Liputan6.com, Jakarta - Beredar kabar ritel modern Giant akan menutup sejumlah toko di wilayah Jabodetabek. Berdasarkan informasi, Giant akan menutup enam toko pada 28 Juli 2019.
Salah satu lokasi Giant yang dikabarkan akan tutup yakni Giant Ekstra di Wisma Asri Bekasi, Jakarta, seperti dipantau oleh Merdeka.com.
Dari pantauan, tampak spanduk besar bertuliskan, “Kami tutup hanya di toko ini. Semua harus terjual habis. Diskon semua harga,” menghiasi arena pusat perbelanjaan ini. Beberapa diskon yang ditawaran pun mulai dari 5-30 persen untuk beberapa jenis produk.
Advertisement
Baca Juga
Gerai Giant termasuk salah satu unit usaha dari grup Hero. PT Hero Supermarket Tbk (HERO) menjadi salah satu emiten yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lalu bagaimana pergerakan saham PT Hero Supermarket Tbk dengan ada kabar enam gerai Giant yang ditutup?
Berdasarkan data RTI, pada Senin 24 Juni 2019 pukul 15.39 waktu JATS, saham PT Hero Supermarket Tbk naik 1,8 persen atau 15 poin ke posisi Rp 850 per saham. Pada awal sesi perdagangan, saham PT Hero Supermarket Tbk sempat naik tipis lima poin ke posisi Rp 840 per saham.
Pada perdagangan Senin, saham HERO sempat berada di level tertinggi Rp 860 per saham dan terendah Rp 840 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 31 kali dengan nilai transaksi Rp 62,7 juta saham.
Sepanjang tahun berjalan 2019, saham HERO naik 5,7 persen ke posisi Rp 835 per saham. Pada tahun berjalan 2019, saham HERO sempat berada di level tertinggi Rp 1.010 per saham dan terendah Rp 705 per saham. Nilai transaksi Rp 6,4 miliar dengan frekuensi perdagangan 856 kali.
Mengutip laman Hero, gerai Giant Ekstra memiliki 134 gerai. Melihat laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan bersih perseroan naik sedikit menjadi Rp 3,05 triliun hingga kuartal I 2019 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,04 triliun.
Rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun menjadi Rp 3,52 miliar selama kuartal I 2019 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,13 miliar.
Dari keterangan perseroan yang disampaikan ke BEI pada 29 April 2019, Perseroan menyatakan kalau penjualan makanan lima persen lebih rendah menjadi Rp 2,34 triliun dipengaruhi oleh rencana konsolidasi toko yang dirancang untuk meningkatkan produktivitas dan profitabilitas dari waktu ke waktu.
Bisnis makanan mencatat kerugian operasi sebesar Rp 64 miliar di luar biaya-biaya perseroan yang tidak dialokasikan dibandingkan Rp 87 miliar pada periode sama tahun lalu.
Sementara itu, penjualan pada bisnis non-makanan meningkat 21 persen menjadi Rp 715 miliar. Guardian dan IKEA menunjukkan pertumbuhan baik.
Selain itu, perseroan berkomitmen pada rencana transformasi multi-tahun dengan fokus utama ditujukan pada bisnis supermarket dan hypermarket.
Selain itu, melakukan investasi lebih lanjut dalam pengembangan format bisnis kesehatan dan kecantikan di Indonesia.
IKEA akan fokus pada strategi untuk meningkatkan aksebilitas dan kenyamanan dengan mengembangkan bisnis online dan menambah jaringan toko.
Selain proyek pembangunan toko baru yang sedang berlangsung di Jakarta Garden City dan Kota Baru Parahyangan di Bandung yang rencana pembukaan keduanya pada akhir 2020. IKEA juga sedang merencanakan untuk mengubah satu hypermarket Giant menjadi toko IKEA.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Lokasi Gerai
Adapun keenam keenam Giant akan melakukan penutupan toko pada 28 Juli 2019 mendatang yakni :
1. Giant Ekspres Cinere Mall, Alamat : JL. Cinere Raya - Jakarta
2. Giant Ekspres Mampang, Alamat : JL. Mampang Prapatan Raya No.20 - Jakarta
3. Giant Ekspres Pondok Timur, Alamat : JL. Raya Pondok Timur 1, Jatimulya - Tambun
4. Giant Ekstra Jatimakmur, Alamat : JL. Raya Jati Makmur
5. Giant Ekstra Mitra 10 Cibubur, Alamat : JL. Raya Alternatif Cibubur, Cileungsi KM 4.Kav 88-Jatirangga Jatisampurna - Bekasi 1743
6. Giant Ekstra Wisma Asri, Alamat : JL. Perjuangan Teluk Pucung, Bekasi Utara 17121
Advertisement
Kalah Bersaing Diduga Jadi Alasan Giant Menutup Gerai
Sebelumnya, ditutup sejumlah toko milik Giant dinilai merupakan upaya perusahaan untuk bisa tetap bertahan di tengah persaingan bisnis ritel yang semakin ketat. Penutupan tersebut juga dianggap sebagai hal biasa di bisnis ini.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan, saat ini bisnis ritel sudah berkembang pesat dengan persaingan yang semakin ketat. Terlebih dengan munculnya beragam platform jual beli online yang menawarkan produk-produk seperti yang dijual di toko ritel luring (offline).
"Bisnis ritel ini sekarang berubah, sehingga siapa yang terkena dampak? Saya kira Giant yang saat ini terkena dampak. Dampak dari apa? Ya atas persaingan itu sendiri. Karena produk yang dijual itu sama dengan ritel lain, baik yang di offline maupun di online. Sehingga dia melakukan amputasi dengan menutup toko mereka," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin, 24 Juni 2019.
Menurut Tutum, Giant juga pasti telah memiliki pertimbangan yang matang sebelum memutuskan untuk menutup sejumlah tokonya. Yang menjadi pertimbangan biasanya lantaran toko tersebut tidak mampu berkontribusi terhadap pendapatan perusahaan, bahkan hanya menjadi beban bagi keuangan perusahaan.
"Pasti ada faktor-faktor yang diperhitungkan sehingga berani melakukan langkah itu. Karena image-nya kan sanga jelek (dengan menutup toko). Tetapi outlet tersebut sudah tidak bisa dipertahankan lagi, akan menggerogoti perusahaan secara keseluruhan. Tidak hanya Giant, perusahaan mana pun pasti begitu. Jadi dilakukan lah penutupan, apalagi outlet-outlet tersebut sudah tidak bisa memberikan kontribusi atau ke depan tidak menjanjikan lagi," jelas dia.
Namun demikian, lanjut Tutum, ritel hingga saat ini masih menjadi bisnis yang menjanjinkan. Dia berharap apa yang dialami Giant tidak terjadi pada perusahaan lain.
"Ini karena Giant perusahaan publik, makanya mereka menginfomasikan kepada media bahwa dia akan tutup dan di toko-toko mereka diadakan diskon dengan penutupan tersebut," tandas dia.