Sukses

Hasil Putusan MK Beri Kepastian Sektor Usaha

usai adanya hasil keputusan MK, Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024 diharapkan bisa melanjutkan program pembangunan yang sudah dicanangkan sebelumnya.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha menyambut baik hasil putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait sengketa Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Adanya putusan ini akan memberikan kepastian bagi sektor usaha di dalam negeri.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, dengan adanya putusan MK tersebut, memberikan kepastian soal pemimpin Indonesia untuk 5 tahun mendatang. Hal ini dinilai memberikan angin segar bagi para pengusaha.

"Kami menyambut gembira keputusan MK, sehingga memberikan kepastian terhadap pimpinan Presiden Jokowi ke depan," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (28/6/2019).

Menurut dia, setelah adanya ada putusan MK tersebut, maka diharapkan seluruh elemen bangsa bisa kembali bersatu untuk bersama-sama membangun Indonesia. ‎"Saat ini waktunya untuk rekonsiliasi dan menyatukan semua unsur dari berbagai kalangan," kata dia.

Selain itu, Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024 juga diharapkan bisa melanjutkan program pembangunan dan ekonomi yang sudah dicanangkan sebelumnya. Ini agar pembangunan yang dilakukan dalam 5 tahun terakhir bisa lebih optimal.

"Kami dari dunia usaha sudah memberikan masukan kepada Presiden untuk segera melanjutkan agenda agenda ekonomi yang harus jadi prioritas," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

MK Tolak Seluruh Permohonan Prabowo-Sandi

Permohonan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kandas di Mahkamah Konstitusi. Melalui putusan yang dibacakan sejak Kamis siang, Majelis Hakim Konstitusi menyatakan menolak seluruh gugatan hasil Pilpres 2019 yang diajukan paslon 02 tersebut.

"Menolak permohonan pemohon untuk seluruhnya," ucap Ketua Majelis Hakim Konstitusi Anwar Usman di Gedung MK, Jakarta, Kamis (27/6/2019) malam.

Selain itu, Majelis Hakim Konstitusi juga berkesimpulan, bahwa MK berwenang mengadili permohonan dari pemohon yang memang memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan. Kemudian, permohonan yang diajukan dinilai masih dalam tenggat waktu sesuai dalam peraturan perundang-undangan.

"Eksepsi termohon dan pihak terkait tidak beralasan menurut hukum untuk seluruhnya dan permohonan pemohon tidak beralasan menurut hukum," tegas Anwar Usman di akhir kesimpulan.

Putusan tersebut disepakati sembilan hakim konstitusi tanpa dissenting opinion atau perbedaan pendapat.

Dalam putusannya, MK menegaskan lembaganya punya kewenangan untuk mengadili permohonanan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) yang diajukan pemohon, yaitu Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahudin Uno selaku pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2 dalam Pilpres 2019.

"Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili perkara a quo," ujar Hakim Konstitusi Aswanto saat membacakan putusan sengketa Pilpres 2019 di gedung MK, Jakarta Pusat, Kamis (27/6/2019).

Diuraikan, hal itu disampaikan MK karena dalam perkara ini pihak pemohon dan pihak terkait telah menyampaikan eksepsi atau keberatan atas permohonan sengketa yang diajukan pemohon.

"Dalam eksepsi, termohon menyatakan permohonan kabur dan melampaui tenggat waktu yang telah ditentukan perundang-undangan," jelas Aswanto.

Kendati berwenang mengadili, MK menolak hampir semua dalil yang diajukan oleh pemohon. MK antara lain menyebut tidak menemukan adanya bukti terkait ketidaknetralan aparatur negara, dalam hal ini Polri, Badan Intelijen Negara (BIN), dan TNI.

"Dalil permohonan a quo, bahwa Mahkamah tidak menemukan bukti adanya ketidaknetralan aparatur negara," kata Hakim Konstitusi Aswanto.

Dia mengatakan, pihaknya telah memeriksa secara seksama berbagai bukti dan keterangan yang disampaikan pemohon, dalam hal ini tim hukum pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Salah satu bukti yang diperiksa adalah bukti tentang video adanya imbauan Presiden Joko Widodo atau Jokowi kepada aparat TNI dan Polri untuk menyampaikan program pemerintah ke masyarakat.

"Hal itu sesuatu hal yang wajar sebagai kepala pemerintahan. Tidak ada ajakan kampanye kepada pemilih," ucap Aswanto.

Sementara itu, Hakim Konstitusi Arief Hidayat mengatakan, majelis tidak menemukan adanya indikasi antara ajakan pendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin berbaju putih ke TPS dengan perolehan suara.

"Selama berlangsung persidangan, mahkamah tidak menemukan fakta bahwa indikasi ajakan mengenakan baju putih lebih berpengaruh terhadap perolah suara Pemohon dan pihak Terkait," kata Arief Hidayat.

Oleh karena itu, dalil tersebut dikesampingkan majelis hakim MK. "Dalil Pemohon a quo tidak relevan dan dikesampingkan," kata Arief.

3 dari 3 halaman

Rangkaian Sidang PHPU

Rangkaian sidang sengketa hasil Pilpres 2019 yang dimohonkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno ini, dimulai pada Jumat 14 Juni, sementara sidang kelima atau sidang terakhir digelar pada 21 Juni 2019.

Pada Jumat 14 Juni, sidang digelar dengan agenda mendengarkan seluruh dalil permohonan pemohon. Kemudian pada Selasa 18 Juni, sidang kembali digelar dengan agenda mendengarkan jawaban pihak termohon.

Selanjutnya pada Rabu 19 Juni hingga Jumat 20 Juni, agenda sidang adalah mendengarkan keterangan ahli dan saksi fakta yang dihadirkan oleh seluruh pihak yang berperkara kecuali Bawaslu.

Majelis Hakim Konstitusi kemudian menggelar Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) yang digelar pada Senin 24 JUni hingga Rabu 26 Juni, untuk membahas segala hal terkait dengan perkara sengketa hasil Pilpres 2019.

Perkara ini dimohonkan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno, dengan pihak termohon adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU), serta Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 01 Joko Widodo - Ma'ruf Amin sebagai pihak terkait. Bawaslu juga hadir dalam setiap persidangan sebagai pihak pemberi keterangan.