Sukses

Indonesia Power Sulap Sampah Jadi Bahan Bakar Pembangkit

Indonesia Power Unit Pembangkitan (UP) Bali memanfaatkan sampah menjadi pengganti batu bara untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap.

Liputan6.com, Denpasar - PT PLN (Persero) melalui anak usahanya, PT Indonesia Power Unit Pembangkitan (UP) Bali, memanfaatkan sampah menjadi pengganti batu bara untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Langkah ini untuk membantu mengurangi sampah di Kabupaten Klungkung, Bali.

Indonesia Power menggandeng kelompok usaha Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) Werdhi Guna, Desa Gunaksa, Klungkung Bali. Program pengolahan sampah ini juga bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) perseroan.

Melalui TOSS, sampah dari warga desa dikumpulkan dalam bak lalu dimasukkan cairan bio activator untuk dilakukan proses peuyeumisasi, kemudian sampah dijemur hingga kering.

 

Setelah itu, sampah dimasukkan ke mesin pencacah dan tahap akhir melalui proses peletisasi. Mesin-mesin tersebut merupakan bagian dari program CSR Indonesia Power

Usai berbentuk pelet, kemudian dijemur hingga kering. Pelet organik bisa digunakan untuk memasak dan pelet campuran digunakan bahan bakar pembangkit listrik.

Petugas TOSS Werdhi Guna Nengah Mariani, saat ini TOSS Werdhi Guna mengolah 3 ton sampah untuk memproduksi pelet 300 kilogram (kg) per hari. Jika sudah sampai 1 ton, pelet itu diambil oleh koperasi Indonesia Power dan dijual Rp 300 per kg. Uang hasil penjualan pelet dikelola oleh BUMDes dan menjadi penghasilan tambahan bagi warga desa.

"Khusus untuk warga digratiskan, tidak kami jual tapi tukar dengan sampah. Masyarakat bawa 1 kresek sampah, kami kasih 1 kg pelet gratis. Peletnya dipakai untuk masak di kompor anglo dan sisa pembakaran bisa dijadikan pupuk," kata Nengah.

 

2 dari 2 halaman

Uji Coba di PLTU

 

Kepala Bidang Komunikasi Korporat PT Indonesia Power, Rahmi Sukma menjelaskan, kalori dari pelet yang dihasilkan dari TOSS Werdhi Guna setara dengan batu bara kalori rendah yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit.

"Hasil produksi pelet sampah non organik sudah dikirim untuk kebutuhan bahan bakar PLTU Jeranjang Lombok untuk uji coba dan hasilnya positif," katanya.

Pengunaan pelet juga tergolong lebih murah dibandingkan batu bara. Sebagai perbandingan, Indonesia Power membeli 1 kg pelet seharga Rp 300, sementara harga batu bara Rp 700-800 per kg.

PLT Executive Vice President Corporate Communication & CSR PLN, Dwi Suryo Abdullah menyatakan, fokus PLN dan Indonesia Power dalam pemanfaatkan pelet tersebut bukanlah penurunan biaya produksi listrik karena lebih murahnya harga pelet. Namun perseroan ingin membantu warga untuk mengatasi permasalahan sampah.

"Tak hanya itu, program ini juga membantu warga mendapatkan penghasilan tambahan," pungkas Dwi.