Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat capaian total aset kinerja emiten di pasar modal Indonesia hingga Maret 2019 mencapai Rp 11.210 triliun.
Angka ini tumbuh sebesar 10,38 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 10.156 triliun.
"Hingga Maret 2019 total aset mencapai Rp 11.210 triliun," kata Direktur Utama PT BEI, Inarno Djayadi saat melakukan Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XI DPR RI, di Jakarta, Senin (24/6/2019).Â
Advertisement
Inarno menambahkan, tingginya aset tersebut berimbas pada pendapatan emiten saham di pasar modal.
Baca Juga
Pendapatan hingga Maret 2019 tercatat sebesar Rp 866 miliar atau tumbuh sebesar 4,13 persen dibandingkan periode yang sama sebelumnya yakni Rp 831 miliar. Adapun keuntungan pada periode tersebut mencapai sebesar Rp 96,84 miliar meningkat 8,86 persen dibandingkan periode Maret 2018 lalu sebesar Rp 88,96 miliar.
Sebelumnya, Inarno menyampaikan, mayoritas investor di pasar modal Indonesia saat ini merupakan golongan milenial yang berusia di bawah 30 tahun, yakni mencapai sekitar 40,33 persen.
"Bisa kita lihat bahwasanya mayoritas saat ini adalah milenial. Usianya sekitar 30 tahun. Jadi investor kita 40 persen adalah di usia-usia milenial," kata Inarno.
Selain milenial di bawah 30 tahun, kelompok usia lain yang juga banyak bermain di pasar modal yakni investor pada rentang usia 31-40 tahun, sebesar 25,59 persen. Diikuti investor berumur 41-50 tahun (17,87 persen), investor 51-60 tahun (10,68 persen), dan investor di atas 60 tahun (5,53 persen).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Gelar RDP dengan DPR
Sebelumnya, Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan enam perusahaan pembiayaan pasar keuangan di Ruang Rapat Komisi IX DPR RI, Jakarta.
Adapun RDP ini untuk mendengarkan penjelasan kinerja keuangan bisnis dari masing-masing perusahaan.
Sejumlah beberapa perusahaan yang hadir selain BEI yakni Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Kemudian ada pula Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) dan Asosiasi Analisis Efek Indonesia (AAEI). Berdasarkan pantauan, rapat dimulai sekitar pukul 14.30 WIB. Rapat dipimpin langsung oleh Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Supriyatno.Â
"Menurut catatan yang kami terima dari sekretariat daftar hadir rapat telah ditandatangani oleh 14 anggota 7 fraksi sekarang masih ada yang salat. Sehingga berdasarkan ketentuan pasal 251 ayat 1 peraturan DPR kami membuka rapat dengar pendapat dinyatakan terbuka untuk umum," kata Supriyatno saat membuka RDP di Ruang Rapat Komisi IX DPR RI, Jakarta, Senin 24 Juni 2019.
Supriyanto mengatakan, dalam RDP kali ini Komisi XI akan mendengarkan penjelasan kinerja keuangan bisnis dari Bursa Efek Indonesia, Asosiasi Peransurasian, dan Asosiasi Perusahaan Pembiayaan. "Saya persilahkan dulu kepada Direktur Bursa Efek Indonesia jangan panjang-panjang," pungkasnya.
Advertisement
Aturan Bookbuilding Rampung Oktober
Sebelumnya, Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) menegaskan aturan electronic book building (e-bookbuilding) dalam penawaran perdana saham (initial public offering/IPO) akan tetap dirilis pada kuartal III 2019.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan, e-bookbuilding akan dirilis pada Oktober 2019. Sebelum riiis e-bookbuilding, akan dilakukan uji coba terlebih dahulu.
"Enggak molor kok, sesuai dengan schedule. Nanti akan ada seperti pilot projectnya terlebih dulu untuk pemakaian e-bookbuilding," terangnya di Jakarta, Selasa, 11 Juni 2019.
Dia menjelaskan, saat ini pihaknya tengah memastikan agar sistem e-bookbuilding agar rampung terlebih dahulu. Sedangkan peraturan mengenai porsi penjatahan (allotment) sudah tertera dalam draft peraturan.
"E-bookbuilding sudah ada di draft peraturan. Uji coba untuk sistem masih dalam proses. Jadi mohon ditunggu dulu," terangnya. "Jadi targetnya ya tetap Oktober ya. Tidak ada perubahan," tegas ia menambahkan.
E-bookbuilding ini jadi merupakan penawaran awal secara elektronik  terutama dalam penawaran saham perdana. Bookbuilding merupakan proses penawaran awal untuk menentukan harga jual saham penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) dengan mengetahui minat beli investor.