Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani optimis Bank Indonesia (BI) akan menyesuaikan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate, dengan kembali menurunkannya.
Penyesuaian mau tidak mau pasti dilakukan Bank Sentral dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global yang terus menunjukkan risiko pelemahan.
Seperti diketahui Bank Sentral AS atau Federal Reserve yang semula dipastikan akan menaikkan suku bunga acuan memilih untuk menundanya. Bahkan beberapa analis lainnya justru memperkirakan The Fed kemungkinan menurunkan suku bunga acuannya pada tahun ini.
Advertisement
"Saya rasa BI juga akan melakukan adjustment atau penyesuaian monetary policy-nya. Bagaimana BI akan melakukan, saya tentu hormati BI," kata dia di Gedung BPK RI, Jakarta, Rabu (12/6/2019).
Melihat kondisi global yang bergejolak tersebut, Sri Mulyani menegaskan pemerintah bersama BI akan tetap fokus menjaga stabilitas ekonomi domestik dari gempuran faktor eksternal.
Selain suku bunga acuan, BI juga akan menyesuaikan kebijakan makroprudensial. Keduanya diharapkan dapat menjaga stabilitas perekonomian domestik.
"Mereka (BI) akan gunakan policy suku bunga maupun policy makroprudential. Dua-duanya sangat brrguna bagi ekonomi kita. Jadi saya hormati," dia menandaskan.
Sebagai informasi, Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Mei 2019 Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali menahan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan pada angka 6,00 persen.
Bank Indonesia juga menahan suku bunga Deposit Facility pada angka 5,25 persen dan Lending Facility 6,75 persen.
Sinyal Penurunan Bunga The Fed Bikin Rupiah Perkasa
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Rabu ini. Perlambatan ekonomi AS menjadi perhatian investor.Â
Mengutip Bloomberg, Rabu (12/6/2019), rupiah dibuka di angka 14.229 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.238 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.226 per dolar AS hingga 14.241 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah mampu menguat 1,04 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14. 234 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.258 per dolar AS.
Baca Juga
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, potensi melambatnya ekonomi AS menjadi perhatian The Fed, di mana bank sentral AS tersebut juga mensinyalkan potensi turunnya suku bunga.
"Saat ini investor memperkirakan suku bunga The Fed akan turun pada pertemuan September, lebih awal dari perkirakan sebelumnya yaitu Desember," ujar Lana.
Indeks optimisme ekonomi AS sendiri menunjukkan perlambatan. The IBD/TIPP Economic Optimism Index untuk bulan Juni tercatat 53,2, turun dari 58,6 pada Mei, dan jauh di bawah ekspektasi konsensus 59,2. Indeks tersebut terendah sejak Februari 2019.
Untuk prospek ekonomi enam bulan mendatang, konsumen memperkirakan ekonomi akan melambat terutama karena kebijakan pemerintah yang kurang efektif. Namun di sisi Personal Financial Outlook, konsumen memperkirakan ada perbaikan.
Lana memprediksi hari ini rupiah akan menguat di kisaran 14.200 per dolar AS hingga 14.230 per dolar AS.
Advertisement