Liputan6.com, New York - Harga emas berjangka menguat terbatas seiring bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang melonjak.
Harga emas cenderung menguat pada pekan ini. Penguatan harga emas terbesar didorong ketegangan antara AS dan negara lainnya terkait tarif. Di sisi lain ada harapan suku bunga akan rendah dah mendorong imbal hasil obligas turun tajam.
Harga emas untuk pengiriman Agustus di divisi Comex naik 80 sen atau hampir 0,1 persen ke posisi USD 1.328,70 per ounce. Harga emas ini tertinggi sejak 25 Februari.
Advertisement
Harga perak untuk pengiriman Juli naik 2,9 sen atau 0,2 persen ke posisi USD 14.769 per ounce usai naik 1,2 persen pada awal pekan ini.
Baca Juga
Bursa saham AS atau wall street menguat pada perdagangan saham Selasa. Akan tetapi, investor dibayangi kebijakan negosiasi perdagangan da data manufaktur AS pada Mei yang cenderung melambat dalam 2,5 tahun.
Pada Selasa, Chairman The Federal Reserve atau bank sentral AS Jerome Powell menuturkan, suku bunga dapat dipangkas jika ketegangan perang dagang dapat menekan prospek ekonomi global.
Ia juga menuturkan, the Federal Reserve tidak ketahui bagaimana dan kapan isu perdagangan ini akan diselesaikan.
Analis Senior Oanda, Craig Erlam menuturkan, dolar AS pun berbalik arah ke posisi melemah seiring pelaku pasar merespons pernyataan Powell. Indeks dolar AS pun cenderung mendatar di kisaran 97,16.
"Ada reaksi terhadap komentar Powell, tetapi mereka sulit untuk menyimpulkan sehingga membuat dolar AS melemah dan emas berjuang untuk dipegang. Pandangan pada Juni kalau terbuka kemungkinan pemangkasan suku bunga tetapi sepertinya tidak, komentar Powell belum berubah. Masih ada sentimen pengaruhi lainnya seperti laporan data tenaga kerja," ujar Erlam.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Prediksi
Pada awal pekan ini, indeks saham Nasdaq berada di zona negatif. Indeks saham Nasdaq susut 10 persen dari level tertinggi. Hal itu juga berpengaruhi terhadap emas dan imbal hasil obligasi pemerintah. Akan tetapi, indeks saham Nasdaq kembali pulih pada perdagangan Selasa.
Analis Capital Economics prediksi, bursa saham akan cenderung melemah pada 2019. Indeks saham S&P 500 akan sentuh 2.300. Angka ini lebih rendah 17 persen.
"Dengan hal ini, kami prediksi harga emas akan sentuh USD 1.400 per ounce," ujar Ekonom Capital Economics, Simona.
Ketegangan perang dagang antara AS-China dan prediksi perlambatan ekonomi global ditambah keuntungan korporasi rendah mendorong investo mencari portofolio aset investasi yang aman, salah satunya emas.
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun susut ke level terendah dalam 21 bulan. Harga emas berada di atas level USD 1.300 menjadi sinyal penguatan dalam jangka pendek untuk aset.
"Target berikutnya untuk level resistance di kisaran USD 1.350-USD 1.370,” ujar Analis ActivTraders, Carlo Alberto De Casa.
Advertisement