Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat Nilai Tukar Rupiah semakin stabil dan menguat terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan tersebut diantaranya terdorong derasnya aliran modal asing yang masuk (capital inflow).
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan dalam dua hari terakhir ini Rupiah terus menguat terhadap Dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Jumat (21/6/2019), rupiah dibuka di angka 14.130 per Dolar AS (USD), menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya di angka 14.182 per USD. Menjelang siang, rupiah terus menguat ke level 14.095 per Dolar AS.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.110 per Dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.236 per Dolar AS.
"Alhamdulillah nilai tukar terus stabil bahkan menguat. Kemarin ditutup menguat di 14.180 bahkan hari ini juga sempat turun di bawah 14.100 ya meskipun sekarang sedikit di atas 14.100," kata dia saat ditemui di mesjid BI, Jakarta, Jumat (21/6).
Dia menjelaskan, banyaknya modal asing yang masuk menjadi salah satu faktor menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS (USD).
"Jadi, faktornya seperti tadi saya sampaikan aliran modal asing masuk yang semakin tinggi," ujarnya.
Selain itu, faktor lainnya yang turut menyumbang penguatan Rupiah adalah membaiknya persepsi risiko atau prospek terhadap ekonomi Indonesia.
"Dan tentu saja langkah - langkah kita untuk lakukan stabilisasi nilai tukar," ujarnya.
Berdasarkan data BI, Sejak awal tahun, aliran modal asing masuk telah mencapai Rp 130,24 Triliun, terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp 72,96 Triliun, dan saham Rp 58,95 Triliun.
 Reporter:Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
BI Tahan Suku Bunga, Rupiah Menguat hingga 14.095 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Jumat ini. Namun masih ada potensi tekanan karena rupiah telah menguat selama dua hari.Â
Mengutip Bloomberg, Jumat (21/6/2019), rupiah dibuka di angka 14.130 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.182 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus menguat ke level 14.095 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.095 per dolar AS hingga 14.130 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 2,05 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.110 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.236 per dolar AS.
Baca Juga
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, penguatan mata uang utama Asia seperti dolar Hong Kong dan dolar Singapura terhadap dolar AS bisa menjadi sentimen penguatan rupiah hari ini.
"Tetapi rupiah sudah menguat dalam dua hari ini, kemungkinan hari ini sedikit melemah," ujar Lana dikutip dari Antara, Jumat (21/6/2019).
Dari domestik, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) kemarin memutuskan suku bunga 7 Days Reverse Repo Rate tetap sebesar 6 persen, begitupun suku bunga fasilitas deposito dan pinjaman juga tetap.
Keputusan tetap ini dengan mempertimbangkan potensi transaksi berjalan yang defisitnya bisa melebar pada kuartal II 2019, walaupun BI perkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2019 akan melambat akibat kinerja ekspor yang turun.
Keputusan tetap ini juga mempertimbangkan keputusan Fed Fund Rate (FFR) yang tetap oleh bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), pada pertemuan FOMC 18-19 Juni 2019. Dengan demikian BI menjaga selisih (spread) suku bunga BI dengan FFR tetap.
Namun, BI mensinyalkan ruang suku bunga turun masih terbuka yang kemungkinan akan diambil ketika ada konfirmasi suku bunga The Fed turun.
Lana memprediksi rupiah hari ini berpotensi melemah menuju kisaran antara 14.180 per dolar AS sampai 14.200 per dolar AS.
Advertisement
BI Prediksi Nilai Tukar Rupiah 13.900 - 14.000 per Dolar AS di 2020
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan asumsi ekonomi makro tahun 2020 untuk nilai tukar Rupiah adalah pada level 13.900-14.300 dan inflasi 3 persen plus minus 1.
Perry menilai,sejauh ini Rupiah masih menunjukan kondisi yang positif. Tercatat hingga hari ini nilai tukar berada pada posisi 14.250 terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
"Hingga tanggal 10 Juni 2019 nilai tukar Rupiah 14.250 per USD atau menguat 0,91 persen bila dibandingkan dengan level akhir tahun 2018 yaitu Rp 14.380, nilai tukar rupiah pada tahun 2019 mencapai Rp 14.187 atau menguat 0,41 persen dibandingkan rerata tahun 2018 Rp 14.246," kata dia di ruang rapat Badang Anggaran DPR RI, Jakarta, pada Selasa 11 Juni 2019.Â
BACA JUGA
Selain itu, BI memperkirakan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia akan mencatat surplus sejalan dengan prospek aliran masuk modal asing yang terus berlanjut.
Sementara itu, defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) 2019 juga diperkirakan lebih rendah dari tahun 2018 yaitu dalam kisaran 2,5 sampai 3 persen terhadap PDB.
"Sejalan dengan perkiraan neraca pembayaran tersebut, kami memperkirakan rata-rata nilai tukar pada tahun 2019 akan berada pada kisaran Rp 14.000 - Rp 14.400 terhadap dolar Amerika Serikat," ujarnya.
"Pada tahun 2020 kami memperkirakan bahwa prospek penguatan Neraca Pembayaran Indonesia akan berlanjut ditopang oleh peningkatan aliran masuk modal asing dan penurunan defisit transaksi berjalan," dia menambahkan.
Aliran masuk modal asing (inflow) diperkirakan meningkat dipengaruhi oleh prospek ekonomi yang membaik dan juga koordinasi yang kuat kebijakan antara pemerintah Indonesia dan berbagai otoritas terkait, untuk 2019 defisit transaksi berjalan kita akan tetap terkendali.
"Dengan berbagai perkembangan tersebut kami memperkirakan bahwa rata-rata nilai tukar Rupiah pada tahun 2020 akan berada pada kisaran Rp 13.900 sampai dengan Rp14.300 dolar Amerika Serikat," tutupnya.