarta, Jumat (24/5/2019).

Mitra-mitra usaha yang diajak ke Bazaar RKB kali ini adalah antara lain Shahda Style dan Autik dari RKB Bekasi; Randang Padang dan Katuju Indonesia dari RKB Padang; Sweet Sundae Ice Cream dan Fox and Bunny dari RKB Sleman; Pesisir Pangandaran dari RKB Pangandaran; Kartika Mete Ukir Sari dari RKB Wonogiri; Fahaltex dari RKB Tegal; Arya Cipta Mandiri dari RKB Pontianak; Alisha Collection dari RKB Banjarbaru; d'Fitra NATS dari RKB Payakumbuh.     

Selain itu ada pula Mool Leather dari RKB Cilacap; Nursaida dari RKB Bantaeng; Saqbe Mandar dari RKB Mamuju; Batik Tebo by Riski Danang dari RKB Tebo; Aulia dari RKB Bengkulu Utara; Ratu Boutique dari RKB Sumba Barat Daya; serta mitra-mitra dari RKB Banyuwangi dan RKB Sumba Tengah.

4 dari 4 halaman

Pusat Segala Pelatihan

Untuk mendorongnya menjadi UMKM yang naik kelas, BNI tidak hanya menggelar Bazaar, melainkan juga beragam pelatihan. Disinilah fungsi Agent of Development yang tersemat pada BNI terus dijalankan.       

Mengajak UMKM untuk aktif di RKB merupakan salah satunya cara agar terjadi percepatan UMKM yang naik kelas. RKB adalah pusat pelatihan yang lengkap bagi UMKM agar dapat mengembangkan bisnisnya. 

Targetnya adalah mampu bersaing dengan produk dari merk-merk yang sudah terkenal dan bahkan merk internasional. Ketika UMKM telah memiliki kemampuan dan eksposure yang lebih luas, tentunya mereka akan siap untuk bersaing. Pada akhirnya, tentu bisnis dari UMKM tersebut dapat lebih maju sehingga dapat mulai menyerap tenaga kerja dan berkontribusi dalam memutar perekonomian Indonesia.