Liputan6.com, Jakarta Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto meminta agar pelaku industri skala besar lebih banyak memberikan pembinaan kepada usaha kecil dan menengah (UKM). Hal ini agar para pelaku UKM tersebut bisa naik kelas.
Airlangga mengatakan, saat ini Indonesia memiliki kondisi yang baik bagi pelaku UKM untuk tumbuh dan berkembang.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019 tumbuh 5,07 persen, lebih tinggi dibandingkan laju ekonomi pada kuartal I 2018 yang sebesar 5,06 persen. Salah satu yang mendorong pertumbuhan tersebut adalah konsumsi rumah tangga masyarakat yang tumbuh positif.
Advertisement
"Penjualan eceran tumbuh 8,10 persen, menguat dibanding kuartal I tahun 2018. Penguatan antara lain terjadi pada penjualan makanan dan minuman, perlengkapan rumah tangga, dan barang lainnya," ujar dia di Jakarta, Minggu (26/5/2019).
Airlangga mengungkapkan, salah satu contoh industri yang berhasil melakukan pembinaan yang berkesinambungan terhadap UKM yaitu PT HM Sampoerna melalui program Sampoerna Retail Community (SRC). Setelah berjalan 11 tahun, jaringan SRC telah menjangkau 105 ribu peritel tradisional di 34 provinsi di Indonesia.
"Sampoerna Retail Community (SRC) sebagai wadah UKM ritel merupakan salah satu contoh program pemberdayaan UKM khususnya peretail tradisional di tingkat nasional yang berhasil," kata dia.
Sementara itu, Direktur Urusan Eksternal Sampoerna, Elvira Lianita mengatakan, melalui program SRC, UKM agar dapat berkembang bersama-sama melalui peningkatan kapasitas dan menciptakan ekosistem komersial yang inklusif, yang pada akhirnya mewujudkan kemandirian perekonomian, baik di tingkat daerah maupun nasional.
"Sampoerna mendukung program pemerintah melalui pembinaan terhadap toko kelontong yang tergabung dalam SRC sebagai bagian UKM Indonesia. Kami berharap dapat terus mendukung SRC untuk berinovasi agar dapat terus meningkatkan daya saing usaha, sehingga mampu menggerakan roda ekonomi di Indonesia,” tandas dia.
Rendang Katuju, Panganan UMKM yang Merambah Pasar Ekspor
Selama ini rendang dikenal sebagai makanan asli Indonesia berbahan dasar daging. Namun di tangan kreatif pria bernama Ade Surianto, rendang mampu diolah dari bahan dasar lain seperti ikan tuna dan lokan.
Ade telah memulai usaha olahan rendang sejak 2017 dengan merek Katuju. Awalnya, pria asal Padang, Sumatera Barat ini memproduksi rendang karena adanya permintaan oleh beberapa jemaah Umrah yang berangkat ke Arab Saudi.
"Para jemaah Umrah tersebut biasanya merasa kesulitan untuk menyesuaikan dengan menu makanan di sana, apalagi dengan orang Sumatera Barat. Oleh karena itu kita memiliki inovasi untuk menyediakan rendang yang sudah dikemas di dalam sachet. Alhamdulillah mendapatkan sambutan yang baik dari para jemaah umrah," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (24/5/2019).
Baca Juga
Melihat pasar dari produk rendang yang sangat luas, Ade kemudian mulai serius untuk mengembangkan produk rendang dalam kemasan dengan variasi bahan dasar yang juga beragam.
Ade mengatakan, dirinya memang sengaja membuat rendang dalam kemasan lantaran mengincar segmen para treveler. Kemasan yang dibuat pun tidak merepotkan saat dibawa bepergian dan tidak menyisakan sampah.
"Untuk mensiasati supaya dagingnya lebih tahan lama, kita proses produksi dan pengemasan secara steril, kemudian kita lakukan vakum. Kita terapkan sistem sehingga bisa tahan bingga 180 hari untuk bisa dibawa keluar negeri. Meski pun kita masih skala UMKM, tetapi kita bisa membuat dalam jumlah yang banyak dan rasa yang standar, karena pakai gramasi," jelas dia.
Dalam sebulan, Ade mengaku mampu memproduksi hingga 4,5 ton hingga 13,5 ton rendang dengan omzet sekitar Rp 60 juta.
"Untuk musim haji tahun ini, kami sudah mendapatkan pesanan sebanyak 200 ribu sachet dari Arab Saudi," lanjut dia.
Selain rendang dari daging, Ade juga memproduksi rendang berbahan dasar lain yaitu ikan tuna dan lokan. Dua varian ini justru paling banyak dicari oleh konsumen karena masih jarang ditemui masyarakat.
"Harga untuk di konsumen itu Rp 75 ribu-Rp 80 ribu untuk ukuran 250 gram. Kita sudah audit kompetitor jadi harga Katuju masih di bawah kompetitor," kata dia.
Saat ini rendang Katuju telah didistribusikan ke sejumlah wilayah di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Cirebon, Depok, Aceh, Majalengka dan Tegal. Katuju juga rencananya akan memperluas pasarnya hingga bisa menembus lebih banyak pasar ekspor.
"Kami memang belum mandapatkan buyer pasti, selain dari Arab Saudi. Tetapi begitu izin ekspor untuk kami keluar, akan ada beberapa channel seperti ke Jepang, Amerika, Korea Selatan dan Hong Kong karena di sana juga banyak WNI (warga negara Indonesia)," tutur dia.
Katuju sendiri telah bergabung menjadi mitra binaan BNI sejak dua bulan lalu. Bantuan yang diberikan BNI melalui Rumah Kreatif BUMN (RKB) ini diantaranya pembinaan dan diikutsertakan dalam Bazaar RKB 2019 yang digelar di lobi Grha BNI, Kantor Pusat BNI.
"Selama kami ikut dalam pameran dan bazaar, ini merupakan pameran dan bazaar terbaik yang pernah kami ikuti. Kami membawa stok di hari kedua sudah 90 persen terjual," kata dia.
Ade berharap dirinya dan pelaku UMKM lain bisa lebih sering mendapatkan kesempatan untuk ikut dalam pameran dan bazaar yang digelar oleh BUMN seperti BNI. Dengan demikian, produk-produk UMKM ini bisa lebih dikenal masyarakat di berbagai daerah.
"UMKM sangat terbantu dengan kegiatan seperti ini (Bazaar RKB BNI). Tidak perlu tiap bulan diajak tetapi bisa digilir mitra-mitra binaan RKB, misalnya sekali 3 bulan. Tidak perlu kita datang tapi cukup barang kita di-display itu sudah cukup membantu," tandas dia.
Advertisement
Menperin Ajak 1.000 Pengusaha Kecil Go Digital
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, program e-Smart IKM (Industri Kecil Menengah) atau IKM Go Digital ini diharapkan mampu berdaya saing global, sesuai dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0.
"Saat ini, dunia telah memasuki era digital ekonomi, di mana model bisnis yang banyak dijalankan berbasis teknologi informasi dan komunikasi," kata Airlangga lpada acara e-Smart IKM 2019 IKM Go Digital di Bogor, Jawa Barat, Kamis (21/3/2019).
Baca Juga
Airlangga meyakini, penggunaan teknologi era revolusi industri 4.0 akan mampu mendongkrak produktivitas industri manufaktur secara efisien, termasuk sektor IKM. Bahkan, produk-produk yang dihasilkan bakal lebih kompetitif dan inovatif.
IKM sebagai bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), hingga saat ini berjumlah sebanyak 4,4 juta unit usaha atau sekitar 99 persen dari seluruh unit usaha Industri di Indonesia. Dari jumlah unit usaha tersebut, menyerap tenaga kerja sebanyak 10,5 juta orang atau 65 persen dari total tenaga kerja sektor industri secara keseluruhan.
"Sektor IKM akan mampu menjadi tulang punggung bagi perekonomian nasional. Ini dilihat dari kontribusinya yang cukup besar, mulai dari jumlah dan penyerapan tenaga kerjanya," kata dia.
Airlangga mengungkapkan, ada empat aspek yang dapat membentuk IKM lebih berdaya saing di pasar global. Selain mempunyai ciri khas produk dan pengembangan produk, SDM yang berkualitas, juga pemanfaatan era digital dan pola pemasaran yang baik.
Dengan begitu, ia optimis ke depannya investasi bisnis akan cenderung mengarah kepada aktivitas usaha dengan platform yang dikenal dengan istilah industri 4.0. Apalagi, Indonesia mempunyai potensi seiring dengan semakin berkembangnya penggunaan internet dan membaiknya infrastruktur telekomunikasi. Ini diharapkan bisa membantu akses IKM ke dunia online.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan, sepanjang tahun 2017, pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa atau setara dengan 54,68 persen dari jumlah penduduk yang mencapai 262 juta orang.
"Penetrasi penggunaan internet itu diharapkan juga dimanfaatkan untuk usaha-usaha produktif yang mendorong efisiensi dan perluasan akses pasar seperti jual beli online," ujar Airlangga.