Sukses

Harga Emas Naik Terdorong Agresivitas Kebijakan The Fed

Harga emas di pasar spot naik 0,7 persen menjadi USD 1.421 per ounce.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas kembali naik pada perdagangan hari Kamis. Ini lantaran Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed menjadi lebih agresif dengan kebijakan yang mendevaluasi mata uang dan akan menyebabkan pergeseran paradigma dalam berinvestasi.

Dikutip dari CNBC, Kamis (18/7/2019), harga emas di pasar spot naik 0,7 persen menjadi USD 1.421 per ounce. Dan harga emas berjangka AS juga naik 0,33 persen menjadi USD 1.428 per ounce.

Ray Dalio, pendiri hedge fund terbesar di dunia, menulis di posting LinkedIn bahwa investor telah didorong ke dalam saham dan aset lain yang memiliki pengembalian seperti ekuitas. Akibatnya, terlalu banyak orang memegang jenis sekuritas ini dan cenderung menghadapi pengembalian yang semakin menurun.

"Saya pikir ini tidak mungkin menjadi investasi pengembalian nyata yang baik dan bahwa mereka yang kemungkinan besar akan melakukan yang terbaik adalah mereka yang melakukannya dengan baik ketika nilai uang sedang didepresiasi dan konflik domestik dan internasional signifikan, seperti emas," kata Pendiri The Bridgewater Associates tersebut.

“Selain itu, untuk alasan yang akan saya jelaskan dalam waktu dekat, sebagian besar investor kekurangan bobot dalam aset seperti itu, yang berarti bahwa jika mereka hanya ingin memiliki portofolio seimbang yang lebih baik untuk mengurangi risiko, mereka akan memiliki lebih banyak aset seperti ini. Untuk alasan ini, saya percaya bahwa akan mengurangi risiko dan meningkatkan laba untuk mempertimbangkan menambahkan emas ke portofolio seseorang. Saya akan segera mengirimkan penjelasan mengapa saya percaya bahwa emas adalah diversifikasi portofolio yang efektif," jelas Dalio

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

The Fed Pertahankan Suku Bunga

Sejak krisis, Fed dan banyak mitra globalnya telah mempertahankan suku bunga rendah dan menggunakan kebijakan seperti pelonggaran kuantitatif, atau pembelian obligasi dan aset keuangan lainnya, untuk mendorong pengambilan risiko yang pada gilirannya telah membantu pemegang aset keuangan.

Selama waktu itu, jumlah utang perusahaan dan pemerintah telah melonjak, menempatkan bank sentral pada posisi yang perlu mempertahankan suku bunga rendah. The Fed memulai program di mana ia mencoba untuk menormalkan kebijakan, tetapi sekarang diharapkan untuk beralih kembali ke mode pelonggaran karena memotong suku bunga dan menghentikan pengurangan kepemilikan obligasi di neraca.

“Bagi saya, tampak jelas bahwa The Fed harus membantu debitor relatif terhadap kreditor. Pada saat yang sama, tampak bagi saya bahwa kekuatan pelonggaran di belakang paradigma ini (yaitu, penurunan suku bunga dan pelonggaran kuantitatif) akan memiliki efek yang semakin berkurang," ungkap Dalio.