Liputan6.com, Jakarta - Kongres Diaspora Indonesia ke-5 atau The Fifth Congress of Indonesian Diaspora (CID-5) akan kembali digelar pada Sabtu, 10 Agustus 2019 mendatang di The Kasablanka Hall, Kota Kasablanka, Jakarta. Kongres ini nantinya akan menghadirkan beberapa tokoh publik untuk membahas berbagai aspirasi Diaspora Indonesia melalui sesi-sesi paralel yang terbuka gratis untuk publik.
Chairman Board of Trustees IDN-Global (2017-2019), Dino Patti Djalal mengatakan, sama seperti sebelumnya kongres Diaspora Indonesia ke-5 akan kembali dibuka oleh kegiatan satu hari penuh konferensi menghadirkan tokoh-tokoh Diaspora Indonesia cemerlang dari berbagai spektrum masyarakat Indonesia. Termasuk pejabat pemerintah, perusahaan, pemuka agama, politikus, selebriti, seniman, aktivis, atlet, inovator, akademisi, pemuda, hingga yang lainnya.
Advertisement
"Tahun 2017, tamu kehormatan Kongres Diaspora Indonesia ke-4 adalah Presiden Barack Obama. Tahun ini bintang-bintangnya adalah talenta Diaspora yang luar biasa" ujar Dino saat konferensi pers di Jakarta, Senin (17/6).
Sementara itu, Presiden IDN-Global (2017-2019) Mark Gerald Eman menambahkan CID-5 ini akan diselenggarakan selama 4 hari dari 10-13 Agustus 2019. Adapun tema yang diangkat tahun ini adalah Empowering Indonesia’s Human Capital.
Dalam kongres ini juga akan mempertemukan diaspora Indonesia untuk berdiskusi isu dan tantangan pembangunan SDM dari berbagai sektor, baik itu dari sisi ekonomi, politik, sosial dan budaya yang dimana tujuan akhir dari konferensi ini akan berfokus pada penguatan peran diaspora Indonesia dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Alam (SDM).
“Tema ini kami pilih karena kekayaan diaspora yang terbesar adalah SDM. Kami sungguh percaya pembangunan SDM adalah kunci masa depan Indonesia,” kata Mark Gerald Eman,
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Seperti gambaran, CID atau Congress of Indonesian Diaspora merupakan acara dua tahun sekali yang diadakan oleh IDN-Global. Jaringan komunitas ini berhasil menghubungkan para Diaspora Indonesia, yang juga semakin terhubung dengan Tanah Air.
IDN-Global menjadi pintu kolaborasi untuk mendukung kemajuan Indonesia dari berbagai sektor. Melalui visi Connecting The Dots and Expanding The Opportunities, Diaspora akan menjadi aset potensial untuk pembangunan Indonesia, khususnya di bidang SDM.
Ketua Penyelenggara CID-5, Iwan Sunito pun menyambut dengan sangat antusias penyelenggaraan CID-5 di Jakarta. Sebab menurutnyan ini akan menjadi momentum bagi Indonesia untuk lebih menggali potensi-potensi Diaspora Indonesia yang akan membantu pergerakkan pembangunan SDM kedepannya.
"Inilah waktunya untuk akselerasi human kapital Indonesia” kata dia.
Dia berharap penyelenggaraan ini akan menjadi pertemuan terbesar bagi Diaspora Indonesia berkumpul di Tanah Air dengan target perkiraan sebanyak 5.000 partisipan dari dalam maupun luar negeri. "Acara ini juga akan ditutup dengan penampilan dari seniman-seniman diaspora," pungkasnya.
Advertisement
Inovasi Diaspora Indonesia Populerkan Masakan dan Kerajinan di Amerika Serikat
Indonesia dikenal sebagai negara dengan keragaman dan kelezatan kuliner yang luar biasa. Makanan khas Indonesia seperti rendang, nasi goreng, dan sate pun didapuk sebagai 50 Makanan Terenak di Dunia berdasarkan hasil survei CNN tahun 2017.
Bisnis kuliner pun begitu vital dan menyumbang setidaknya 40% dari ekonomi kreatif di Indonesia pada tahun yang sama. Namun demikian, tidak banyak bisnis restoran Indonesia yang bertahan lama di luar negeri. Bahkan jumlah restoran Indonesia di luar negeri masih kalah jauh dari Thailand dan Vietnam. Mengapa demikian?
Dalam forum Innovation Network of Asia (INA) 2018 yang digelar Kamis (6/12/2018) di Jakarta, Presiden Indonesian Diaspora Business Council Fify Manan menjelaskan tantangan utama yang kerap dihadapi pebisnis restoran indonesia di luar negeri dan solusi yang dapat diambil.
“Pasokan bumbu-bumbu Indonesia sering kali tidak cukup sehingga pebisnis restoran indonesia kesulitan memasak makanan indonesia yang kaya akan bumbu. Kadang mereka pun harus mengganti bumbu dengan bahan lain yang lebih mahal sehingga rasanya bukan hanya kurang otentik tetapi juga harga masakannya pun jadi lebih mahal,” ujar Fify.
Indonesia, usul Fify, bisa saja memanfaatkan maskapai Indonesia yang beroperasi di luar negeri untuk menyuplai kebutuhan akan bumbu-bumbu tersebut.
“Mungkin kita bisa meniru Thailand yang maskapai nasionalnya Thai Airways diperbantukan untuk memasok bumbu dan bahan-bahan makanan guna mendukung bisnis restoran Thailand di luar negeri,” kata Fify.
Terkait inovasi dalam mempresentasikan dan meningkatkan citra masakan Indonesia di Amerika Serikat, Fify mengaku akan membuka restoran WIN Grill & Gastrobar di Atlanta, Georgia, pada awal tahun 2019. WIN, kata Fify, bukanlah restoran fine dining dan bukan pula restoran traditional Indonesia, melainkan restoran upscale yang dapat dinikmati oleh banyak kalangan.
“Selain restoran akan ada juga House of Indonesia yang berisi berbagai macam kerajinan dan produk-produk khas Indonesia. Dengan demikian masyarakat di sana bukan hanya dapat menikmati masakan Indonesia tetapi juga dapat menikmat kekayaan budaya Indonesia yang diproduksi oleh industri kreatif Tanah Air,” pungkas Fify.
Profesional, Diaspora hingga Honorer Berpeluang Jadi PPPK
Terbitnya PP Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) membuka peluang bagi kalangan profesional, diaspora, hingga eks tenaga honorer untuk menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). PPPK dapat mengisi Jabatan Fungsional (JF) dan Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) tertentu sesuai kompetensi masing-masing.
Demikian dikatakan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Syafruddin saat berdialog dengan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di Jakarta, Rabu (19/12/2018).
“Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) terkait P3K ini, memberikan ruang kepada profesional, antara lain eks pegawai honorer,” ujarnya.
Menteri berharap, melalui kebijakan ini para diaspora yang berada di luar negeri dapat kembali ke Indonesia dan berkesempatan untuk membangun bangsa dengan ilmu yang dimiliki. Selain itu PPPK juga dapat menjadi tempat para honorer yang telah mengabdi kepada negara selama puluhan tahun, dengan mempertimbangkan kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki.
Menteri Syafruddin mengatakan untuk eks tenaga honorer akan diprioritaskan seperti guru, tenaga kesehatan, dan penyuluh pertanian. Namun demikian, bukan berarti eks tenaga honorer dapat serta merta menjadi PPPK. Berdasarkan PP 49/2018 mereka akan tetap melalui proses seleksi, agar memperoleh SDM yang berkualitas.
PP 49/2018 menetapkan, batas pelamar PPPK terendah adalah 20 tahun dan tertinggi satu tahun sebelum batas usia jabatan tertentu. Misalnya, untuk tenaga guru yang batas usia pensiunnya 60 tahun, berarti bisa dilamar oleh warga negara Indonesia baik profesional, diaspora maupun honorer yang berusia 59 tahun. Demikian juga untuk jabatan lain.
Advertisement