Liputan6.com, Jakarta Di tengah perkembangan arus modernisasi, kehadiran para pelaku Usaha Mikro Kecil dan menengah (UMKM) kerap kali dipandang sebelah mata. Sebab, persaingan di dalam negeri masih menjadi momok menakutkan bagi para UMKM, apalagi untuk bisa menembus pasar hingga ke luar negeri.
Namun ada UMKM yang bisa mematahkan pandangan tersebut yakni Bawadi Coffee. Lewat tangan Teuku Dharul Bawadi, Bawadi Coffee tidak hanya mampu merajai pasar dalam negeri, namum bisa melebarkan sayap hingga go internasional dengan menembus pasar dibeberapa negara.
"Jangkauan pemasaran saya pertama itu baru di Aceh kita masuk diseluruh Aceh. Internasional kita sudah masuk 8 negara diantaranya adalah Malaysia, Singapura, Canada, China, Thailand, Brunei, Australia dan India," kata Bawadi saat berbincang dengan merdeka.com, di Jakarta, Sabtu (13/7/2019)
Advertisement
Baca Juga
Tak puas sampai di situ, pria berusia 30 tahun ini akan kembali merambah pasar ke arah timur tengah, bahkan eropa. "Minggu depan saya ke Rusia dan di Swiss. Jadi kita arah ke eropa lagi," imbuhnya.
Dia menceritakan, dari beberapa negara tujuan asal ekspor produk olahan kopi jadi tersebut, Bawadi Coffee mampu meraup omset penjualan hingga sebesar Rp 600 juta per bulan. Angka tersebut setara dengan 20 kali lipat dari modal awal membangun bisnis yang hanya sebesar Rp 30 juta.
"Modal awal kita Rp 30 juta. Itu hasil dari tabungan saya pribadi. Penjualan sebulan Rp 600 juta," imbuhnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Hanya Lulusan SMA
Namun siapa sangka, dibalik kesuksesannya, Bawadi hanyalah seorang lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Berangkat dari kegagalannya untuk menamatkan kuliah, dia mulai berpikir dan merencanakan untuk membangun sebuah bisnis kopi yang kini dinamai Bawadi Coffee.
"Sebenernya saya kuliah di semester 6 mau lanjut semester ke 7 saya liat kawan-kawan saya ditempat kuliah semua mengejar untuk jadi PNS dan lain-lain sedangkan saya bertolak belakang dengan saya, saya ingin menciptakan bagaimana saya bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain. Akhirnya saya memutuskan untuk membuat satu perusahaan namanya Bawadi Coffee," kisahnya.
Pria kelahiran Aceh tersebut mengisahkan alasan dirinya membangun brand Bawadi Coffee. Menurutnya di daerah tanah kelahirannya ada beberapa komoditas yang potensinya luar biasa, dan cukup dikenal dipasar internasional, salah satunya adalah kopi.
"Saya ambil pertama kopi Arabica Gayo kita produksi di awal tahun 2014 saya mulai memasarkannya ke beberapa lokasi yakni ke Malaysia dan Singapura. karena memang awal target kopi Bawadi kita langsung ke Malaysia," terangnya.
Dirinya pun menceritakan kenapa tujuan pasar pertamanya langsung ke luar negeri. Sebab, baginya dengan membuka pasar di negara luar secara persaingan dan kompetitor masih belum banyak. Hal ini berbeda dengan kondisi pasar dalam negeri.
"Karena kalau kita masuk ke nasional harus ada nama karena orang agak susah nerima produk baru kalau memang dia belum ada nama. Tapi saya sesuaikan ke luar negeri," jelasnya.
Â
Â
Advertisement
Kerjasama Dengan 1.840 Petani Kopi
Kendati begitu, komposisi pasar dalam negeri sendiri masih cukup dominan apabila dibandingkan dengan luar negeri yakni sekitar 70 persen dibanding 30 persen. Beberapa pasar dalam negeri yang kini sudah dimasuki produknya yakni Alfamart, Indomaret, dan Giant.
"Mimpi kita tahun ini saya rencana masuk ke 7 eleven. Kalau kita masuk ke sana otomatis 36 negara kita sudah bisa masuk barang. Jadi kita tidak susah distribusikan barang dan promisi karena biaya keduanya mahal bagi kita UMKM tidak akan sanggup distribusi 36 negara, tapi kalau kita manfaatkan jaringan ini barang kita akan masuk ke semua negara," ungkapnya.
Hingga saat ini, pihaknya sudah bekerja sama dengan 1.840 petani kopi dari yang sebelumnya hanya 50 petani saja. Sedangkan karyawan tetap yang dikerjakan di Bawadi Coffee mencapai 28 orang dan karyawan lepas sebanyak 34 orang yang didominasi oleh mahasiswa.
"Jadi saya bermimpi supaya kawan-kawan yang lagi kuliah saya suruh mereka berkunjung ke tempat saya, supaya dia bisa berwirausaha sambil kuliah. Jadi disinilah 34 orang ini dia siang ke tempat saya dia ambil kopi dia jualan dari situ dia sambil belajar. Jadi saya memamg semuanya yang ingin belajar akan tampung di Aceh jadi kita sama-sama untuk berkembang," pungkasnya.
Â
Reporter:Â Dwi Aditya Putra
Suumber: Merdeka.com