Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Rabu pekan ini. Pelemahan rupiah ini seiring dengan mata uang Asia lainnya.
Mengutip Bloomberg, Rabu (3/7/2019), rupiah dibuka di angka 14.149 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.139 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.127 per dolar AS hingga 14.169 per dolar AS. Jika dihiting dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,82 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah dipatok di angka 14.160 per dolar AS. Angka tersebut melemah jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.140 per dolar AS.
Baca Juga
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, dalam beberapa minggu terakhir ini, harga minyak mentah mencatatkan kenaikan yang lumayan, terutama setelah pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada 28-29 Juni 2019 di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang.
"Namun Selasa kemarin harga minyak mentah kembali turun. Kali ini justru sebaliknya pasar mengkhawatirkan lemahnya permintaan setelah data-data terkait sektor manufaktur di negara ekonomi utama seperti AS, sebagian besar Eropa dan Asia mencatatkan penurunan," ujar Lana dikutip dari Antara.
Menurut Lana, kemungkinan penurunan tersebut sementara karena pada pertemuan OPEC bulan Juni lalu telah disepakati pemangkasan produksi, ditambah tensi politik di Timur Tengah terkait Iran yang mengancam akan menyerang Israel.
Lana memprediksi pada hari ini rupiah akan mengalami koreksi seiring mata uang kuat Asia yaitu yen, dolar Hong Kong dan dolar Singapura yang kompak dibuka melemah terhadap dolar AS pagi ini.
"Ini bisa menjadi sentimen pelemahan rupiah hari ini. Kemungkinan rupiah bergerak antara 14.140 per dolar AS sampai 14.160 per dolar AS," kata Lana.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Prediksi Nilai Tukar Rupiah 13.900 - 14.000 per Dolar AS di 2020
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan asumsi ekonomi makro tahun 2020 untuk nilai tukar Rupiah adalah pada level 13.900-14.300 dan inflasi 3 persen plus minus 1.
Perry menilai,sejauh ini Rupiah masih menunjukan kondisi yang positif. Tercatat hingga hari ini nilai tukar berada pada posisi 14.250 terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
"Hingga tanggal 10 Juni 2019 nilai tukar Rupiah 14.250 per USD atau menguat 0,91 persen bila dibandingkan dengan level akhir tahun 2018 yaitu Rp 14.380, nilai tukar rupiah pada tahun 2019 mencapai Rp 14.187 atau menguat 0,41 persen dibandingkan rerata tahun 2018 Rp 14.246," kata dia pada Selasa 11 Juni 2019.Â
BACA JUGA
Selain itu, BI memperkirakan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia akan mencatat surplus sejalan dengan prospek aliran masuk modal asing yang terus berlanjut.
Sementara itu, defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) 2019 juga diperkirakan lebih rendah dari tahun 2018 yaitu dalam kisaran 2,5 sampai 3 persen terhadap PDB.
"Sejalan dengan perkiraan neraca pembayaran tersebut, kami memperkirakan rata-rata nilai tukar pada tahun 2019 akan berada pada kisaran Rp 14.000 - Rp 14.400 terhadap dolar Amerika Serikat," ujarnya.
"Pada tahun 2020 kami memperkirakan bahwa prospek penguatan Neraca Pembayaran Indonesia akan berlanjut ditopang oleh peningkatan aliran masuk modal asing dan penurunan defisit transaksi berjalan," dia menambahkan.
Aliran masuk modal asing (inflow) diperkirakan meningkat dipengaruhi oleh prospek ekonomi yang membaik dan juga koordinasi yang kuat kebijakan antara pemerintah Indonesia dan berbagai otoritas terkait, untuk 2019 defisit transaksi berjalan kita akan tetap terkendali.
"Dengan berbagai perkembangan tersebut kami memperkirakan bahwa rata-rata nilai tukar Rupiah pada tahun 2020 akan berada pada kisaran Rp 13.900 sampai dengan Rp14.300 dolar Amerika Serikat," tutupnya.
Advertisement