Sukses

Hingga 17 Juli 2019, Rupiah Menguat 1,06 Persen

Bank Indonesia mencatat penguatan rupiah pada bulan Juli 2019 masih berlanjut.

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat penguatan rupiah pada bulan Juli 2019 masih berlanjut. Diketahui, pada Juni 2019, nilai tukar Rupiah menguat 1,04 persen secara point to point dibandingkan dengan level akhir Mei 2019.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, sampai 17 Juli 2019, rupiah tercatat menguat sebesar 1,06 persen secara point to point dibandingkan dengan level akhir Juni 2019. Penguatan itu didorong oleh menariknya imbal hasil investasi portofolio di aset keuangan domestik.

"Selain itu, persepsi positif terhadap prospek ekonomi Indonesia makin baik, termasuk pasca peningkatan sovereign rating Indonesia oleh Standard and Poor’s (S&P), serta berkurangnya ketidakpastian pasar keuangan global sejalan prakiraan kebijakan moneter global yang lebih longgar," tuturnya di Kantor BI, Kamis (18/7/2019).

Perry menambahkan, perkembangan positif ini kemudian mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah.

Ke depan, BI memandang nilai tukar Rupiah akan bergerak stabil sesuai dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga.

"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik di pasar uang maupun valas," paparnya.

"Selain itu, upaya untuk mendorong permintaan domestik, termasuk investasi, perlu ditingkatkan untuk memitigasi dampak negatif perlambatan ekonomi dunia," pungkas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Menanti Kebijakan Suku Bunga BI, Rupiah Diprediksi Melemah

Nilai tukar rupiah diprediksi akan melemah pada perdagangan Rabu ini. Hal tersebut menyusul sikap investor yang menanti-nanti kebijakan terbaru suku bunga acuan Bank Indonesia dan sentimen dari berlanjutnya penguatan greenback dolar AS.

Dikutip dari Antara, Pejabat Bank Sentral akan menggelar rapat kebijakan moneter pada 17 hingga waktu pengumuman pada 18 Juli 2019. Sikap BI ditunggu-tunggu investor setelah sinyalemen dari The Federal Reserve semakin kuat untuk memangkas suku bunga acuannya pada sisa tahun ini.

"Penguatan rupiah kemungkinan tertahan dan berbalik melemah hari ini karena data ekonomi AS yang bagus dan isu Bank Sentral Indonesia akan memangkas suku bunga acuan mendahului The Fed," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra.

Pada Rabu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah 0,03 persen atau lima poin di pasar spot menjadi Rp13.940 per dolar AS dibandingkan posisi penutupan perdagangan Selasa (16/7/2019) yang sebesar Rp13.935 per dolar AS.

Pergerakan mata uang Garuda berlanjut melemah 9 poin ke Rp13.949 per dolar AS pada pukul 08.50 WIB atau terepresiasi 0,10 persen dibanding posisi penutupan perdagangan di hari sebelumnya.

 

3 dari 3 halaman

Survey Reuters

Berdasarkan survei dari lembaga Reuters, kata Ariston, para analis menunjukkan kecenderungan bahwa otoritas moneter Indonesia akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen pada Kamis (18/7/2019), atau pelonggaran yang pertama kali sejak Novemeber 2018.

Jika Bank Sentral benar-benar memotong suku bunga acuannya, maka hal itu menandakan perubahan sikap kebijakan moneter, pasca-kenaikan suku bunga yang agresif pada 2018 dengan dosis hingga 175 basis poin menjadi enam persen.

Ariston memerkirakan pada Rabu ini kurs rupiah akan bergerak paling kuat hingga Rp 13.900 per dolar AS, dan paling lemah di Rp 14.000 per dolar AS.

Selain menanti kebijakan suku bunga BI, pelemahan rupiah juga dipicu pengumuman data-data ekonomi AS pada Selasa malam waktu setempat. Penjualan ritel AS bulan Juni 2019 ternyata tumbuh 0,4 persen atau lebih baik dari ekspektasi 0,2 persen.

Hal itu akan mendorong pelaku pasar untuk berekspektasi bahwa pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS The Federal Reserve tidak akan terlalu dalam, sehingga greenback Dolar AS berbalik menguat.