Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) memperoleh laba bersih sebesar Rp 4,2 triliun pada kuartal I 2019. Capaian tersebut bersumber dari berbagai upaya perseroan seperti pertumbuhan penjualan, peningkatan kinerja operasi dan keuangan, serta efisiensi operasi.
Plt. Direktur Utama PLN Djoko R Abumanan mengatakan, penjualan tenaga listrik meningkat sebesar Rp 3,8 triliun atau 6,11 persen, peningkatan ini ditopang oleh pertumbuhan pelanggan yang naik sebesar 3,8 juta pelanggan dengan daya terjual sebesar 3,04 Terra Watt hour (TWh) dari periode yang sama tahun lalu (year on year).
Kenaikan konsumsi listrik ini didominasi oleh pertumbuhan pelanggan sektor bisnis yaitu sebesar 6,76 persen atau 10.613 GWh (Giga Watt Hour).
Advertisement
"Pada kuartal I tahun 2019 perseroan mencapai realisasi kinerja yang lebih baik, dibanding kuartal I tahun sebelumnya," kata Djoko, di Jakarta, Senin (24/6/2019).
Baca Juga
Selain pertumbuhan penjualan dan pelanggan, PLN juga berhasil meningkatkan kinerja operasi melalui penurunan biaya sewa pembangkit. Dengan beroperasi nya Gardu Induk (GI) khususnya di daerah Sumatera dan Kalimantan, PLN berhasil menghemat Rp 667 miliar dari efisiensi biaya sewa pembangkit.
Selain dari biaya sewa, volume pemakaian BBM untuk pembangkit pun turun sebesar 98 ribu Kilo Liter (KL) dibandingkan pemakaian pada April 2018, harga rata-rata pun mengalami penurunan dari Rp 11.058 per liter menjadi Rp 8.835 per liter di kuartal I 2019. Disamping itu, perseroan juga berhasil menurunkan biaya pemeliharaan sebesar Rp 183 miliar.
Membaiknya kinerja perusahaan juga ditopang oleh penguatan kurs mata uang rupiah dan penurunan harga ICP (Indonesian Crude Price).
"Peningkatan laba di kuartal I 2019 ini merupakan buah keringat para pegawai yang berhasil meningkatkan penjualan listrik, melakukan efisiensi di berbagai sektor, dan meningkatkan kinerja operasi sehingga selisih keuntungan sebelum pajak bisa meningkat hingga Rp 10,6 triliun dari kuartal I tahun lalu," ungkapnya.
Menurutnya, PLN terus melakukan efisiensi pada komponen biaya operasi yang berada dalam kendali perusahaan, sehingga kondisi keuangan tetap terjaga.
"Dampak positif ini merupakan hasil dari berbagai upaya efisiensi seperti pengurangan konsumsi BBM, pengurangan biaya sewa beberapa pembangkit, peningkatan efisiensi operasi pembangkit sehingga konsumsi energi per kWh PLTU Batubara dapat ditekan, serta melakukan zonasi untuk menghemat ongkos transportasi batubara," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ini Bocoran Calon Dirut PLN
Kementerian BUMN sampai saat ini belum menentukan siapa Direktur Utama PTÂ PLNÂ (Persero). Yang terbaru, Kementerian BUMN sudah mengantongi beberapa nama sebagai kandidatnya.
Sekretaris Kementerian BUMN, Imam A Putro mengatakan, sesuai prosedur, pemilihan siapa pimpinan PLN harus melalui Tim Penilai Akhir (TPA) yang diketuai langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Ada beberapa calon, dari internal dan eksternal," tegas Imam, Selasa (11/6/2019).
Dia juga sedikit memberikan sosok seperti apa yang pantas memimpin PLN.
"Dia harus punya leadership yang kuat, karena PLN itu BUMN yang punya aset paling besar," tegasnya. Â
Imam tak menjelaskan siapa nama-nama kandidat yang berasal dari eksternal PLN. Hanya saja untuk internal, beberapa direksi yang saat ini menjabat masuk sabagai kandidat.
Sebelumnya, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT PLN (Persero) mengangkat Djoko Rahardjo Abumanan menjadi pejabat pelaksana tugas (Plt.) Direktur Utama PLN.Â
Ia menjalankan tugas Sofyan Basir yang saat ini tengah menjalani proses hukum terkait perkara kasus suap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Riau-1. Penyerah Surat Keputusan (SK) pengangkatan Djoko Rahardjo Abumanan berlangsung di kantor Kementerian BUMN Jakarta Pusat, pada Rabu, 29 Mei 2019.
Advertisement
Langkah PLN Antisipasi Konsumsi Listrik Naik Usai Libur Lebaran
Konsumsi listrik ibu kota diprediksi kembali naik usai libur Lebaran. Ini karena momen mudik telah selesai dan masyarakat kembali beraktivitas.Â
Direktur Bisnis Regional PLN Jawa Bagian Barat, Haryanto WS mengatakan, PLN telah mengantisipasi kenaikan beban konsumsi listrik, yang sebelumnya mengalami penurunan akibat libur Lebaran pada pekan lalu.
‎"Naik lagi biasanya satu minggu (setelah Lebaran). Mulai tanggal 11 Juni naik bertahap, konsumsi listrik normal 17 Juni," kata Haryanto, di Jakarta, Rabu (12/6/2019).
Haryanto menuturkan, antisipasi kenaikan konsumsi listrik‎ dilakukan dengan menyiapkan pembangkit yang cepat menghasilkan daya, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), sehingga kebutuhan listrik yang naik usai libur Lebaran cepat terpenuhi.
"Kita sudah menyiapkan pembangkit yang cepat yang disiapkan, sehingga diperlukan cepat siap itu dipilih," tuturnya.
S&P Kembali Naikkan Peringkat Utang PLN
Lembaga pemengrikatan kredit luar negeri Standard & Poor's (SP) telah meningkatkan kualitas kredit PLN. Kenaikan ini terjadi dua kali dalam waktu kurang dari setahun, dan kini peringkat kredit PLN menjadi BBB dengan outlook stabil.
Pada Agustus 2018 lalu, peringkat PLN juga naik dari BBB-. Hal ini menandakan prospek pertumbuhan PLN yang solid dan kebijakan yang diambil pemerintah dinilai stabil, pruden, dan kondusif, demikian penjelasan PLN dalam rilis resminya. Â
"Kenaikan credit rating ini, menggambarkan bahwa tingkat risiko investasi di PLN menurun, dan dengan demikian kepercayaan investor kepada PLN akan semakin meningkat, sehingga hal ini akan semakin meningkatkan kepercayaan diri PLN dalam membangun infrastruktur ketenagalistrikan," ujar Plh. Executive Vice President Corporate Communication& CSR PLN, Dwi Suryo Abdullah.
Dalam laporan pada 31 Mei 2019, S&P meyakini PLN secara berkesinambungan memiliki peran sangat strategis bagi Indonesia, dan PLN pasti akan senantiasa mendapatkan dukungan luar biasa dari Pemerintah Indonesia.
Pihak PLN menyebut kenaikan rating ini akan memberi dampak positif untuk mencari pendanaan kompetitif pada proyek 35 GW untuk melistriki daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertingga). Selain itu diharapkan ini bisa memberi tarif kompetitif bagi industri, bisnis, dan masyarakat.
Kabar naiknya peringkat ini juga hampir bersamaan dengan naiknya laba PLN di tahun 2018. Salah satu faktor penunjangnya adalah peningkatan konsumsi listrik.
"Perusahaan mencatatkan laba bersih tahun 2018 sebesar Rp 11,6 triliun atau tumbuh 162% dibandingkan laba bersih tahun sebelumnya. Adapun laba bersih tahun sebelumnya hanya sebesar Rp 4,42 triliun," jelas Dwi.
Advertisement