Liputan6.com, New York - Perusahaan ritel, manufaktur, dan teknologi Amerika Serikat (AS) mengingatkan Presiden AS Donald Trump kalau penerapan tarif produk China akan pukul ekonomi AS.
Hal itu berdampak terhadap peluang ciptakan pengangguran dan jutaan konsumen yang dirugikan.
Lebih dari 600 perusahaan dan asosiasi industri perdagangan termasuk Walmart, Costco, Target, Gap, Levi Strauss, dan Foot Locker dalam surat pernyataan kepada Presiden AS Donald Trump untuk tidak mengenakan tarif terhadap produk China dan mengakhiri perang dagang.
Advertisement
"Kami tahu kalau penambahan tarif akan berdampak signifikan, negatif dalam jangka panjang terhadap pengusaha di AS, petani, keluarga dan ekonomi AS. Ketegangan perang dagang bukan hal terbaik bagi AS, dan keduanya,” seperti dikutip dari surat yang disampaikan pelaku usaha di AS, dilansir dari CNN Money, Sabtu (15/6/2019).
Baca Juga
Pada Mei 2019, pemerintahan AS meningkatkan tarif menjadi 25 persen dari 10 persen untuk produk impor China senilai USD 200 miliar. Penerapan tarif tersebut diberlakukan terhadap produk konsumsi antara lain matras, tas, koper, sepeda, vacuum cleaner, AC.
Donald Trump juga mengancam menambahkan mengenakan tarif untuk produk China senilai USD 300 miliar antara lain mainan, pakaian, sepatu, dan televisi serta lainnya.
"Penerapan tarif juga berdampak terhadap pajak yang dibayar langsung oleh perusahaan AS bukan China. Kenaikan tarif dan ketidakpastian negosiasi perdagangan akan menciptakan volatilitas di pasar, dan mengancam pertumbuhan ekonomi AS," tulis perusahaan tersebut.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Bikin Harga Barang Naik
Kantor perwakilan dagang AS akan mendengar paparan publik mengenai penerapan tarif yang mulai Senin. Koalisi bisnis yang tak setuju terhadap penerapan tarif menulis surat kepada pemerintahan AS jelang dengar pendapat. Koalisi ini didukung grup ritel, teknologi, manufaktur dan pertanian.
Meskipun banyak perusahaan besar telah mengembangkan strategi untuk menekan dampak tarif, perusahaan ritel menyatakan, kalau kenaikan tarif meningkatkan biaya produksi. Selain itu, berimbas terhadap kenaikan harga bagi konsumen.
"Pada akhirnya, harga akan naik karena berbagai hal,” ujar Chief Financial Officer Costco, Richard Galanti.
CFO Dollar General, John Garratt menyatakan, perusahaan berpenghasilan rendah akan hadapi harga lebih tinggi karena penerapan tarif impor pada 2019.
Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin menuturkan, pada sidang komite DPR, pihaknya tidak berharap akan ada biaya signifikan bagi konsumen.
Advertisement
Tambah Biaya kepada Keluarga di AS
Dalam surat kepada pemerintahan Trump, perusahaan tersebut juga mengutip studi kalau penerapan tarif impor produk China 25 persen senilai USD 300 miliar akan menambah biaya lebih dari USD 2.000 untuk rata-rata keluarga AS.
Biaya untuk konsumen tidak akan selalu naik 25 persen jika tarif diberlakukan. Sejumlah pengecer mungkin memutuskan menyerap sebagian biaya tarif, bernegosiasi dengan perusahaan pengekspor untuk harga lebih rendah dan memindahkan produksi ke luar China.
Akan tetapi, Trade Partnership, perusahaan konsultan yang bekerja dengan asosiasi perdagangan industri memperkirakan harga pakaian di AS akan naik lima persen. Bahkan jika perusahaan pakaian berusaha mengalihkan produksi dari China.
"Kemampuan ritel AS untuk mengalihkan sumber dari China ke pemasok lain terbatas dan bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan,” tulis the Trade Partnership.
"Bahkan setelah kemungkinan perubahan, tarif yang diusulkan akan berdampak negatif substansial pada konsumen AS,” tulis the Trade Partnership.
Harga sepatu akan naik delapan persen untuk konsumen, sedangkan harga mainan akan naik 16 persen. China termasuk pemasok terbesar ke AS untuk kedua barang tersebut.