Sukses

S&P Dongkrak Peringkat Utang RI, IHSG Melonjak 105 Poin

Investor asing borong saham jelang libur Lebaran sehingga dongkrak laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau usai lembaga pemeringkat internasional S&P Global Ratings menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi BBB dari sebelumnya BBB-.

Dengan sentimen itu juga mendorong aksi beli investor asing cukup besar jelang liburan panjang Lebaran 2019.

Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (31/5/2019), IHSG melonjak 105,01 poin atau 1,72 persen ke posisi 6.209,11. Indeks saham LQ45 menguat 2,45 persen ke posisi 982,87. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.

Sebanyak 274 saham menghijau sehingga IHSG mampu alami reli penguatan jelang akhir pekan ini. 129 saham melemah dan 135 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 448.661 kali dengan volume perdagangan 15,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,6 triliun. Investor asing borong saham Rp 1,24 triliun di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) ke posisi Rp 14.275 per dolar AS.

10 sektor saham kompak menguat. Sektor saham aneka industri mendaki 2,66 persen dan bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham manufaktur menanjak 2,04 persen dan sektor saham keuangan mendaki 2,03 persen.

Saham-saham yang bukukan penguatan terbesar antara lain saham MKNT naik 34,55 persen ke posisi Rp 148 per saham, saham JAWA melonjak 30,19 persen ke posisi Rp 138 per saham, dan saham SMRU naik 19,13 persen ke posisi Rp 137 per saham.

Sementara itu, saham-saham yang melemah antara lain saham TFCO merosot 21,13 persen ke posisi Rp 560 per saham, saham BALI tergelincir 15,24 persen ke posisi Rp 1.780 per saham, dan saham ZONA turun 4,29 persen ke posisi Rp 670 per saham.

Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,79 persen, indeks saham Jepang Nikkei melemah 1,63 persen, indeks saham Thailand merosot 0,30 persen, indeks saham Singapura terpangkas 0,24 persen dan indeks saham Taiwan tergelincir 0,80 persen.

Sedangkan indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,14 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 1,11 persen.

PT Ashmore Assets Management Indonesia menyebutkan kenaikan peringkat utang Indonesia menjadi hal positif untuk saham, obligasi dan rupiah. Dalam jangka pendek akan mendorong aliran dana investor asing sehingga menguntungkan saham, obligasi dan rupiah.

Sentimen tersebut juga mendorong laju IHSG naik tajam pada Jumat pekan ini. "Secara jangka pendek pasar modal pasti baik. Sedangkan untuk ekonomi secara riil harusnya berita ini dapat meningkatkan foreign direct investment," tulis PT Ashmore Asset Management Indonesia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Usai Pengumuman S&P, IHSG Melesat

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung melesat tajam pada pembukaan perdagangan saham sesi kedua Jumat (31/5/2019). Penguatan IHSG ini terjadi di tengah rilis lembaga pemeringkat internasional S&P yang menaikkan peringkat utang Indonesia jadi BBB.

Pada pembukaan perdagangan Jumat pekan ini, IHSG menguat 82,51 poin atau 1,35 persen ke posisi 6.186,3 pada pukul 14.00 waktu JATS.

Sebanyak 240 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. 119 saham melemah dan 147 saham diam di tempat.

Pada awal sesi kedua, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.193,34 dan terendah 6.110,47.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 283.122 kali dengan volume perdagangan 9,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,9 triliun.

Investor asing beli saham Rp 667,81 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.263.

Sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham industri dasar turun 0,25 persen. Sektor saham keuangan menguat 2,28 persen, dan pimpin penguatan.

Disusul sektor saham infrastruktur menanjak 2,12 persen dan sektor saham aneka industri menguat 1,48 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham MKNT naik 34,55 persen ke posisi Rp 148 per saham, saham SMRU melonjak 32,17 persen ke posisi Rp 152 per saham, dan saham JAWA mendaki 22,64 persen ke posisi Rp 130 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham BALI melemah 19,05 persen ke posisi Rp 1.700 per saham, saham HITS susut 8,82 persen ke posisi Rp 620 per saham, dan saham BRPT tergelincir 8,73 persen ke posisi Rp 3.240 per saham.

Bursa saham Asia sebagian bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,74 persen, indeks saham Jepang Nikkei merosot 1,63 persen, dan bukukan penurunan terbesar.

Disusul indeks saham Shanghai melemah 0,24 persen dan indeks saham Singapura merosot 0,91 persen.

Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,14 persen, indeks saham Thailand menanjak 0,18 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 1,11 persen.

 

3 dari 3 halaman

S&P Menaikkan Peringkat Utang Indonesia Jadi BBB

Lembaga pemeringkat internasional S&P global rating menaikkan peringkat kredit utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB dengan prospek stabil pada Jumat (31/5/2019).

Selain itu, S&P juga menaikkan peringkat utang Indonesia jangka pendek menjadi A-2 dari A-3.

Dalam keterangan tertulis, kenaikan peringkat tersebut mencerminkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan dinamika kebijakan yang mendukung. Hal ini seiring terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Peringkat pada Indonesia terus didukung oleh utang pemerintah yang relatif rendah dan kinerja fiskal yang moderat,” tulis S&P Global Rating.

Faktor-faktor ini menyeimbangkan kelemahan terkait ekonomi Indonesia dengan masyarakat penghasilan menengah ke bawah dan capital adequacy ratio (CAR) yang moderat.

Adapun prospek yang stabil mencerminkan pandangan S&P mengenai lingkungan kebijakan yang konstruktif di Indonesia sehingga akan mendukung prospek pertumbuhannya di tahun-tahun mendatang, dan meningkatkan profil kredit yang lebih luas dari pemerintah.

S&P dapat menaikkan peringkat jangka pajjang jika pengaturan fiskal membaik sehingga defisit pemerintah secara umum dan perubahan terkait utang bersih turun jauh di bawah 1 persen dari produk domestik bruto (PDB) selama dua thaun ke depan.

“Sebaliknya, kami dalam menurunkan peringkat jika pertumbuhan ekonomi global melambat secara substansial selama dua tahun ke depan,” tulis S&P.

Indikasi tekanan pada peringkat itu adalah uang pemerintah dan defisit anggaran masing-masing melebihi 30 persen dan tiga persen dari produk domestik bruto (PDB) secara berkelanjutan, atau biaya bunga yang lebihi 10 persen dari pendapatan pemerintah.

Indikasi pelemahan pengaturan eksternal Indonesia adalah likuiditas secara konsisten melebihi 100 persen. Kemunduran seperti itu dapat terjadi jika kondisi perdagangan Indonesia terus memburuk tanpa kompresi volume impor bersamaan dan pertumbuhan ekspor riil secara material di bawah harapan.