Liputan6.com, Jakarta Mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tidaklah mudah. Dibutuhkan langkah-langkah dan strategi yang tepat. Banyak UMKM yang berdiri namun usahanya tidak berkembang, mengalami kerugian dan bahkan berakhir tutupnya usaha. Bicara mengenai UMKM, bisa belajar dari para pelaku usaha di Desa Celuk, Gianyar, Bali.
Kepopuleran Celuk sebagai daerah penghasil kerajinan perak tak perlu diragukan lagi. Kualitas produk yang baik dan dapat memproduksi dalam jumlah besar membuat banyak turis lokal dan mancanegara mendatangi kawasan Celuk khusus untuk mencari aksesoris dan perhiasan berbahan perak.
Putu Sudiadnyani, pengrajin dan pemilik galeri Barasilver dari Desa Celuk, Gianyar, Bali mengatakan bahwa dalam berbisnis kerajinan perak penting untuk melakukan dengan hati yang ikhlas dan tujuan mulia.
Advertisement
"Saya sudah 15 tahun lebih ada di bidang kerajinan perak. Dalam bisnis ini saya melakukan dengan hati yang ikhlas dan penuh kecintaan. Karena berawal dari hobi, jadi fokus saya tidak hanya pada uang tapi juga memberdayakan masyarakat," tutur Putu Sudiadyani. Galeri Barasilver tak hanya memproduksi aksesoris berbahan perak, melainkan juga emas, alpaka, tembaga hingga
Untuk bisa mengembangkan bisnis dan melebarkan sayap, lanjut Putu Sudiadnyani, penting juga membuat kerajinan perak seperti anting, kalung, gelang, cincin, hingga aksesoris lain dengan desain yang khas dan original.
"Sebagai pengrajin dan pecinta aksesoris, saya selalu bikin sesuatu yang berbeda. Saya suka dengan alam, desain-desain kerajinan perak kami terinspirasi dari alam seperti daun-daun, akar, kulit-kulit kayu," jelas Putu Sudiadnyani.
Terbaru, Barasilver meluncurkan aksesoris perak dengan desain daun pegagan yang saat ini tengah dalam proses HaKi (Hak atas kekayaan intelektual).
"Tahun ini kita meluncurkan desain daun pegagan dan sedang dalam proses HaKi. Ini penting bagi kami untuk branding produk Barasilver dan menghindari masalah dikemudian hari karena saat ini banyak sekali yang menjiplak," tutur Putu.
Selain membuat kerajinan perak handmade, Barasilver juga membuat aksesoris dan perhiasan cetakan dari mesin.
"Produk-produk kami 50 persen handmade dan 50 persen cetak. Saya pilih cetak supaya harga produk bisa lebih murah dan banyak konsumen yang bisa memakai produk Bara Silver," ujar Putu.
Produk-produk Barasilver yang dijual mulai dari harga Rp 100.000 hingga jutaan rupiah, tergantung desain dan kadar perak yang digunakan.
Selain memiliki minat yang besar, desain khas dan original, dalam mengembangkan bisnis UMKM juga perlu melihat peluang dan kesempatan.
Penurunan pasar aksesori dan perhiasan perak beberapa tahun lalu, membuat pengrajin dan pemilik Rupadana Silver, I Nyoman Rupadana melebarkan sayapnya dengan menghasilkan produk lain yang tetap berbahan perak. Sekitar tahun 2012, Nyoman Rupadana mulai memproduksi pulpen berbahan perak. Pulpen perak yang dijual mulai dari harga 500 Ribu hingga 1,5 juta rupiah.
"Rupadana Silver menjual produk dan aksesoris berbahan perak. Aksesoris dan perhiasan perak kami memiliki desain yang khas dan klasik. Kita memiliki desain motif jawan yang terinspirasi dari alam. Motif jawanan (bola bola kecil) dengan ukuran kian mengecil itu mirip sulur tunas pohon pakis aji yang menjalar panjang dan melengkung di ujungnya," kata I Nyoman Rupadana.
Selain aksesoris dan perhiasan seperti cincin, anting, dan kalung, kata Nyoman, kami juga membuat pulpen berbahan perak yang dimulai sejak 7 tahun lalu.
"Pulpen perak kami banyak disukai turis lokal dan asing. Pasarnya hampir sama, ya sekitar 50 berbanding 50 persen. Kalau untuk aksesoris dan perhiasan lebih banyak bule yang suka karena memang motifnya yang khas dan klasik," kata Nyoman Rupadana yang pernah meraih Dekranas Awards Tahun 2013.
Â
Untuk menghadapi persaingan bisnis kerajinan perak, Nyoman mengatakan pihaknya akan lebih mengutamakan kualitas dengan bahan baku standar internasional.
"Kita bekerjasama dengan perusahaan aneka tambang untuk bahan baku perak. Sekarang kita pastikan bahan baku bagus dan berstandar 925 sterling silver. Di samping itu, kita juga memperhatikan desain-desain produk perak yang nanti dibuat," tutur Nyoman Rupadana.
Lebih lanjut kiat lain untuk mengembangkan bisnis kerajinan perak adalah promosi dan giat mengikuti pameran. Dalam hal ini, baik Barasilver maupun Rupadana Silver turut dibantu oleh Rumah Kreatif BUMN (RKB) dari Bank BRI.
"Salah satu kendala kami dalam bisnis kerajinan perak ini adalah promosi. Walaupun sudah pasang iklan dan gencar di media sosial, besar harapan kita lebih banyak mengikuti pameran," kata Putu.
Sejak bergabung dengan Rumah Kreatif BUMN (RKB) dari Bank BRI, Putu mengaku pihak Bank BRI memberikan dukungan luar biasa.
"Saya dibantu pinjaman dana untuk mengembangkan bisnis. Selama ada tamu dan event-event, BRI juga turut mengarahkan para tamu ke galeri Barasilver dan ini sangat membantu kita berkembang," tutur Putu.
Senada dengan Putu, Nyoman Rupadana juga merasakan manfaat dari bergabung dengan RKB Bank BRI.
"Selain membantu menyalurkan KUR, kehadiran RKB BRI juga membantu kita yang kemampuan promosi onlinenya masih kurang. Promosi dan mengikuti pameran sangat penting bagi kami untuk memasarkan produk," kata Nyoman Rupadana.
Baik Putu maupun Nyoman berharap BRI lebih banyak lagi membantu UMKM untuk mempromosikan produk-produk melalui pameran. Menurutnya, ketika pengrajin lebih mengikuti pameran dia akan lebih semangat dan termotivasi untuk menghadirkan desain baru.
Apabila Anda ingin membuat UMKM milikmu 'naik kelas', Anda bisa mengikuti jejak para pelaku UMKM di atas dengan bergabung bersama RKB BRI. Anda bisa menghubungi Kantor Cabang RKB BRI yang ada di kota Anda masing-masing.
Â
Â
(*)