Sukses

Ini Daftar Perusahaan Penghasil Migas Terbesar di Indonesia

SKK Migas menyebutkan ada lima perusahaan penghasil migas di Indonesia hingga semester I 2019

Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan, asda lima perusahaan penyumbang produksi migas terbesar selama semester I 2019.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan, total produksi migas siap jual (lifting Migas) sampai Juni 2019 sebesar 1,808 juta barel setara minyak per hari (Barel Oil Equivalent Per Day/ BOEPD. Pencapaian ini merupakan 90 persen dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang sebesar 2 juta BOEPD.

"Secara umum, decline rate (tingkat penurunan produksi) saat ini secara alamiah rata-rata pada kisaran 15-20 persen, pada mayoritas lapangan tua atau mature di Indonesia. Namun dengan upaya optimalisasi serta pengembangan baru melalui pengeboran sumur baru, beroperasinya proyek baru, dan pemeliharaan yang optimal, khusus nya untuk oil decline rate-nya dapat diminimalkan di bawah 5 persen," kata Wisnu, kata Wisnu, di Jakarta, Rabu (9/7/2019).

Menurut Wisnu, total lifting terdiri dari minyak 752 ribu barel per hari (bph) atau 97 persen dari target APBN. "Untuk realisasi lifting minyak, masih di atas 97 persen, memang belum mencapai target, karena kemampuan cadangannya, yang perlu dijaga untuk terus optimal," tuturnya.

Sedangkan gas realisasi sampai semester pertama 2019 mencapai 1.056 juta BOEPD, atau 86 persen dari target APBN.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Daftar Perusahaan

Adapun 5 produsen migas atau Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) terbesar, penyumbang 75 persen lifting minyak nasional selama semester I 2019 sebagai berikut:

1. Chevron Pacific Indonesia, 194 ribu bph.

2. Exxon Mobile Cepu Limited MCL, 220 ribu bph.

3. Pertamina EP, 80 ribu bph.

4. Pertamina Hulu Mahakam (PHM), 37 ribu bph.

5. PHE OSES, 29 ribu bph.

Selain itu ada 5 KKKS produsen gas tterbesar, sehingga menyumbang 65 persen lifting gas nasional selama semester I 2019, yaitu:

1. BP Tangguh memproduksi gas sebesar 971 MMSCFD atau 174 ribu BOEPD.

2. COPHI Grissik memproduksi gas sebesar 827 MMSCFD atau 148 ribu BOEPD.

3. Pertamina EP memproduksi gas sebesar 768 MMSCFD atau 137 ribu BOEPD.

4. PHM memproduksi gas sebesar 662 MMSCF atau 118 ribu BOEPD.

5. ENI Muara Bakau memproduksi gas sebesar 589 MMSCFD ata 105 ribu BOEPD.

3 dari 3 halaman

Realisasi Lifting Migas Capai 1,8 Juta Boepd di Semester I 2019

Realisasi lifting minyak dan gas (migas) hingga Juni 2019 mencapai 89 persen dari target Anggaran Pendapatandan Belanja Negara (APBN) sebesar 2 juta bopd. Total lifting migas sebesar 1,8 juta barel setara minyak per hari (boepd) dengan rincian lifting minyak 752 ribu barel per hari (bopd) dan liftinggas 1,06 juta boepd.

Target lifting migas 2019 diproyeksikan tercapai di semester II 2019. Ini mengingat 8 dari 11 proyek akan onstream di semester II 2019.

“Di tengah perkembangan dunia yang sangat pesat serta kebutuhan atas energi minyak dan gasyang semakin meningkat, penggunaan teknologi dalam usaha hulu merupakan sebuah keharusan dimana kerumitan area operasi dan eksplorasi juga semakin menantang,” ungkap Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto dalam pembukaan Forum Fasilitas Produksi Migas (FFPM) 2019 dalam keterangan tertulisd di Jakarta, Selasa (9/7/2019).

FFPM merupakan acara tahunan yang diselenggarakan Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyakdan Gas Bumi bersama SKK Migas. Mengangkat tema Inovasi dan Transformasi FasilitasProduksi Migas Menyongsong Era Industri 4.0.

Dwi mengatakan industri hulu migas membutuhkan sebuah transformasi dan diversifikasi usaha. Bukan hanya sekedar mencari danmemproduksikan migas saja, namun harus memperhatikan hal-hal yang menjadi kebutuhandari pasar energi, tuntutan terhadap penggunaan energi yang lebih bersih, dan lain sebagainya.

”Salah satu transformasi dalam kegiatan operasi hulu migas yang akan diaplikasikan pada tahunini adalah Integrated Operation Center (IOC). IOC merupakan sebuah sistem integrasi data yangmencakup beberapa aplikasi/layanan pengelolaan kinerja operasi Kontraktor Kontrak Kerja Sama," kata dia.

Layanan dan aplikasi yang tergabung di dalam IOC, lanjut dia, antara lain Integrated Operation System (SOT) for Production Dashboard, Oil and Gas Lifting Dashboard, Stock ManagementDashboard, Plant Information Management System (PIMS), Facility Maintenance Monitoringand Project Monitoring, Vessel Tracking Information System (VTIS), Real Time DrillingOperation, dan Emergency Response Center (ERC).

Salah satu manfaat IOC adalah optimalisasi perencanaan pemeliharaan fasilitas karena terbukanya data secara terintegrasi. Dengan optimasi perencanaan di awal tahun kegiatan operasi pemeliharaan fasilitas, berpotensi mengefisiensi anggaran pemeliharaan fasilitassebesar USD 84 juta di 2019.