Sukses

Putra Konglomerat Lebanon Bakal Jadi Menantu Donald Trump?

Hubungan putri bungsu Donald Trump dan putra konglomerat Arab semakin intens. Calon menantu?

Liputan6.com, Washington D.C. - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tampaknya akan punya menantu yang merupakan putra konglomerat kaya asal Lebanon. Ia adalah Michael Boulos (25) yang sedang memadu asmara dengan Tiffany Trump (25), putri bungsu Trump.

Hubungan keduanya tampak sudah mendapat restu dari kedua orang tua Tiffany: Presiden Donald Trump dan Marla Maples. Kedekatan Boulos dengan keluarga Tiffany tampak dari pos Instagram dari ibu Tiffany dan Michael sendiri.

Dilaporkan Page Six, Marla Maples berbagi foto dirinya, Tiffany, dan Michael Boulos yang tengah bertamasya di kebun binatang Smithsonian di Washington, D.C, pada akhir pekan lalu.

Sementara, Michael Boulos juga pernah berbagi foto pertemuannya dengan Presiden Donald Trump di Mar-a-lago. Ia pun hadir dan mendukung kampanye Trump untuk pemilu tahun depan.

Ivanka Trump, putri sulung sekaligus penasihat Donald Trump, juga sudah mengikuti akun Instagram milik Michael.

 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by Michael Boulos (@michaelboulos) on

Arab News melaporkan bahwa Michael Boulos adalah putra pebisnis kelahiran Lebanon Massad Boulos yang memimpin konglomerasi SCOA Nigeria yang bernilai miliaran dolar. Konglomerasi itu aktif di berbagai sektor seperti kendaraan, peralatan, ritel, dan konstruksi.

Kedua orang tua Michael Boulos merupakan asli Lebanon, namun bapak Michael berbisnis di Nigeria. Sementara, Michael menuntut ilmu di City University of London, Inggris.

Hubungan Tiffany dan putra miliarder ini pertama terkuak pada akhir tahun lalu. Keduanya bertemu di Yunani dan Tiffany dikabarkan amat bahagia dengan hubungan ini.

Tiffany Trump merupakan putri bungsu Donald Trump dari pernikahannya dengan aktris Marla Maples. Marla merupakan istri kedua Donald Trump.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Donald Trump Memulai Kampanye Pilpres AS 2020 di Florida

Membuktikan janjinya pada pendukung kubu Republik, Donald Trumpmeluncurkan kampanye perdananya sebagai calon presiden Amerika Serikat (AS) pada pemilu 2020 mendatang.

Pengumuman itu disampaikan oleh Trump di hadapan kerumanan besar di Orlando, negara bagian Florida, pada Selasa 18 Juni.

Dikutip dari The Guardian pada Rabu, 19 Juni 2019,  rilis kampanye itu dilakukan di tengah seruan pemakzulan, lanjutan penyelidikan oleh Kongres AS atas dugaan campur tangan Rusia dalam pilpres 2016, dan kebijakan imigrasi garis kerasnya.

Namun, rilis kampanye itu juga hadir di tengah perekonomian AS yang tumbuh signifikan dan juga penguatan kembali dukungan Republik terhadap Donald Trump.

Meski terlihat seperti peluncuran resmi kampanyenya, namun sejatinya Donald Trump telah mengajukan dokumen untuk maju dalam pilpres 2020, beberapa jam setelah dia dilantik sebagai presiden AS ke-45 pada 20 Januari 2017.

Setelahnya, Trump diketahui kerap menggelar pertemuan umum "yang bergaya kampanye" di seluruh Amerika Serikat.

"Kami mengambi alih eksistensi politik yang gagal dan memulihkan pemerintahan, oleh dan untuk rakyat," kata Trump dalam sebuah video yang dirilis sehari sebelum kampanye terbarunya.

"Ini adalah kehendak rakyat, Anda semua adalah rakyat itu, Anda yang memenangkan pemilu," lanjut Donald Trump yang berpidato didampingi oleh istri, anak dan menantunya.

3 dari 3 halaman

Menlu AS: Donald Trump Akan Bahas Protes Massa Hong Kong di KTT G20

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump akan membahas masalah isu UU ekstradisi dalam KTT G20 mendatang.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin 17 Juni 2019, rencana itu dikatakan Donald Trumpsaat dirinya bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping dalam KTT tersebut.

"Saya pikir kita akan melihat Presiden Xi dalam beberapa minggu mendatang di KTT G20. Saya yakin ini akan menjadi salah satu masalah yang mereka diskusikan," kata Pompeo dalam sebuah wawancara dengan Fox News Sunday.

"Kami melihat apa yang terjadi. Apa yang sedang terjadi di Hong Kong. Kami menyaksikan masyarakat di sana berbicara tentang hal-hal yang mereka hargai," tambah Pompeo.

Sebelumnya, tepat minggu lalu Donald Trump berharap agar permasalahan yang terjadi di Hong Kong segera diselesaikan.

Pompeo menegaskan "presiden selalu menjadi pembela hak asasi manusia yang kuat".

Pada Minggu kemarin, Hong Kong kembali bersiap untuk aksi protes besar lainnya, ketika kemarahan publik meluap menyusul bentrokan yang belum pernah terjadi antara pengunjuk rasa dan polisi terkait rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi.

Rencana aksi protes itu tetap berjalan, meski Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam telah menunda pembahasan RUU ekstradisi yang kontroversial.

Dikutip dari The Guardian, penyelenggara protes berharap semakin banyak penduduk Hong Kong terlibat dalam aksi protes hari ini, guna terus menekan Carrie Lam untuk membatalkan RUU ekstradisi.

Di lain pihak, para kritikus khawatir RUU ekstradisi dukungan pemerintah China, di mana pengadilannya kerap dituding buram dan terpolitisasi, akan merusak reputasi Hong Kong sebagai pusat bisnis yang aman.