Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) gencar melakukan mekanisasi melalui program pemberian alat mesin pertanian (alsintan) kepada petani dalam rangka menghadapi persaingan global. Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, mengatakan bahwa pihaknya ingin mengubah mindset petani tradisional menjadi modern.
Sasaran penerima bantuan adalah kelompok tani/gabungan kelompok tani, Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), dan brigade alsintan. Sementara itu, pengadaan alsintan di tingkat pusat dan daerah (provinsi) dapat dilakukan melalui e-catalog. Adapun pemberian alsintan menyesuaikan kebutuhan di lapangan.
"Pengajuan dari lapangan ke kabupaten. Kabupaten ke provinsi. Setelah itu dari Provinsi diajukan ke Kementan, Alsintan langsung diberikan," ujar Sarwo.
Advertisement
Adapun salah satu alsintan yang diberikan adalah combine thresher. Menurutnya, penggunaan combine thresher mampu meningkatkan kecepatan dan kualitas panen. Alat ini memungkinkan pemanenan dalam waktu empat hingga enam jam/ha, lebih cepat dibandingkan dengan sabit dan gebot yang butuh waktu 160-240 jam/ha.
Selain itu, Kementan juga memberikan bantuan berupa traktor tradisional untuk mempercepat waktu tanam. Sarwo mengatakan, traktor tradisional mampu mengolah tanah hanya 16 jam/ha, sedangkan cangkul hanya bisa 200-400 jam/ha/orang.
“Semakin cepat olah lahan (dengan traktor), tanam tiga kali setahun memungkinkan. Ini membuat petani lebih hemat dan hasilnya lebih banyak,” ucapnya.
Selain dua alat tersebut, Kementan juga mempromosikan rice transplanter dan power weeder yang masing-masing jumlah kerjanya sebesar lima sampai enam jam/ha dan 15-27 jam/ha. Alat ini jauh lebih cepat dibandingkan penanaman dan penyiangan melalui tangan yang masing-masing butuh waktu 150 jam/ha dan 120 jam/ha.
Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Andi Nur Alamsyah, mengatakan bahwa tingkat mekanisasi Indonesia masih kalah dengan negara lain. Menurutnya, level mekanisasi ada di angka 1,68 horsepower/hektar (hp/ha). Masih di bawah Malaysia dan Vietnam yang sebesar 2,5 hp/ha. Namun, program modernisasi pertanian yang terus digenjot Kementan dalam lima tahun terakhir, berhasil meningkatkan level mekanisasi pertanian Indonesia sebesar 236 persen.
Lebih lanjut, Andi mengatakan bahwa Balai Besar Mekanisasi Pertanian telah mengembangkan traktor otonom.
“Tahun-tahun depan sudah menjadi opsi untuk pengadaan kita. Supaya alsintan yang ada di masyarakat daya gunanya bisa dinikmati petani lain,” kata Andi.
Selain itu, ia menjelaskan bahwa Kementan telah meluncurkan aplikasi smartmobile untuk penyewaan alsintan yang dapat diakses melalui Android. Terdapat beberapa jenis seperti sewa combine, traktor, dan sebagainya.
Di lain kesempatan, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengatakan bahwa mekanisasi pertanian merupakan hal yang tak dapat dihindari agar bisa bersaing di dunia internasional. Menurutnya, biaya menggunakan alsintan lebih murah daripada tidak menggunakannya.
“Mekanisasi tujuannya menekan biaya produksi 60 persen. Biasanya Rp 12 juta, bisa saja Rp 5 juta. Kalau dikali seluruh Indonesia, Rp 361 triliun bisa dihemat,” ujar Andi.
Sejak 2015, Kementan telah membagikan 398.000 unit alsintan kepada petani yang terdiri dari traktor roda dua, traktor roda empat, pompa air, rice transplanter, culrivator, excavatior, hand sprayer, dan sebagainya.
(*)