Sukses

5 Investor Berebut Bangun Bandara Internasional Komodo

Agar bisa menjadi bandara internasional, Kemenhub akan membangun gedung terminal penumpang internasional di Bandara Komodo seluas 5.343 meter persegi.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus mengembangkan pariwisata di Labuan Bajo Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satu cara agar pariwisata di wilayah tersebut bisa berkembang pesat adalah dengan mengembangan Bandara Komodo.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Polana B Pramesti menjelaskan, pemerintah akan menjadikan Bandara Komodo sebagai bandara internasional. Untuk pengembangan tersebut, Kemenhub telah mengundang investor.

"Saat ini sedang bidding dengan 5 peserta (investor)," jelasnya kepada Liputan6.com, Sabtu (22/6/2019).

Agar bisa menjadi bandara internasional, pemerintah akan membangun gedung terminal penumpang internasional Bandara Komodoseluas 5.343 meter persegi, pembangunan terminal kargo 1.994 meter persegi, perluasan area parkir kendaraan 31.447 meter persegi.

Selanjutnya, pengembangan fasilitas penunjang 6.878,8 meter persegi, penambahan fasilitas alat bantu dan penerbangan, penambahan fasilitas keselamatan penerbangan, dan penambahan utilitas.

Rute internasional yang dibuka setelah adanya terminal internasional yaitu dari Singapura, Malaysia dan Australia. Rute ini dianggap potensial karena menjadi hub wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.

2 dari 2 halaman

Kemenhub Targetkan 5 Bandara Selesai Dibangun pada 2019

Sebelumnya, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menyelesaikan pembangunan 3 bandara baru pada 2018. Ketiga bandara tersebut adalah Bandara Kertajati, Bandara Samarinda Baru dan Bandara Tebelian.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Polana B Pramesti menjelaskan, total bandara yang telah dibangun selama periode 2015-2018 adalah sebanyak 10 bandara dari total target pembangunan bandara sampai akhir 2019 mencapai 15 bandara.

"Untuk 2019, Kemenhub menargetkan bisa menyelesaikan pembangunan 5 bandara yaitu Bandara Siau, Bandara Tambelan, Bandara Muara Teweh, Bandara Buntukunik, dan Bandara Pantar," jelas dia dalam keterangan tertulis, Sabtu (22/12/2018).  

Pada 2018, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara juga telah melakukan revitalisasi bandara di perbatasan sebanyak 24 bandara, revitalisasi bandara di daerah rawan bencana sebanyak 59 bandara, revitalisasi bandara di daerah terisolasi sebanyak 48 bandara, dan rehabilitasi runwaysebanyak 39 bandara.

Pembangunan dan rehabilitasi terminal di 15 lokasi bandara dan meningkatkan total kapasitas di bandara-bandara tersebut menjadi 36 juta penumpang per tahun.

Dalam rangka mengurangi beban dan ketergantungan terhadap APBN, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub memulai kerja sama alternatif pembiayaan dengan skema sebagai berikut:

1. Melalui Kerja Sama Pemanfaatan (KSP), yaitu Bandara Sentani Jayapura, Bandara Fatmawati Bengkulu, Bandara Radin Inten II Lampung dan Bandara Hanandjoeddin Tanjung Pandan.

2. Melalui Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), yaitu Bandara Bali Utara, Bandara Komodo Labuan Bajo, Bandara Singkawang Baru dan Bandara Juwata Tarakan.

3. Melalui Penyertaan Modal Negara (PMN), yaitu Bandara Banyuwangi, Bandara Wirasaba dan Bandara Jember.

Konektivitas pada daerah yang sulit dijangkau pun menjadi salah satu program yang diamanatkan pada Ditjen Hubud, sehingga diharapkan penumpang dan barang dapat menjangkau seluruh wilayah nusantara.

"Pada tahun 2018, terdapat 22 korwil jaringan rute perintis dengan rute perintis penumpang sebanyak 214 rute, rute kargo sebanyak 39 rute dan rute subsidi kargo sebanyak 2 rute", jelas Polana.