Sukses

Headphone Termahal di Dunia, Harganya Rp 884 Juta

Jika mau membeli headphone ini, peminat harus membayar uang muka hingga Rp 100 juta lebih.

Liputan6.com, London - Sama seperti handphone, harga headphone pun beraneka ragam sesuai kualitas. Ada yang murah seharga puluhan ribu, hingga earphone merk Apple yang harganya di atas Rp 500 ribu.

Berbeda dengan penikmat musik kasual, bagi pecinta dunia audio, kualitas kejernihan, ketajaman suara headphone adalah sesuatu yang serius dipantau. Tak heran ada perusahaan yang rela membuat headphone seharga puluhan bahkan ratusan juta.

Berdasarkan laporan Esquire, headphone termahal di dunia adalah merk Sennheiser HE 1 seharga 51 ribu pound sterling atau Rp 884 juta (1 pound sterling = Rp 17.342). Produsennya menyebut Sennheiser memadukan desain artistik dan teknologi.

Mulai dari desainnya, amplifier headphone ini berada di atas material gelas dan batu granit Carrara. Batu mewah itu digunakan Michelangelo dalam memahat.

Cukup dengan sebuah sentuhan, headphone canggih ini akan langsung aktif. Dengan audio range dari 8 Hz hingga 100 KHz, Sennheiser cocok bagi musik vinyl, CD, maupun data bersolusi tinggi.

Headphone termahal di dunia: Sennheiser HE 1. Dok: Sennheiser

Sennheiser HE 1 juga membawa tube dan transistor amplifier. Vacuum tubes itu mencegah suara structure-borne serta dikeliling quartz bulbs berkualitas tinggi yang mengalirkan ultra-high impulse fidelity alias reproduksi suara yang paripurna, termasuk dalam level distoris ultra-low.

Headphone ini tak bisa langsung dibeli di toko. Peminat harus memesan terlebih dahulu agar Sennheiser HE 1 dapat dibuat secara personal.

Peminat juga perlu membayar uang muka seharga 10 ribu pound sterling (Rp 173 juta). Begitu uang muka diterima, barulah pembuatannya diproses.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Markas Apple Lebih Mahal dari Burj Khalifa, Berapa Harganya?

Sebelumnya dikabarkan, harga pembangunan markas Apple yang bernuansa futuristik ternyata lebih mahal dari Burj Khalifa di Dubai. Apple dilaporkan menghabiskan USD 4,17 miliar atau Rp 58,3 triliun (asumsi kurs USD 1 = Rp 14.003) untuk markas baru mereka.

Melansir The Guardian, harga gedung bernama Apple Park itu ternyata lebih mahal dari Burj Khalifa yang memiliki harga USD 1,5 triliun. Padahal, ukuran Burj Khalifa sekitar 11 kali lebih tinggi ketimbang Apple Park.

Burj Khalifa memiliki total tinggi 830 meter, sementara Apple Park memiliki tinggi hanya 72 meter. Namun, markas Apple yang berbentuk mirip UFO atau donat itu memang memiliki diameter yang luas, yakni 461 meter.

Biaya mahal markas Apple ini justru memberi pengaruh manis bagi lingkungannya. Pasalnya, pajak properti mereka juga tinggi, yakni USD 40 juta (Rp 560 miliar) tiap tahun.

25 persen uangnya akan mengalir ke SD lokal, lalu 15 persen akan membantu layanan pemadam kebakaran. Apple juga akan berinvestasi sebesar USD 75 juta (Rp 1 triliun) untuk menunjang infrastruktur dan lalu lintas di kota-kota terdekat dari Apple Park.

Apple Park berlokasi di Cupertino, California, dan pertama kali digunakan pada 2017 lalu. Perancang gedung itu adalah Jony Ive, desainer andalan Apple yang juga ikut merancang iMac, iPod, iPhone, dan MacBook. Pada bulan Juli ini, Ive baru saja meninggalkan posisinya di Apple sebagai kepala perancang untuk membangun perusahaannya sendiri. 

3 dari 3 halaman

Tembus Pandang

Gedung baru Apple yang dinamakan Apple Campus dan dijuluki Spaceship sempat menarik perhatian karena rancangannya yang mirip UFO, tetapi rancangan yang indah nan mahal tidak selalu setara dengan efisiensi dalam praktik.

Laporan dari Bloomberg, menyebutkan ada keluhan pegawai yang kerap menabrak tembok karena ruang-ruang kerja di kantor Apple memakai tembok berupa kaca tembus pandang.

Konon, tujuan tembok seperti itu adalah agar memperkuat koneksi para pegawai. Demi mencegah kejadian ini beberapa pegawai berinisiatif memasang sticky notes di tembok kaca tersebut supaya mereka melihat saat berjalan ke arah tembok.

Pihak kantor Apple sendiri tidak terlalu suka dengan inisiatif tersebut dan kerap mencabutnya karena penempelan sticky notes mempengaruhi penampilan rancangan gedung. Para pegawai pun akhirnya mencoba cara-cara lain untuk menandai tembok-tembok kaca di kantor mereka.

Pada Apple Park juga terdapat pusat tamu (visitor center). Di dalamnya, pengunjung bisa datang ke kafe, toko, ekshibisi sekaligus menikmati pemandangan hijau di sekitar gedung lewat teras di lantas atas gedung. Â