Liputan6.com, Jakarta - Menjelang lebaran Idul Fitri sebagian perantau akan kembali ke kampung halaman, untuk merayakan hari raya bersama keluarga sehingga rumah akan ditinggal dalam waktu lama.
General Manager PLN Distribusi Jakarta Raya M Ikhsan Assad mengingatkan, masyarakat yang akan meninggalkan rumah ke kampung halaman untuk mematikan perangkat elektronik dan mencabut saklar dari stop kontak untuk mencegah kebakaran akibat korsleting listrik.
"Kalau mudik jangan lupa matikan aliran listriknya, colokan yang nyangkut itu dicabut," kata Ikhsan, di Jakarta.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Ikhsan, perangkat elektronik yang masih tertancap di stop kontak dalam waktu lama akan menciptakan panas, hal ini yang akan menjadi pemicu kebakaran akibat kelistrikan. Selain itu, meski peralatan elektronik tidak dipakai, jika saklar masih tertancap pada stop kontak maka masih mengkonsumsi listrik sekitar 5 Watt.
"Kalau panas bisa terbakar, colokan TV, AC, kipas angin itu kalau masih dicolok konsumsi masih 5 Watt, kalau kabel jelek panas bisa terbakar," tuturnya.
Agar konsumsi listrik tetap hemat saat rumah ditinggal mudik, dia menyarankan masyarakat memasang sensor pada lampu. Sehingga lampu akan mati dan nyala sesuai dengan kondisi pencahayaan matahari."Pasang sensor lampu, jadi ada cahaya lampu mati, saat gelap lampu nyala," imbuhnya.
Ikhsan menambahkan, sebelum mudik masyarakat menggunaan listrik prabayar sebaiknya mengisi token listrik terlebih dahulu, hal ini untuk menghindari daya habis saat kembali ke rumah. Sedangkan yang pasca bayar sebaiknya membayar tagihan rekening listrik terlebih dahulu, sebab jika terlambat membayar akan dikenakan sanksi.
"Untuk prabayar jangan lupa isi token, kalau pascabayar jangan lupa bayar listrik kalau telat diputus," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
PLN Jamin Listrik Tak Padam saat Warga Rayakan Lebaran 2019
PT PLN (Persero) menjamin kepada masyarakat bahwa pasokan listrik saat Lebaran akan lebih aman. Pasalnya, konsumsi listrik menurun karena industri meliburkan diri.
"Konsumsi terbesar itu adalah industri dan bisnis, seperti yang kita ketahui industri itu meliburkan karyawannya, sehingga mesinnya tidak beroperasi. Itulah yang mengakibatkan konsumsi listrik secara nasional akan turun," jelas ujar Plh. Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN Dwi Aryo Abdullah, Rabu (29/5/2019) di Kantor PLN Pusat, Jakarta.
Pada Ramadan dan Lebaran pemakaian energi listrik bisa turun sampai 15-20 persen, sementara tingkat nasional turun 10-15 persen. Sebagai contoh, beban puncak di Jawa-Bali pada hari biasa, hari kerja, di luar Ramadan dan Lebaran, bisa tembus di angka 27 ribu megawatt.
"Secara nasional, beban di pemakaian masyarakat di saat Hari Raya Idul Fitri itu kalau di Jawa-Bali turun 15-20 persen, kalau nasional 10-15 persen, sehingga cadangannya meningkat, baik katakanlah Sumatra, Kalimatan, Sulawesi, dan di beberapa pulau-pulau kecil," ujar dia.
Sementara, perkiraan untuk lebaran, H-5 sampai H+5 perkiraannya konsumsi turun, terutama di Jawa dapat turun hingga 17 ribu megawatt. Dwi menyebut penurunan signifikan itu meningkatkan reservasi PLN dari 30 persen, jadi 50 persen.
PLN pun akan selektif mengoperasikan pembangkit. Terhitung ada 20 yang tidak dioperasikan karena pasokan listrik Lebaran sudah tercukupi dengan di luar itu.
"Tentunya yang tidak dioperasikan yang berbahan bakar minyak, gas, yang sesuai dengan kapasitasnya, dan itu bukan tidak bisa operasi, itu namanya di standby dingin," jelas Dwi.
Advertisement