Sukses

Bukit Asam Segera Finalisasi Studi Kelayakan Pabrik Gasifikasi Batu Bara

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sedang menyelesaikan studi kelayakan (Feasibility Study) untuk membangun dua pabrik gasifikasi batu bara.

Liputan6.com, Nusa Dua - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sedang menyelesaikan studi kelayakan (Feasibility Study) untuk membangun dua pabrik gasifikasi batu bara (Dimethil Et‎her/DME), pengganti bahan baku Liqufied Petroleum Gas/LPG).

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Arfiyan Arifin mengatakan, studi kelayakan yang dilakukan untuk menjembatani pembuatan perusahaan patungan (joint venture/JV) dua pabrik gasifikasi batu bara, yaitu di Tanjung Enim Sumatera Selatan, dengan empat perusahaan PT Pertamina (Persero), PT Chandra Asri dan PT Pupuk Indonesia.

Pabrik berikutnya‎ terletak di Pernap Riau, PTBA akan menggandeng PT Pertamina (Persero) dan Air Products and Chemicals Inc‎, untuk membangun pabrik tersebut.

"Kita segera ingin bikin JV company dengan investor untuk mengembangkan gasifikasi di Peranap sama di Tanjung Enim. Sekarang lagi dalam proses FS finalisasi," kata Arviyan, saat menghadiri Coaltrans, di Nusa Dua Bali, Senin (24/6/2019).

Arfiyan menuturkan, perusahaan batu bara pelat merah yang dipimpinnya ingin menjadi pemiliki porsi saham terbesar dalam proyek ini, tapi hal tersebut masih dirundingkan dengan para mitra. Dia pun menargetkan, studi kelayakan akan selesai pada 2019.

"Ini lagi runding-runding. Kita pengen mayoritas, dia ingin mayoritas. Nah kita cari titik tengahnya‎," tuturnya.

Proyek pabrik DME di Pranap akan memiliki kapasitas produksi 1,4 juta ton DME dengan kebutuhan batu bara sebanyak 9,2 juta ton per tahun. Untuk proyek di Tanjung Enim, akan mengkonsumsi batu bara ‎sebanyak 6,2 juta ton per tahun.

"Di Tanjung Enim itu termasuk untuk (memproduksi) pupuk, DME, polipropelin. Empat produk," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 4 halaman

Bukit Asam Buka Pasar Baru untuk Ekspor Batu Bara

Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk menargetkan ekspor batu bara di 2019 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. BUMN pertambangan ini juga telah mengincar sejumlah negara sebagai pasar baru dari ekspor produk batu baranya.

Direktur Operasi dan Produksi Bukit Asam, Suryo Eko Hadianto mengatakan, pada tahun lalu dari total produksi batu bara sebesar 24,69 juta ton, sebanyak 56 persennya diperuntukkan bagi pasar domestik. Sedangkan 44 persen untuk pasar ekspor.

Sementara pada tahun ini, lanjut Arifin, perseroan menargetkan ekspor batubara mencapai 14,71 juta ton untuk pasar ekspor. Angka tersebut 51,8 persen dari target produksi batubara di 2019 yang sebesar 28,38 juta ton.

"Target ekspor tahun 2019 memang ada peningkatan," ujar dia di Jakarta, Kamis, 25 April 2019.

Menurut Eko, untuk mendukung peningkatan ekspor ini, Bukit Asam mengincar sejumlah negara sebagai pasar baru. Negara-negara tersebut seperti Filipina, Korea Selatan, Hong Kong dan Vietnam.

"Ada beberapa negara tujuan yg baru seperti Filipina, Korea Selatan, Hong Kong, Vietnam. Kemudian kita mulai masuk lagi di pasar Jepang. Memang ada peningkatan yang cukup signifikan di 2019 ini," tandas dia.

 

3 dari 4 halaman

Tekan Impor, BUMN Bersinergi Bangun Industri Hilirisasi Batu Bara

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M Soemarno meminta BUMN untuk bersinergi dalam mendukung hilirisasi produk tambang dalam negeri demi meningkatkan nilai tambah, menekan impor dan biaya produksi.

Hal ini dia ungkapkan saat mengikuti pencanangan industri hilirisasi batubara di Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone (BACBSEZ), Tanjung Enim, pada Minggu (4/3/2019).

Pencanangan ini merupakan tindak lanjut dari Head of Agreement Hilirisasi Batubara yang telah ditandatangani oleh 4 perusahaan yaitu PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk/PTBA, PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pertamina (Persero) dan PT Chandra Asri Petrochemical.

Melalui teknologi gasifikasi, batubara kalori rendah akan diubah menjadi produk akhir yang bernilai tinggi. Teknologi ini akan mengkonversi batu bara muda menjadi syngas untuk kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai substitusi LPG, urea sebagai pupuk, dan polypropylene sebagai bahan baku plastik.

“Hilirisasi di sektor pertambangan merupakan salah satu upaya pemerintah meningkatkan nilai tambah produk tambang dalam negeri dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sinergi penting dilakukan untuk menciptakan efisiensi dalam industri batubara, gas, pupuk dan kimia.” ungkap Menteri Rini.

Di kawasan Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone (BACBSEZ) nantinya akan dibangun 4 kompleks pabrik meliputi pabrik coal to syngas, pabrik syngas to urea, pabrik syngas to dimethyl ether (DME) dan pabrik syngas to polypropylene sebagai langkah besar pengembangan hilirisasi batubara dalam negeri. Pabrik pengolahan gasifikasi batubara ini ditargetkan beroperasipada November 2022.

Arviyan Arifin, Direktur Utama PTBA menambahkan hilirisasi akan memberikan dampak terhadap perekonomian nasional dengan berkurangnya impor terhadap produk yang dihasilkan seperti LPG dan Naphta serta memproduksi pupuk urea dengan ongkos produksi yang diharapkan lebih efisien.

“Kami ingin menciptakan nilai tambah, mentransformasi batubara menjadi ke arah hilir dengan teknologi gasifikasi, dengan menciptakan produk akhir yang memiliki kesempatan nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan sekadar produk batubara. Dengan demikian, hal ini diharapkan akan semakin menguntungkan perusahaan,” ungkapnya.

Proyek hilirisasi ini diharapkan akan mampu menghasilkan 500 ribu ton urea per tahun, 400 ribu ton DME per tahun dan 450 ribu ton polypropylene per tahun. Sementara untuk menghasilkan produk-produk tersebut dibutuhkan batubara sebagai bahan baku utama sebesar 7 juta ton per tahun.

“Dengan jumlah sumber daya batubara yang dimiliki PTBA sebesar 8 milIar ton, proyek ini suatu keharusan dan keniscayaan yang harus dijalankan untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi dari cadangan yang ada. Dengan adanya industri ini kita harapkan keberadaan tambang ini akan terus ada 100 tahun kedepan,” tegas Arviyan.

 

4 dari 4 halaman

CSR bagi Masyarakat Tanjung Enim

PTBA ingin terus tumbuh dan berkembang bersama masyarakat sekitar serta membangun hubungan yang harmonis. Karena itulah PTBA berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memberi manfaat seluas-luasnya dengan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) di Muara Enim, dan pada khusus nya di Tanjung Enim.

Bantuan diberikan berupa pemasangan kwh 900 watt untuk 589 keluarga tidak mampu dan yang belum memiliki sambungan listrik serta memberikan bantuan iuran BPJS untuk 8.000 keluarga .

"Untuk membantu penanggulangan bencana, perseroan juga memberikan bantuan berupa mobil pemadam kebakaran dan mobil rescue untuk Kabupaten Muara Enim," ungkap Arviyan.

Sementara itu, sebagai bentuk dukungan untuk dunia pendidikan, memberikan beasiswa Bidiksiba bagi 25 orang untuk menempuh pendidikan jenjang D3 dan S1, serta beasiswa Ayo Sekolah untuk 5.000 siswa SD hingga SMP. Termasuk juga memberikan bantuan sarana dan prasana untuk SD dan SMP Bukit Asam serta pembangunan Panti Asuhan Al Barokah