Sukses

Menko Luhut Bentuk Tim Atasi Abrasi di Pantai Riau

Menurut Luhut, abrasi yang terjadi di pesisir Pantai Riau sudah mencapai sekitar 1 kilometer.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan melaksanakan rapat koordinasi di kantornya. Rapat tersebut membahas percepatan pemulihan kawasan pesisir di pulau-pulau perbatasan dengan Malaysia di Wilayah Provinsi Riau.

Dalam pembahasan tersebut tema utama yang disinggung terkait abrasi yang terjadi di sejumlah pulau di kawasan provinsi Riau. Menurut Luhut, abrasi yang terjadi bahkan sudah mencapai sekitar 1 kilometer.

"Ada tadi pulau yang abrasi. Parah sudah itu di provinsi Riau, Riau daratan, pulau Bengkalis, pulau Rangsang," kata dia, saat ditemui, di Kantornya, Jakarta, Jumat (21/6/2019).

Keputusan rakor, lanjut Luhut adalah membentuk tim khusus untuk melakukan kajian. Tim yang menyertakan kalangan akademisi ini diharapkan dapat memberikan laporan lengkap serta solusi dari masalah abrasi.

"Sekarang kita langsung tim saya minta studi secara komprehensif bersama IPB dan beberapa universitas lain," jelas dia.

Setelah tim selesai melakukan kajian, barulah ditentukan langkah selanjutnya untuk mengatasi persoalan tersebut. "Ya tergantung studinya nanti. Studi dilakukan komprehensif, kita tanggal 15 Juli ketemu lagi untuk dengar laporan mereka. Baru nanti kita buat program nya apa," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Puluhan Rumah di Muara Gembong Bekasi Rusak Digerus Abrasi

Puluhan rumah warga Kampung Muarajaya RT01/RW01, Desa Pantaimekar, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, rusak diterjang abrasi. 

Salah satu warga terdampak abrasi di Kampung Muarajaya, Firman (35) mengatakan, sekitar 10 tahun yang lalu terdapat puluhan rumah di kampungnya.

Namun, rumahnya bersama sekitar 50 rumah lainnya hilang tersapu air saat terjadi abrasi. Sehingga, dia bersama warga lainnya harus pindah ke Kampung Baru di RT02/01, Desa Pantaimekar.

"Dulu di sini (Kampung Muarajaya) paling ramai, banyak nelayan dari mana-mana, motor juga bisa masuk. Tapi semua berubah setelah abrasi datang," katanya, Minggu (16/6/2019).

Selama 10 tahun abrasi menyerang, tidak ada penanganan berarti dari pemerintah daerah. Kendati begitu, saat ini di lokasi abrasi masih ada sebagian warga yang memilih untuk tetap bertahan di rumahnya meski sudah sepi penghuni.

Warga lainnya, Ijah (60), ia tinggal bersama delapan orang anak dan cucunya. Terkadang kesulitan untuk berpergian ke tempat lain karena akses yang terbatas. Belum lagi, banjir rob yang kerap terjadi pada bulan November hingga Januari.

"Saya masih bertahan, habis mau tinggal di mana lagi. Sekarang hanya tinggal tiga rumah, dan ada sembilan orang di sini," kata Ijah dikutip dari Antara.

Camat Muaragembong Junaefi mengatakan, sejauh ini penanganan abrasi sudah dicoba untuk dilakukan dengan cara menanam pohon bakau (mangrove) di tepi pantai.

Langkah tersebut, menurutnya, cukup ampuh karena mampu mengurangi abrasi yang kini mengancam warga di pesisir pantai.

"Kalau wilayah di Muaragembong memang berpotensi terkena abrasi karena letaknya di pesisir. Selain di Pantaimekar, di Muarabungin dan Muarabeting juga terjadi abrasi. Rata-rata satu sampai dua RT sudah hilang," katanya.