Sukses

Harga Cabai Naik, Kemendag Duga Imbas Kekurangan Pasokan

Kemendag menyatakan, arus mudik dan balik tidak ganggu distribusi bahan pokok termasuk cabai.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Tjahya Widayanti mengakui kenaikan harga cabai merah di pasaran. Hal tersebut, terpantau sejak H-60 Lebaran.

"Cabai merah mungkin agak sedikit naik ya. Saya pelajari dari beberapa waktu mungkin karena pasokan. Dari H-60 sampai H+5 harganya stabil tinggi," kata dia, saat ditemui, di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (12/6/2019).

Dia menduga, faktor penyebab utama kenaikan harga cabai merah adalah kekurangan pasokan. Sementara proses distribusi sendiri terpantau aman.

"Saya duga ada kekurangan pasokan. Tapi yang lain secara umum aman. Mungkin sudah panen di beberapa tempat hanya belum bisa memenuhi. Distribusinya kita lihat, karena apa nih. Masa enggak ada bencana alam kok bisa. Jadi belum bisa memenuhi kebutuhan secara keseluruhan," ujar dia.

Dia pun memastikan, arus mudik maupun balik tidak mengganggu distribusi bahan pokok termasuk cabai merah. Sebab pada periode tersebut distribusi bahan pokok diprioritaskan.

"Saya kira tidak ada karena kita sudah minta dari H-3 sampai H+5 kita sudah minta untuk prioritas untuk bahan pokok. Jadi nggak akan ada hambatan," urai Tjahya.

Terkait konsumsi masyarakat sepanjang Lebaran, lanjut dia, terpantau stabil dan tidak ada perbedaan mencolok jika dibandingkan dengan tahun lalu.

"Kalau saya lihat stabil ya, sama saja. Beberapa yang ketemu saya, 'Terima kasih ya harga stabil.' Kalau tahun lalu di H-3 tiba-tiba harga ayam yang naik tinggi tahun ini tidak. Tapi mungkin bumbu-bumbuan, cabai itu tadi. Kecuali cabai rawit. Begitu dengan Pak Menteri ke Lawang sana, Malang, beberapa tempat, harga cabai rawit hanya Rp 15.000 per kilogram," tutur dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Cabai hingga Daging Ayam Penyumbang Inflasi Mei 2019

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Mei 2019 sebesar 0,68 persen. Angka ini naik dari April sebesar 0,44 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mengatakan, penyumbang terbesar naiknya inflasi pada Mei 2019 adalah gejolak harga bahan pangan jelang Lebaran 2019.

"Penyebab utama karena permintaan bahan makanan meningkat saat Ramadan, sehingga harga bergejolak dan memberikan andil besar ke inflasi di Mei 2019," kata dia di kantornya, Senin, 10 Juni 2019.

Secara rinci, bahan makanan menyumbang inflasi Mei 2019 sebesar 0,43 persen dengan angka inflasinya sendiri sebesar 2,02 persen. "Utamanya naik untuk cabai merah, daging ayam ras, dan bawang putih," tegas dia.

Selain bahan makanan, penyumbang terbesar ke dua adalah dari transportasi, konsumsi dan jasa keuangan. Adapun andilnya sebesar 0,1 persen dengan angka inflasinya di Mei 2019 sebesar 0,54 persen.

Sementara untuk kategori makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau juga memiliki andil terhadap inflasi Mei 2019 sebesar 0,1 persen dengan angka inflasinya sendiri sebesar 0,56 persen.

Untuk kategori perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memiliki andil inflasi 0,02 persen dengan angka inflasi pada Mei 2019 sebesar 0,06 persen. Kategori sandang, andil inflasinya sebesar 0,02 persen dengan angka inflasinya 0,45 persen.

Sedangkan kategori kesehatan, andil terhadap inflasi Mei 2019 cukup kecil yaitu sebesar 0,01 persen dengan angka inflasi Mei nya 0,18 persen.

 

3 dari 3 halaman

Inflasi Mei 2019

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama bulan Mei sebesar 0,68 persen.

Kepala BPS, Suhariyanto menyebutkan inflasi 0,68 persen tersebut secara tahun kalender Januari - Mei adalah sebesar 1,48 persen.

"Sementara inflasi tahun ke tahun adalah 3,32 persen," kata dia di kantornya, Senin, 10 Juni 2019.

Dia menegaskan, inflasi  Mei pada waktu tersebut adalah momen Ramadan dan Idul Fitri termasuk kategori terkendali.

"Target yang dipasang oleh pemerintah adalah 3,5 persen, dengan memperhatikan target ini saya akan simpulkan bahwa inflasi Mei 2019 terkendali," tegasnya.

Dia mengungkapkan, dari 82 kota yang dilakukan pemantauan 81 di antaranya mengalami inflasi. Hanya satu kota yang mengalami deflasi, yaitu Merauke.

"Dari 82 kota yang kita pantau, 81 kota mengalami inflasi, bisa dipahami karena ini bulan Ramadan. Hanya satu kota yang mengalami deflasi yaitu di Merauke. Merauke deflasi karena penurunan harga berbagai komoditas sayuran dan beras," ujar dia.

Â