Liputan6.com, Tokyo - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan kehilangan dompetnya ketika tiba di Tokyo, Jepang. Petugas pun langsung sigap mengejar Jonan untuk mengembalikan dompetnya.
Saat itu Jonan sedang berada di Tokyo untuk menghadiri acara G20 di Karuizawa, prefektur Nagano, Jepang. Kejadian terjadi pada Jumat pagi (14/6/2019) di pesawat Garuda GA 874 yang menurut jadwal Google Flight tiba pada pukul 08:50 pagi.
Advertisement
Baca Juga
"Saya tidak sadar bahwa dompet saya tertinggal di dalam kabin pesawat GA 874 dan tiba-tiba ada petugas dari Garuda yang mengejar saya untuk mengembalikan dompet saya selagi saya menunggu antrean imigrasi," ujar Jonan dalam akun Instagram resmi miliknya.
Ia pun menyampaikan apresiasinya kepada maskapai Garuda. "Salute untuk kesigapan crew Garuda," lanjutnya di akhir pos.
ÂÂÂView this post on Instagram
Jonan tiba di Jepang bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar. Pada G20 tahun ini, pertemuan level menteri bertema energi dan lingkungan global untuk perkembangan berkelanjutan akan berlangsung di Karuizawa pada 15 hingga 16 Juni 2019.
Ini adalah pertama kalinya G20 berlangsung di Jepang. Untuk pertemuan pemimpin negara puncak akan berlangsung di Osaka pada 28 dan 29 Juni.
Presiden Donald Trump rencananya akan datang ke G20. Salah satu agendanya adalah bertemu Presiden Xi Jinping untuk membahas isu dagang. Namun, Trump mengancam akan memperparah sanksi ke China jika Jinping memutuskan tidak hadir di Jepang.
Baru-baru ini, Jonan juga dilaporkan bolak-balik ke Jepang untuk membahas pengelolaan Blok Masela  bersama CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda di Yokyo. Pengamat ekonomi menyebut kesepakan antara pemerintah dan Inpex dinilai akan menguntungkan Indonesia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
RI dan Inpex Capai Kesepakatan Final Pengembangan Blok Masela
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan kembali bertemu dengan CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda di Tokyo, Senin 27 Mei 2019 untuk membahas Blok Masela. Sejumlah poin strategis berhasil disepakati, yang memungkinkan lapangan gas raksasa ini bisa segera dikembangkan.
Menteri Ignasius Jonan tiba di Tokyo dari lawatan sebelumnya ke Houston, Amerika Serikat. Pertemuan ini merupakan pertemuan lanjutan dari pertemuan Jonan dengan Ueda pada 16 Mei di Tokyo.
Pada pertemuan 16 Mei, berhasil disepakati kerangka final Plan of Development (PoD) Blok Masela di Laut Arafuru, Maluku. Pertemuan hari ini membahas negosiasi detil dari kerangka tersebut, sehingga perjanjian antara pemerintah Indonesia dan Inpex Corporation Jepang bisa segera ditandatangani.
Dalam pertemuan kali ini, Jonan didampingi Duta Besar RI untuk Jepang Arifin Tasrif, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Wakil Kepala SKK Migas Sukandar, dan Deputi Perencanaan SKK Migas Jafee Suardin.
Nilai investasi pengembangan Blok Masela akan mencapai sekitar USD 20 miliar. Kedua pihak berhasil mencapai win-win solution dengan skema bagi hasil, dimana pemerintah sekurangnya mendapat bagian 50 persen.
Kesepakatan final yang bersejarah tersebut ditandai dengan penandatanganan Minute of Meeting oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dan CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda, disaksikan Menteri ESDM Ignasius Jonan.
Ada pun penandatanganan perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan Inpex Corporation, Menteri Ignasius Jonan menjelaskan, direncanakan dilaksanakan pada pertemuan negara-negara G20 di Jepang dalam waktu dekat.
Dengan demikian maka pembahasan tentang Blok Masela yang sudah berlangsung lebih 20 tahun telah menemukan titik akhir, yang akan memberi dampak positif bagi peningkatan iklim investasi nasional serta pembangunan kawasan Timur Indonesia.
Advertisement
Menguntungkan Negara
Tercapainya beberapa kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dengan Inpex Coorporation dalam pengembangan Blok Masela, akan menguntungkan negara.
Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gajah Mada (UGM), Fahmi Radhi mengatakan, hasil pertemuan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dengan CEO Inpex Corporation, Senin 27 Mei 2019 di Tokyo, adalah sebuah momentum bersejarah yang menandakan makin kondusifnya iklim investasi di Indonesia.Â
Dari pertemuan tersebut menghasilkan dua kesepakatan, yaitu rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) dan bagi hasil minyak dan gas dengan komposisi 50 persen pemerintah dan 50 Inpex.
"Kesepakatan itu jelas menguntungkan kedua belah pihak karena Blok Masela dapat segera berproduksi, setelah sekian lama tertunda sehingga bisa memberikan nilai tambah, termasuk multiplier effects bagi tumbuhan industri di sekitar Masela,"kata Fahmi, di Jakarta, Selasa, 28 Mei 2019.
Dia memandang, bagi hasil 50 persen pemerintah dan 50 persen Inpex cukup realistis sesuai dengan prinsip gross split, modal dan risiko sepenuhnya ditanggung investor.Â
Hal ini lebih banyak menguntungkan bagi pemerintah, terutama eksplorasi Blok Masela dapat segera dilakukan sehingga dapat segera berproduksi.Â
Meski bagian keuntungan pemerintah memang relatif berkurang karena porsinya menjadi 50:50, tapi hal tersebut itu wajar dan tidak jadi masalah karena pemerintah tidak lagi menanggung risiko dan pengeluaran investment expenditure (Inpex) maupun operatinal expenditures (Opex), sebab semuanya menjadi tanggungan investor.
"Kesepakatan ini akan membuktikan bahwa iklim investasi migas di Indonesia semakin kondusif," tandasnya.