Sukses

OPEC Beri Sinyal Kembali Pangkas Produksi Dorong Harga Minyak Naik

Pada hari Rabu, kedua tolok ukur minyak dunia tersebut mencapai titik terendah sejak Januari.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia naik hampir 3 persen, terangkat dari posisi terendahnya dalam lima bulan pada pekan ini. Kenaikan harga terjadi setelah Arab Saudi mengatakan OPEC hampir menyetujui untuk memperpanjang pengurangan produksi di luar Juni serta Wall Street yang tercatat menguat.

Melansir laman Reuters, Sabtu (8/6/2019), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,62, atau 2,6 persen menjadi USD 63,29 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir USD 53,99 per barel, naik USD 1,40, atau 2,7 persen.

Harga minyak Brent membukukan penurunan mingguan ketiga, yang turun hampir 2 persen. Sementara harga WTI naik sekitar 1 persen pada pekan ini. Pada hari Rabu, kedua tolok ukur minyak dunia tersebut mencapai titik terendah sejak Januari.

Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan dalam konferensi Pers di Rusia, bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya harus memperpanjang pengurangan produksi minyak.

Mendekati kesepakatan ini, diperlukan lebih banyak pembicaraan dengan negara-negara non-OPEC yang merupakan bagian dari kesepakatan untuk mengurangi produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bpd), yang berakhir pada akhir bulan ini.

 

2 dari 2 halaman

Sanksi

Pasokan minyak dunia juga telah dibatasi sanksi AS terhadap ekspor minyak dari Venezuela dan Iran. Pada Kamis, Washington memperketat tekanan pada perusahaan minyak milik Venezuela dengan menjelaskan bahwa ekspor pengencer oleh pengirim internasional dapat dikenakan sanksi.

Di Amerika Serikat, perusahaan energi minggu ini mengurangi jumlah rig minyak ke level terendah sejak Februari 2018. Pengebor memotong 11 rig dalam penurunan mingguan terbesar sejak April, menjadikan jumlahnya turun menjadi 789, menurut perusahaan jasa energi General Electric Co Baker Hughes mengatakan. .

Harga minyak juga didukung kenaikan di pasar ekuitas setelah perlambatan tajam dalam pertumbuhan pekerjaan AS meningkatkan harapan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve.

"Apa yang kami lihat adalah bank sentral global siap merespons perlambatan ekonomi," kata Phil Flynn, Analis Price Futures Group di Chicago. 

Tetapi investor masih khawatir tentang ketegangan perdagangan yang dapat menghambat ekonomi global, termasuk perselisihan antara Amerika Serikat dan Cina.

Amerika Serikat juga mengancam tarif barang dari mitra dagang utama Meksiko. Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Jumat ada "peluang bagus" Amerika Serikat akan membuat kesepakatan perdagangan dengan Meksiko, tetapi jika kedua negara gagal membuat perjanjian, tarif 5 persen akan dikenakan pada impor Meksiko, mulai Senin.

Â