Sukses

The Fed Berpeluang Pangkas Suku Bunga, Wall Street Melonjak

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat dan mencatatkan kenaikan terbesar satu hari dalam lima bulan ini.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat dan mencatatkan kenaikan terbesar satu hari dalam lima bulan ini.

Penguatan wall street ini terjadi usai pimpinan the Federal Reserve atau bank sentral AS membuka kemungkinan penurunan suku bunga.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa (Rabu pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 512,4 poin atau 2,06 persen ke posisi 25.332,18.

Indeks saham S&P 500 mendaki 58,82 poin atau 2,14 persen ke posisi 2.803,27. Indeks saham Nasdaq bertambah 194,10 poin atau 2,65 persen ke posisi 7.527,12.

Sentimen bank sentral AS bayangi pergerakan wall street. Powell menuturkan, bank sentral AS akan bertindak sebagaimana mestinya untuk mengatasi risiko perang dagang.

Pernyataan ini juga usai Kepala Bank sentral AS St Louis, James Bullard menuturkan, penurunan suku bunga dapat segera dilakukan.

Powell menuturkan, bank sentral AS memantau seksama implikasi dari perang dagang yang telah menganggu pasar global.

Adapun terakhir kali indeks saham acuan S&P 500 menunjukkan kenaikan persentase harian lebih besar pada 4 Januari saat Powell berbalik lebih dovish setelah aksi jual pada akhir 2018. Ini dengan janji bank sentral AS akan sabar dan fleksibel untuk penentuan suku bunga.

Investor telah bertaruh bank sentral AS akan memangkas suku bunga setidaknya satu kali pada akhir 2019. Pernyataan bank sentral AS pada Selasa waktu setempat mendukung taruhan tersebut.

"Mengingat fakta bahwa ada kemungkinan kebih dari 95 persen penurunan suku bunga yang dimasukkan dalam pendapatan tetap, senang mendengar the Federal Reserve akan melihat dan menunggu ekonomi hingga mengetahui apa yang harus dilakukan. Jika ekonomi melambat karena tarif, the Federal Reserve akan mempertimbangkan pemangkasan suku bunga," tutur JJ Kinahan, Chief Market Strategist TD Ameritrade, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (5/6/2019).

Sementara itu, sepanjang Mei 2019, indeks saham S&P 500 di wall street merosot lebih dari enam persen seiring investor khawatir perlambatan pertumbuhan global. Di sisi lain, perang dagang meningkat antara AS-China serta AS-Meksiko.

"Ketika pasar sudah turun banyak, yang Anda butuhkan adalah sedikit percikan," ujar Paul Nolte, Portfolio Manager Kingsview Asset Management.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Sentimen Perang Dagang

Nolte menuturkan, para investor juga terdorong usai Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Abrador optimistis kesepakatan dapat dicapai bahkan ketika Presiden AS Donald Trump menuturkan kemungkinan akan melanjutkan dengan tarif baru untuk semua barang Meksiko.

Sebuah laporan menunjukkan, anggota parlemen partai Republik sedang mendiskusikan apakah harus memilih untuk memblokir tarif baru yang direncanakan Presiden Trump di Meksiko. Hal tersebut juga menjadi sentimen di wall street.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan China menuturkan, perbedaan dengan Washington harus diselesaikan melalui dialog.

"Kami akan terus melihat negosiasi tarif membuat bolak balik. Khususnya sekarang setelah selesai dengan kinerja keuangan, ini adalah permainan utama," tutur dia.

3 dari 3 halaman

Volume Perdagangan Saham

Selain itu, indeks saham Nasdaq menguat usai alami koreksi pada awal pekan ini. Indeks saham Nasdaq susut lebih dari 10 persen sejak penutupan rekor tertinggi pada 3 Mei.

Sektor teknologi catatkan penguatan terbesar di indeks saham S&P dengan kenaikan 3,3 persen. Sektor teknologi menguat didorong kenaikan saham Apple Inc dan Microsoft.

Imbal hasil obligasi AS meningkat mendorong indeks sektor saham bank S&P 500 yang melonjak 3,65 persen. Sedangkan sektor saham real estate turun 0,6 persen. Akan tetapi, sektor saham utilitas naik 0,04 persen.

Volume perdagangan saham di wall street tercatat 7,53 miliar saham. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata 20 harian sekitar 7,16 miliar saham.