Sukses

Gunakan Drone, Produktivitas Lahan Pertanian Meningkat 33 Persen

Kementan mendukung para petani untuk menggunakan teknologi, seperti salah satunya penggunaan drone

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong penggunaan teknologi perlengkapan alat mesin pertanian (Alsintan) seperti autonomous tractor, drone sebar benih, drone sebar pupuk granule, alsin panen olah tanah terintegrasi dan penggunaan obot tanam untuk memacu pertumbuhan produksi.

Setidaknya, cara ini berdampak langsung pada efisiensi waktu dan biaya yang harus dikeluarkan oleh para petani hingga 40 persen untuk pengolahan tanah, 20 persen untuk proses penanaman dan 28,6 persen untuk penyiangan.

Selain itu, penggunaan mesin transplanter dengan metode tanam Jajar Legowo 2:1 juga sangat menghemat waktu, tenaga dan biaya produksi.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menjelaskan, ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas pertanian hingga 30,6 persen. Secara finansial, pola ini juga terbukti telah meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 1,3 juta hingga Rp 5 juta.

"Di sisi lain, pengadaan barang dan jasa melalui e-catalog bisa menghemat anggaran negara hingga Rp 1,2 triliun. Penghematan ini digunakan untuk pembelian alat mesin pra panen dan pasca panen," ujar dia di Jakarta, Kamis (4/7/2019).

Selain itu, lanjut dia, modernisasi pertanian juga sukses meningkatkan kesejahteraan pada Nilai Tukar Petani (NTP) maupun Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP). Kedua item ini meningkat masing-masing sebesar 5,45 persen dan 0,42 persen selama periode 2014-2018.

"Dampak lain dari penggunaan mekanisasi ini mampu menurunkan biaya produksi sekitar 30 persen dan meningkatkan produktivitas lahan sebesar 33,83 persen. Walau begitu, harga yang diterima petani menurun (deflasi) akibat produksi melimpah," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Kementan Manfaatkan e-Cert untuk Ekspor Perdana Edamame ke Belanda

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang diwakili Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil bersama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo melepas ekspor perdana Edamame ke Belanda melalui penggunaan sertifikat elektronik (e-Cert), di Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, Rabu (3/7).

Hadir pula Inspektur Jenderal Kementan, Justan Riduan Siahaan, Direktur Kepabeanan, Fadjar Dhonny, Sekretaris BKIPM, Septiama dan para pelaku usaha.

Ali Jamil menjelaskan Edamame yang diekspor perdana ini diproduksi oleh petani di Wonosobo, Temanggung dan Magelang. Volumenya sebanyak 40 ton dari total permintaan 480 ton dengan nilai ekonomi Rp13,2 milyar.

Sebelumnya, Edamame asal propinsi Jawa Tengah ini telah diekspor ke negara Jepang, Lebanon, Amerika Serikat, India dan Singapore. Kini mendapat pasar baru ke Belanda.

"Sejak diberlakukan pada 2015, penggunaan e-Cert baru dilakukan ke-3 negara yakni New Zealand, Australia dan Belanda dan tanggal 1 Juli 2019 kemarin, ditambah dengan Vietnam yang bisa diterapkan di wilayah ASEAN," demikian dikatakan Ali Jamil, Kepala Barantan saat melepas ekspor perdana kedelai sayur (Edamame) ke Eropa melalui Pelabuhan Rotterdam di Belanda.

Ali Jamil menegaskan selain melalui penggunaan e-Cert, akselerasi ekspor juga dilakukan dengan penggunaan aplikasi peta komoditas ekspor produk pertanian i-MACE (Indonesian Maps of Agricultural Commodities Export).

 

3 dari 3 halaman

Permudah Pemetaan Eksport

Pemerintah daerah diarahkan untuk menggunakan aplikasi ini agar dapat memetakan sentra dan jenis komoditas unggulan dan negara tujuan ekspor.

"Ini tentunya sesuai dengan instruksi Pak Presiden Jokowi kepada para menteri kabinetnya, termasuk Bapak Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk mendorong atau akselerasi ekspor komoditas pertanian," tegasnya.

Lebih lanjut Ali Jamil mengatakan dalam kurun waktu 4,5 tahun terakhir sektor pertanian Indonesia mengalami perkembangan pesat. Hal itu dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah ekspor komoditas pertanian dari tahun-tahun sebelumnya. Contohnya, nilai ekspor pertanian jauh meningkat dari 2013 lalu yang berada pada angka 33 juta ton.

"Nilai ekspor pertanian kita saat ini meningkat jadi 43 juta ton. Naik sekitar 10 juta ton dari sebelumnya," paparnya.

Selain itu, lanjutnya, angka inflasi di sektor pertanian juga mengalami penurunan drastis, yakni dari sekitar 10 an persen menjadi 1 persen lebih. Capaian itu menjadi angka inflasi terendah sepanjang sejarah.

Â