Liputan6.com, Washington D.C. - Sebuah studi terbaru oleh Chase Home Lending menemukan, 52 persen milenial yang baru pertama kali membeli rumah secara finansial merasa siap untuk melakukannya.
Sebanyak 70 persen diantaranya bahkan bersedia mengurangi rutinitas seperti berbelanja atau menonton film untuk bisa mewujudkannya.
Menurut data National Association of Realtors, pembeli rumah saat ini didominasi oleh para milenial kisaran usia 22-38 tahun. Namun, sebuah laporan dari Urban Institute mengemukakan, tingkat kepemilikan rumah generasi terkini masih lebih rendah dibanding orang tua dan kakek-nenek mereka pada usia yang sama.
Advertisement
Baca Juga
Ini dikarenakan generasi muda saat ini harus menghadapi rintangan berupa meningkatnya harga rumah di pasaran, berbanding terbalik dengan jumlah unit rumah tersedia yang justru menyusut.
Mengacu catatan sebuah perusahaan real estate database asal Amerika Serikat, Zillow, harga rumah pemula telah meningkat 57,3 persen selama lima tahun terakhir. Sementara persediaannya telah turun sebesar 23,3 persen.
Selain membeli rumah, generasi milenial juga harus berhadapan dengan hal-hal lain seperti hutang pinjaman hingga biaya pernikahan.
"Mereka melewati proses dimana menyewa (hunian) tampak sebagai ide yang lebih baik dan aman dibanding membelinya," ungkap Kepala Konsumen Chase Home Lending, Sean Grzebin seperti dilansir dari CNBC.
Grzebin mengatakan, kaum muda juga masih didorong oleh keinginan untuk mendapat keseimbangan hidup lewat berwisata dan pergi makan bersama teman. "Tapi sekarang, mereka mulai menyadari pentingnya kepemilikan rumah dan perlu mengesampingkan hal-hal itu," tambahnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Perhatikan Penyesalan dalam Beli Rumah
Sebuah survei yang dikeluarkan Zillow menemukan, sekitar 81 persen milenial pemilik rumah berusia 18-34 tahun setidaknya memiliki satu penyesalan akan rumah yang mereka beli. Sebagian besar menyesal lantaran catatan utang yang mereka miliki.
Ekonom senior Zillow Sarah Mikhitarian menyatakan, penyesalan tersebut datang karena milenial belum berpengalaman dalam proses membeli rumah. Namun, mereka pada akhirnya terpaksa merasa senang dengan apa yang telah mereka beli.
"Ketika milenial memiliki rumah dengan perabotan dan renovasi, itu merupakan ruang bagi mereka untuk bisa menikmati kedamaian yang selama ini mereka cari," tukas dia.
Advertisement
Hingga Mei 2019, Program Satu Juta Rumah Sukses Bangun 400.500 Unit
Di Indonesia, Kementerian Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yakin target pembangunan sebanyak 1.250.000 unit rumah dalam Program Satu Juta Rumah pada 2019 ini dapat tercapai. Itu lantaran hingga akhir Mei, program tersebut telah sukses membangun sebanyak 400.500 unit rumah.
"Capaian Program Satu Juta Rumah status per 27 Mei 2019 sudah mencapai angka 400.500 unit. Masih sesuai target sehingga kami optimistis bisa tercapai," ujar Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid, Rabu, 29 Mei 2019.
Hal tersebut juga didukung dengan telah ditetapkannya ketentuan harga baru rumah subsidi yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Republik Indonesia Nomor 81/PMK.010/2019 tentang Batasan Rumah Umum, Pondok Boro, Asrama Mahasiswa dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya Yang Atas Penyerahannya Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
"Dengan keluarnya PMK baru tersebut, para pengembang juga akan lebih bersemangat membangun rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Apalagi banyak juga kemudahan perizinan untuk perumahan di daerah," ungkap Khalawi.
Dari capaian 400.500 unit rumah yang ada dalam program Satu Juta Rumah, tercatat rumah yang dibangun untuk MBR telah mencapai 86 persen, sedangkan 14 persen lainnya merupakan rumah non MBR.
Rumah MBR
Berdasarkan jumlah tersebut, rumah MBR yang dibangun oleh Kementerian PUPR berjumlah 56.070 unit, dari skema Kredit Pemilikan Rumah dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP) sebanyak 37.949 unit.
Sementara rumah MBR yang dibangun pengembang berjumlah 246.270 unit, dan oleh masyarakat sebanyak 2.889 unit. Sedangkan pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang sebanyak 56.232 unit dan masyarakat sebanyak 90 unit.
Angka ini akan terus bertambah hingga akhir tahun ini lantaran Kementerian PUPR melalui Ditjen Penyediaan Perumahan akan meningkatkan program rumah berbasis komunitas seperti perumahan para pemangkas rambut di Garut.
"Saat ini sudah 13 Kabupaten/Kota yang telah mengajukan program ini dimana lahan telah disediakan," jelas Khalawi.Â
Sejak dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 29 April 2015, capaian Program Satu Juta Rumah terus meningkat. Yakni sebanyak 699.770 unit pada 2015, 2016 sebanyak 805.169 unit, dan 2017 sebanyak 904.758 unit.
Pada 2018, untuk pertama kalinya capaian Program Satu Juta Rumah mencapai 1.132.621 unit. Secara keseluruhan, dari 2015 hingga 2018 total telah terbangun sebanyak 3.542.318 unit rumah.
Advertisement