Sukses

Teknologi Bikin Biaya Konstruksi Lebih Murah dan Efisien

Dukungan inovasi dan teknologi membuat pembangunan infrastruktur lebih cepat dan hemat biaya.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menilai penting adanya dukungan inovasi dan teknologi dalam pembangunan infrastruktur yang membuat proses menjadi lebih cepat, baik, sekaligus hemat biaya.

Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin mengatakan, pemanfaatan teknologi yang tepat guna, efektif, murah, dan ramah lingkungan juga terus didorong guna menciptakan nilai tambah dan pembangunan berkelanjutan, sehingga manfaat pembangunan infrastruktur dapat dirasakan generasi mendatang.

"Kebijakan sektor konstruksi nasional tentunya harus mendorong penggunaan teknologi yang memberi solusi pada permasalahan yang dihadapi saat ini. Sehingga pembangunan infrastruktur dapat berjalan dengan lebih cepat, lebih mudah, dan tentunya lebih baik," ungkap dia dalam sebuah keterangan tertulis, Kamis (18/7/2019).

Dia menyatakan, salah satu teknologi konstruksi yang diharapkan mampu memberikan kontribusi pada percepatan pembangunan yakni teknologi trenchless. Teknologi ini mengintegrasikan teknologi digital jasa konstruksi yang dipergunakan untuk memasang infrastruktur bawah tanah tanpa mengganggu bangunan atau bentang alam yang ada di atasnya.

Menurut penjelasannya, keuntungan dari pemanfaatan teknologi ini antara lain lebih ramah lingkungan, mampu meminimalisir dampak sosial terhadap terhadap kondisi di sekitar lokasi proyek hingga terjadinya kecelakaan kerja konstruksi, serta membuat durasi pengerjaan proyek lebih singkat sehingga biaya konstruksinya lebih murah dan menjamin pencapaian kualitas konstruksi.

"Memang saat ini persoalannya masyarakat melihat teknologi ini hanya untuk kontraktor besar karena biayanya mahal. Tetapi pada prinsipnya ini justru lebih murah. Kita bicara investasi jangka panjang dan efektivitas, karena biaya tidak tertulis itu justru lebih besar, misalnya biaya sosial. Makanya kita dorong untuk kontraktor spesialis seperti trenchless lebih banyak," tutur Syarif.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Penerapan Teknologi di Proyek Infrastruktur

Teknologi trenchless disebutnya telah digunakan oleh Kementerian PUPR pada beberapa proyek infrastruktur, seperti sodetan Kali Ciliwung ke Banjir Kanal Timur, proyek pembangunan Jalan Tol Cisumdawu, serta proyek pembangunan air limbah di beberapa kota besar seperti Denpasar, Yogyakarta dan Medan.

Adapun hasil dari beberapa kajian menyebutkan bahwa penggunaan teknologi trenchless dalam pekerjaan infrastruktur bawah tanah hingga kedalaman 1,5 meter hanya membutuhkan biaya sebesar USD 3,12 per m3. Besaran biaya itu terhitung lebih murah dibanding metode open trench sebesar USD 18,46 per m3.

"Kehadiran teknologi baru ini juga bisa menjadi peluang bagi kontraktor. Untuk itu kita semua perlu berkolaborasi mengambil langkah melalui kerjasama antara pemerintah dan stakeholders terkait. Perlu penyiapan kompetensi tenaga ahli dan terampil sesuai kebutuhan industri konstruksi saat ini dan pembinaan badan usaha jasa konstruksi melalui adopsi teknologi terkini dan perubahan status menjadi kontraktor spesialis," pungkasnya.

3 dari 3 halaman

Konstruksi Tol Layang Jakarta-Cikampek II Ditargetkan Kelar September 2019

PT Jasa Marga (Persero) Tbk melalui kelompok usaha PT Jasamarga Jalan layang Cikampek (JCC) menargetkan penyelesaian konstruksi Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek II atau Japek II Elevated pada akhir September 2019.

Hingga akhir Juni 2019, proses pengerjaan tol sepanjang 36,40 km ini telah mencapai sekitar 86 persen.

"Jadi, pekerjaan fisiknya telah mencapai 86 persen dan ditargetkan selesai konstruksinya pada akhir September 2019, untuk selanjutnya dilakukan uji layak fungsi dan laik operasi," ujar Direktur Utama PT JJC Djoko Dwijono di Jakarta, Jumat (28/6/2019).

Berada tepat di sebagian ruas Tol Jakarta-Cikampek eksisting, proyek Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek II (Elevated) membentang dari ruas Cikunir hingga Karawang Barat. Nantinya, jalan tol ini berfungsi untuk mengurangi kepadatan panjang yang berada di sepanjang Jalan Tol Jakarta-Cikampek.

Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek merupakan jalur alternatif bagi pengguna jalan tol yang akan menuju ke Cikampek maupun Bandung.

Ruas tol ini juga dapat menunjang distribusi arus barang dan jasa, baik yang menuju maupun keluar Jakarta dari Jawa Barat dan berlanjut dari atau ke Jawa Tengah hingga Jawa Timur.

Djoko meneruskan, pekerjaan konstruksi Jalan Tol Japek II Elevated masih menyisakan 139 steel box girder yang belum terpasang dari total 2.585 steel box girder yang dibutuhkan dalam proyek ini.