Liputan6.com, New York - Rumah lelang Sotheby's akan mengadakan lelang bertema eksplorasi luar angkasa. Yang menjadi unggulan dari acara ini ada video rekaman NASA yang menampilkan pendaratan bersejarah ke bulan.
Lelang akan diadakan pada 20 Juli mendatang. Tepat 50 tahun setelah pendaratan bulan di tahun 1969.
Advertisement
Baca Juga
Situs resmi Sotheby's menyebut rekaman video ini hanya pernah ditonton tiga kali sejak Juni 1976. Penonton pun dapat melihat kembali video pendaratan bulan Apollo 11 dengan kualitas layaknya di ruang kendali misi, dan itu lebih jernih ketimbang yang ditonton setengah miliar orang di TV pada waktu pendaratan.
Dalam video ini juga ada ketika Neil Armstrong berdiri di sebelah bendera AS. Wajahnya pun terlihat sedang menengok ke kamera meski kualitas video tidak di-enchance secara digital:
Barang langka ini dijual dari mantan intern di NASA Johnson Space Center bernama Gary George. Saat itu pada tahun 1973 dan ia memborong videotape NASA yang dijual pemerintah dalam acara lelang surplus.
Bapak dari George pun menemukan perbedaan pada tiga videotape yang memiliki label “APOLLO 11 EVA | July 20, 1969 REEL 1 [–3] dan VR2000 525 Hi Band 15 ips. George pun memutuskan untuk menjaganya baik-baik, bahkan NASA pun sampai ikut mencari-cari rekaman ini.
Video original pendaratan bulan itu ditaksir Sotheby's akan laku sekitar USD 1 juta hingga USD 2 juta atau Rp 14,1 miliar hingga Rp 28,2 miliar (USD 1 = Rp 14.124).
Pada kesempatan yang sama, Sotheby's juga melelang bermacam pernak-pernik seputar pendaratan bulan. Yang menarik adalah mock-up baju astronot A7L yang juga digunakan Neil Armstrong dan Buzz Aldrin.
Ada pula foto bumi yang diambil dari Lunar Orbiter I. Foto tersebut merupakan foto bumi pertama yang dipotret dari luar angkasa pada 23 Agustus 1966, tiga tahun sebelum pendaratan manusia di bulan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
NASA Rilis Foto Bumi 20 Tahun Terakhir, 2 Negara Ini Jadi Sorotan
Permasalahan serius yang tengah dihadapi bumi adalah pemanasan global dan sampah plastik. Kedua masalah yang terus disorot publik ini membuat beberapa kawasan di bumi menjadi memprihatinkan.Â
Tak hanya berdampak tenggelamnya beberapa pulau-pulau kecil akibat naiknya tingkat air laut akibat pemanasan global, banyak hewan dan tumbuhan yang mati akibat berkurangnya simpanan makanan mereka di alam.
Seperti hewan-hewan yang tinggal di kutub harus terdampak akibat es mencair. Hewan yang berada di hutan juga tak memiliki makanan dan tempat tinggal lagi.Â
Akibat dari dampak tersebut, manusia yang memiliki kesadaran akan peduli terhadap lingkungan gencar menerapkan aksi hijau bagi bumi. Seperti aktivis di beberapa negara menyetujui untuk mengurangi emisi dan mulai melakukan program menanam pohon disejumlah kawaan dengan jumlah besar.Â
Pada Februari lalu, NASA merilis pernyataan bahwa bumi terlihat lebih hijau yang dilihat dari satelit. Kawasan yang menjadi sorotan karena terlihat semakin hijau adalah Tiongkok dan India
Advertisement
Terlihat Lebih Hijau Setelah 20 Tahun Terakhir
Ada banyak sumber sebelumnya yang mengatakan bahwa Tiongkok dan India adalah dua negara yang terkenal dengan upaya mengeksploitasi tanah, air dan sumber daya alam lainnya untuk keuntungan ekonomi. Namun hal itu ditepis setelah NASA merilis cuplikan gambar dari satelit, dikutip dari Forbes.
Tiongkok dan India menjadi dua negara yang berkonstribusi cukup besar dengan tampak terlihat hijau dari dua puluh tahun terakhir. Dua negara yang merupakan negara terpadat ini telah menerapkan program penanaman pohon yang sangat gencar dan meningkatkan implementasi serta teknologi mereka di bidang pertanian.
India terus memecahkan rekor dunia dalam penanaman pohon. Negara ini berhasil mengajak 800.000 orang untuk menanam 50 juta pohon hanya dalam 24 jam.
Temuan terbaru oleh NASA ini diterbitkan dalam jurnal Nature Sustainability yang membandingkan data satelit dari pertengahan 1990-an hingga saat ini menggunakan citra resolusi tinggi.
Awalnya, para peneliti tidak yakin apa yang menyebabkan kenaikan signifikan dalam penghijauan di planet ini. Tidak jelas apakah peningkatan karbon dioksida (CO2) atau iklim yang lebih basah bisa menyebabkan lebih banyak tanaman tumbuh.
Seperti diketahui sebelumnya bahwa dua negara tersebut memang dikenal sebagai negara yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di dunia serta kerap memanfaatkan sumber daya alam demi keuntungan ekonomi.Â
Tiongkok dan India pernah melalui fase deforestasi skala besar pada 1970-an dan 80-an dengan menebangi hutan tua untuk pembangunan perkotaan dan lahan pertanian.Â
Kemudian semakin hari ketika dihadapkan dengan masalah, masyarakat di negara ini sangat mahir dalam menemukan solusi. Ketika fokus bergeser pada 90-an untuk mengurangi polusi udara, tanah dan memerangi perubahan iklim, kedua negara ini membuat perubahan besar dalam penggunaan lahan mereka secara keseluruhan.