Liputan6.com, Jakarta AirAsia saat ini tengah memperkuat bisnisnya. Tidak hanya bisnis penerbangan, AirAsia mulai merambah bisnis fintech.
Group Head Communication AirAsia Audrey Progastama Petriny mengatakan, perusahaannya saat ini tengah mengebangkan dompet digital yang dinamakan 'Big Pay'.
Aplikasi tersebut mampu digunakan untuk sistem pembayaran diseluruh Asean. Dengan bertransaksi menggunakan Big Pay ini, maka para pengguna tidak perlu melakukan penukaran uang di money changer untuk melakukan pembayaran.
Advertisement
"Charge kami dibandingkan dengan memakai kartu kredit atau ke agen penukaran uang bisa dipastikan akan lebih rendah, itu keunggulannya nanti," kata Audrey seperti yang dikutip dari Antara, Sabtu (13/7/2019).
Baca Juga
Namun saat ini aplikasi tersebut masih dalam tahap pengembangan dan Indonesia saat ini masih sebesar 10 persen pengguna aplikasi AirAsia.
Tidak hanya itu, untuk meluncurkan dompet digital ini, AirAsia juga masih menunggu izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Pengembangan bisnis berbasis aplikasi pembayaran ini menjadi salah satu fokus inovasi yang dijalankan AirAsia Group.
Selain itu, AirAsia juga mengembangkan bisnis lifestyle, dengan mengunggulkan aplikasi AirAsia.com yang akan menawarkan banyak pilihan fitur sesuai kebiasaan konsumen.
Pengembangan lain yaitu bisnis logistik atau kargo. Bisnis ini bisa dijalankan dengan mamaksimalkan 200 pesawat yang dimilikinya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
CEO AirAsia Usul Pemerintah Jangan Terlalu Atur Tiket Pesawat
CEOÂ AirAsia, Tony Fernandes meminta, pemerintah tidak banyak mengatur maskapai terkait kenaikan harga tiket pesawat yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Menurut dia, keterlibatan pemerintah dalam membuat aturan justru akan mematikan bisnis maskapai.Â
"Untuk pemerintah Republik Indonesia, saran saya jangan terlalu mengatur. Regulasi itu bisa mematikan bisnis," ujar Tony saat ditemui di Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (4/7/2019).
Tony melanjutkan, persaingan maskapai termasuk mengenai penerapan harga tiket pesawat seharusnya menjadi strategi bisnis. Masyarakat sebagai konsumen kemudian, bebas memilih pesawat mana yang akan digunakan. Dengan demikian, persaingan sehat pun akan tercipta.Â
"Biarkanlah pasar menentukan, biarkan customer yang memutuskan sesuatu terjangkau atau tidak untuk mereka. Toh, kalau industri yang sekarang tidak cukup baik, orang lain akan datang untuk bersaing menawarkan hal yang lebih menarik," ujar dia.Â
Dia pun menambahkan, ada baiknya pemerintah saat ini cukup memfasilitasi maskapai agar lebih mudah menjalankan bisnisnya. "Menurut saya pemerintah cukup memfasilitasi para pelaku bisnis, bukan mengatur," tandasnya.Â
Advertisement
AirAsia Indonesia Angkut 5,2 Juta Penumpang Sepanjang 2018
PT AirAsia Indonesia Tbk mengangkut 5,2 juta penumpang pada 2018. Jumlah itu naik 13 persen year on year (YoY).
Pada kuartal IV 2018, empat pesawat yang sebelumnya dioperasikan oleh Indonesia AirAsia Extra (IAAX) telah dikembalikan kepada Indonesia AirAsia (IAA), yang mempengaruhi hasil kinerja yang menunjukkan angka yang tidak biasa pada kuartal IV 2018.
Perseroan mencatatkan peningkatan jumlah penumpang sebesar 56 persen yang didorong oleh penambahan kapasitas sebanyak 50 persen, sementara tingkat keterisian tercatat naik tiga persen menjadi 82 persen jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Pada statistik usaha tahun fiskal 2018, Perseroan mengangkut 5,2 juta penumpang, naik 13 persen year-on-year. Sementara tingkat keterisian turun 2 persen menjadi 82 persen.
"Ini dilatari penambahan kapasitas sebesar 16 persen dan juga lingkungan usaha yang secara menyeluruh kurang optimis, diakibatkan oleh rentetan bencana alam sepanjang tahun," kata kata CEO Grup AirAsia di Indonesia Dendy Kurniawan, Selasa (29/1/2019).
Dendy menjelaskan, selama tahun fiskal 2018, AirAsia Indonesia menambah satu unit pesawat dan menerima delapan unit pesawat yang dikembalikan dari IAAX, sehingga secara keseluruhan Perseroan mengoperasikan 24 unit pesawat.Â
Dengan penambahan kapasitas dan pesawat ini,pada 2018, AirAsia Indonesia memiliki jumlah penerbangan total 35.627 penerbangan atau naik 16 persen dibandingkan 2017 yang saat itu 30.822 penerbangan.