Sukses

Sri Mulyani Ungkap Alasan Investor Lebih Senang Tanam Modal di Vietnam

Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) badan di Vietnam terkecil di kawasan ASEAN yaitu sekitar 20 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi investasi Indonesia seringkali dibandingkan dengan negara tetangga seperti Vietnam. Apalagi, negara tersebut nyatanya mampu memanfaatkan kondisi perang dagang untuk mendorong peningkatan investasi di negaranya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ada beberapa hal yang membuat Vietnam menarik bagi investor. Salah satunya adalah pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) badan yang terkecil di kawasan ASEAN yaitu sekitar 20 persen.

"Kami sering ditanya dengan rezim fiskalnya Vietnam yang sekarang ini dianggap berhasil menarik investasi. Untuk Vietnam, PPh Badan mereka adalah di 20 persen. Ini termasuk tarif yang rendah di kawasan ASEAN," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (17/6/2019).

Kondisi tersebut berbeda dengan PPh badan yang berlaku di Indonesia yang cenderung lebih tinggi yaitu 25 persen. Walau ada perbedaan bagi perusahaan yang sudah go public atau melantai di Bursa Efek Indonesia, PPh badan hanya dikenai 20 persen.

Sri Mulyani mengakui Vietnam juga memiliki kebijakan fiskal khusus untuk daerah tertinggal. Negara itu, menggunakan pemotongan tarif PPH sebesar 3 persen di bawah tarif biasa yaitu 17 persen, untuk daerah yang sangat tertinggal diberikan pemotongan hingga separuhnya yaitu 10 persen.

Sayangnya di Indonesia belum ada pemotongan tarif PPh seperti yang diterapkan di Vietnam. "Kami untuk hal ini belum memiliki kecuali untuk urusan perusahaan IPO (ada pemotongan tarif pajak)," jelas Sri Mulyani.

Sementara itu, kebijakan insentif fiskal lainnya seperti tax holiday tidak jauh berbeda bahkan kebijakan tax holiday Indonesia sudah cukup progresif karena diberikan untuk jangka waktu hingga 20 tahun. Sedangkan di Vietnam, tax holiday dapat diperpanjang hingga 13 tahun sesuai dengan jenis investasinya.

Beberapa sektor yang diprioritaskan oleh Vietnam antara lain hi-tech dan sektor yang memiliki dampak sosial yang penting seperti bidang pendidikan, vokasi, kesehatan, budaya, olahraga dan lingkungan tak jauh berbeda dengan Indonesia. "Jadi kalau benchmarking Indonesia sebenarnya tidak terlalu berbeda," tandas Sri Mulyani.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pemerintah Target Investasi Tumbuh 7,4 Persen di 2020

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menghadiri rapat kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Rapat kerja tersebut terkait penjelasan pemerintah mengenai asumsi dasar kerangka asumsi ekonomi makro yang akan dimasukkan dalam Rancangan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020.

Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani menargetkan pertumbuhan investasi sebesar 7 persen hingga 7,4 persen di 2020.

"Kami untuk dukung asumsi pertumbuhan ekonomi 5,3 persen hingga 5,6 persen, dengan investasi tumbuh 7 hingga 7,4 persen," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (17/6). 

Sri Mulyani melanjutkan, pertumbuhan investasi selama ini belum pernah double digit atau dua angka. Pada 1980, investasi pernah tumbuh tinggi saat tren industrialisasi mencapai kinerja terbaik, tapi belum menyentuh angka 10 persen.

"Dari sisi investasi tumbuhnya relatif di bawah. Tahun 80-an sentuh angka 8,7 persen, tapi lebih tinggi tahun 90 hingga 2000 di mana tren deindustrialisasi tumbuhnya cukup tinggi, tapi tetap tidak di atas 7 persen," jelasnya.

Sementara itu, untuk tahun ini pemerintah masih optimistis pertumbuhan investasi capai 7 persen walaupun kondisi ekonomi global terus bergejolak.

"Tahun 2019 dengan asumsi 7 persen dan kita lihat 2018 mendekati 6,9 persen. Kita waspada 2019 pertumbuhan ekonomi melemah terutama di PMTB," ucap Sri Mulyani.

Â