Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadar dolar Amerika Serikat (AS) menguat hingga tembus ke level Rp 13.932 pada pagi ini. Hal tersebut dinilain sebagai efek dari pertemuan Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subinto pada Sabtu, 13 Juli 2019.
Mengutip Bloomberg, Senin (15/7/2019), rupiah dibuka di angka 13.993 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.007 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.916 per dolar AS hingga 13.993per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 3,18 persen.
Advertisement
Baca Juga
Pengamat Ekonomi INDEF, Bhima Yudhistira mengatakan, penguatan rupiah ini merupakan salah satu efek dari rekonsiliasi yang terjadi usai Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Khususnya setelah kedua kandidat calon presiden yang bertarung yaitu Jokowi dan Prabowo Subianto bertemu di MRT Jakarta, pada Sabtu pekan lalu.
"Betul, (efek dari pertemuan Jokowi-Prabowo). Salah satunya dari dalam negeri ada harapan rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo bisa membawa stabilitas politik dalam 5 tahun kedepan," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (15/7/2019).
Namun selain dampak dari pertemuan tersebut, ada juga faktor lain yang turut mempengaruhi penguatan rupiah hari ini, salah satunyaa soal adanya harapan rilis neraca dagang BPS hari ini surplus.
"Dari faktor eksternal, dollar index dalam sepekan terakhir turun 0,5 persen karena investor melepas kepemilikan aset berdenominasi dolar menyusul sinyal The Fed akan pangkas bunga acuan," jelas dia.
Selanjutnya, lanjut Bhima, yang perlu dicermati oleh pemerintah ke depan yaitu data China yang menunjukkan pelemahan pertumbuhan ekonomi dikuartal II menjadi 6,2 persen lebih rendah dari kuartal I. Menurut dia, ini artinya resiko perang dagang masih menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi China.
"Imbasnya bisa ke permintaan bahan baku dari Indonesia yang merosot," tandas dia.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menunggu Sinyal The Fed, Rupiah Tertekan ke 14.155 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Rabu ini. Hingga saat ini ekspektasi pelaku pasar masih besar terhadap pemangkasan Fed Fund Rate pada akhir bulan ini.
Mengutip Bloomberg, Rabu (11/7/2019), rupiah dibuka di angka 14.138 per dolar AS, melemah tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.130 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.137 per dolar AS hingga 14.155 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,75 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.152 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.129 per dolar AS.
Analis Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto mengatakan, dolar AS hari ini masih terus menguat terhadap mata uang utama lainnya.
"Dampaknya juga besar terhadap rupiah hari ini. Pasar masih menunggu sinyal kuat The Fed terkait suku bunga," ujar Rully.
Menurut dia, hingga saat ini ekspektasi pelaku pasar masih besar terhadap pemangkasan Fed Fund Rate pada akhir bulan ini.
"Hari ini rupiah mungkin akan berada pada kisaran 14.085 per dolar AS hingga 14.165 per dolar AS," kata Rully. Â
Advertisement
BI Prediksi Nilai Tukar Rupiah 13.900 - 14.000 per Dolar AS di 2020
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan asumsi ekonomi makro tahun 2020 untuk nilai tukar Rupiah adalah pada level 13.900-14.300 dan inflasi 3 persen plus minus 1.
Perry menilai,sejauh ini Rupiah masih menunjukan kondisi yang positif. Tercatat hingga hari ini nilai tukar berada pada posisi 14.250 terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
"Hingga tanggal 10 Juni 2019 nilai tukar Rupiah 14.250 per USD atau menguat 0,91 persen bila dibandingkan dengan level akhir tahun 2018 yaitu Rp 14.380, nilai tukar rupiah pada tahun 2019 mencapai Rp 14.187 atau menguat 0,41 persen dibandingkan rerata tahun 2018 Rp 14.246," kata dia pada Selasa 11 Juni 2019.Â
Selain itu, BI memperkirakan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia akan mencatat surplus sejalan dengan prospek aliran masuk modal asing yang terus berlanjut.
Sementara itu, defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) 2019 juga diperkirakan lebih rendah dari tahun 2018 yaitu dalam kisaran 2,5 sampai 3 persen terhadap PDB.
"Sejalan dengan perkiraan neraca pembayaran tersebut, kami memperkirakan rata-rata nilai tukar pada tahun 2019 akan berada pada kisaran Rp 14.000 - Rp 14.400 terhadap dolar Amerika Serikat," ujarnya.
"Pada tahun 2020 kami memperkirakan bahwa prospek penguatan Neraca Pembayaran Indonesia akan berlanjut ditopang oleh peningkatan aliran masuk modal asing dan penurunan defisit transaksi berjalan," dia menambahkan.
Aliran masuk modal asing (inflow) diperkirakan meningkat dipengaruhi oleh prospek ekonomi yang membaik dan juga koordinasi yang kuat kebijakan antara pemerintah Indonesia dan berbagai otoritas terkait, untuk 2019 defisit transaksi berjalan kita akan tetap terkendali.
"Dengan berbagai perkembangan tersebut kami memperkirakan bahwa rata-rata nilai tukar Rupiah pada tahun 2020 akan berada pada kisaran Rp 13.900 sampai dengan Rp14.300 dolar Amerika Serikat," tutupnya.